Badan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) Amerika Serikat menyebut bahwa kecelakaan helikopter yang menewaskan Kobe Bryant disebabkan keputusan buruk pilot saat terbang ke arah awan tebal. Pilot menjadi binggung, hingga tidak mengetahui bahwa helikopter yang dikemudikan sedang meluncur ke bawah. Ada beberapa poin penting dalam sidang laporan NTSB hari ini, Selasa, 9 Februari waktu setempat. 

Poin pertama, tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan mekanis pada puing-puing helikopter. Jadi kejadian tersebut murni kecelakaan, dan tidak ada faktor kesengajaan dalam peristiwa yang menewaskan sembilan orang tersebut.

Helikoter Sikorsky S-76 yang dikemudian pilot Ara Zobayan membawa Kobe Bryant dan putrinya Gianna, serta enam penumpang lain dari Orange County ke Mamba Sports Academy, di Bentura County. Cuaca pada tanggal 26 Januari 2020 tersebut sedang berkabut. Pihak NTSB menduga jarak pandang yang buruk kemungkinan menyebabkan pilot Ara Zobayan bingung. Dia tidak bisa melihat ke bawah. Pilot diduga mengalami disorientasi spasial yang menyebabkan dirinya seperti menerbangkan pesawat dengan lurus, padahal pesawat tersebut sedang meluncur turun ke bawah.

Kesalahan terbesar dilimpahkan kepada pilot Ara Zobayan yang juga menjadi korban. Dia dianggap lalai, karena tidak memenuhi standar Administasi Penerbangan Federal. Zobayan seperti melupakan beberapa poin penting dalam standar penerbangan karerena dia sudah sudah sering menerbangkan Kobe Bryant dan keluarganya. Kedua, dia tidak punya rencana cadangan sebelum berangkat. Artinya, bila terjadi cuaca buruk, maka Zobayan tidak bisa mendarat di bandara lokal terdekat. Ketiga, karena penerbangan hanya berlangsung selama 40 menit, maka hal-hal semacam itu sering diabaikan.

"Semakin dekat tujuan penerbangan, maka seseorang pasti akan meremehkan aturan standar penerbangan. Jadi pilot tidak punya rencana cadangan bila dalam penerbangan pendek tersebut terjadi sesuatu yang buruk," kata Wakil Ketua NTSB, Bruce Landsberg, dikutip dari nba.com.

Poin kedua, NTSB menyalahkan Island Express Helicopters Inc. atas kecelakaan tersebut. Karena dalam pemeriksaan puing pesawat tidak ditemukan instrumen keselamatan helikopter. Alat yang dimaksud adalah Terrain Awareness and Warning Systems, yang bisa memberi sinyal ketika pesawat dalam bahaya, atau sedang terjatuh.

Masih menurut Landsberg, Zobayan juga melakukan kecerobohan dalam kasus ini. Karena, seorang pilot butuh pelatihan tingkat tinggi untuk menerbangkan helikopter dalam cuaca berawan dan hanya menggunakan indikator visual saja (mata telanjang). Karena persentase untuk keluar hidup-hidup dari penerbangan berkabut sangat kecil. Sementara, helikopter yang ditumpangi Kobe Bryant tidak punya sistem peringatan yang direkomendasikan oleh NTSB.

Poin ketiganya, temuan-temuan tersebut kini menjadi dasar untuk proses hukum yang lebih lanjut. Istri mendiang Kobe Bryant, Vanessa, mengatakan Island Epress Helicopters Inc., harus bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut. Vanessa menuduh mereka tidak memberikan pelatihan dan pengawasan yang baik terhadap Ara Zobayan. Pilot dinilai ceroboh dan lalai karena terbang dalam kabut. Seharusnya penerbangan itu bisa dibatalkan.

Lalu, Berge Zobayan, saudara pilot Ara Zobayan, mengatakan bahwa Kobe Bryant seharusnya sudah tahu risiko terbang dengan helikopter. Jadi pihak keluarga tidak berhak menuntut apa-apa dari keluarga pilot. Sedangkan Island Express Helicopters Inc. menolak bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut, karena itu sudah kehendak Tuhan. (tor)

Foto:The Daily Iberian

Komentar