Hidup adalah tentang bergerak, begitu kata salah satu rekan saya. Manusia adalah makhluk yang dinamis dan terus berkembang seiring waktu. Begitu pula di NBA, pemain lumrahnya terus berkembang seiring semakin banyaknya musim yang dimainkan dan pertandingan yang ia hadapi. Untuk pemain yang memiliki perkembangan pesat, NBA bahkan memberi penghargaan khusus dengan sebutan Most Improved Player of the Year.

Namun, di beberapa kesempatan ada juga pemain yang tidak menunjukkan perkembangan. Bahkan, mereka justru terlihat mengalami kemunduran. Ada banyak hal yang bisa menjadi penyebab pemain mengalami stagnansi atau bahkan kemunduran,namun di daftar ini, tampaknya mental adalah pengaruh utama hal tersebut terjadi.

Giannis Antetokounmpo

Ya, nama pertama di daftar pemain tidak berkembang adalah peraih dua gelar Most Valuable Player (MVP) di dua musim terakhir. Giannis di mata saya adalah pemain yang sama dengan tiga musim lalu. Tiga musim beruntun, Giannis tetaplah pemain yang dominan. Namun, ia hanya berjarak akurasi tripoin dan tembakan gratis yang baik dari menjadi pemain yang tak mungkin dihentikan.

Secara open court, dengan postur, atletisme, dan kekuatan yang ia punya, Giannis jelas tidak bisa dihentikan. Namun, begitu berhadapan dengan lawan yang bertaruh membiarkannya menembak tripoin atau jarak menengah, Giannis terlihat kebingungan, ketakutan, dan tak percaya diri.

Sebuah akun Youtube yang saya lupa namanya sempat mengulas hal yang menjadi masalah utama Giannis dalam menembak yakni form atau gerakan mekaniknya. Buruknya lagi, gerakan mekanik yang kini ia pakai sebenarnya adalah hasil pengembangan. Cara menembak Giannis kini berbeda jauh dengan dua musim pertamanya di NBA.

Sepanjang kariernya yang dimulai pada 2013, Giannis memiliki rataan tripoin 29 persen. Namun, di musim pertama, ia berhasil mencatatkan akurasi mencapai 35 persen dari 1,5 percobaan per gim (total 118 percobaan). Gerakan mekanik Giannis di musim pertama juga terlihat cukup baik, jauh dari sekarang yang terlihat kaku.

Di sisi lain, untuk tembakan gratis, sejauh ini apa yang ia torehkan dari 13 gim menjadi yang terburuk sepanjang kariernya. Catatan 59 persen membuat lawan semakin tidak sungkan melanggar Giannis ketimbang melihatnya menghujam ring dengan dunk kerasnya. Jika tak kunjung membaik, Giannis mungkin bisa kita sandingkan dengan Shaquille O’Neal sebagai pemain dominan dan terhentikan selama tidak menembak dari jarak jauh.

Ben Simmons

Memasukkan nama Ben Simmons di daftar ini tampaknya tak perlu pemikiran lebih. Meme tentang Ben yang selalu masuk daftar Rookie of the Year tiap tahun adalah bukti bahwa ia tidak berkembang. Meski secara kemampuan bertahan semakin membaik, dari sisi menyerang, Ben musim ini adalah Ben yang sama saat ia memenangi Rookie of the Year 2018 lalu.

Serupa dengan Giannis, masalah utama Ben adalah menembak. Menariknya, dalam beberapa kesempatan, bisa dilihat bahwa Ben tampak tidak cukup nyaman beraktivitas menggunakan tangan kiri, tangan yang ia pakai menembak. Ben justru terlihat lebih kukuh dan nyaman saat beraktivitas dengan tangan kanan. Pendapat demikian juga sempat disampaikan beberapa pihak supaya Ben bisa menjadi lebih baik.

Namun, lebih dari itu, masalah utama Ben tampaknya adalah mental. Di latihan, pemain asal Australia ini tampak bisa menembak dengan tenang. Namun begitu bergeser ke permainan, Ben tampak sangat ketakutan dan tidak percaya diri untuk menembak. Tampak tidak ada hal yang cukup signifikan untuk diperbaiki secara gerakan mekanik menembak Ben, namun mengenai mental, rasanya Sixers harus berbicara lebih dalam lagi dengan pemain mereka.

Di kesempatan terpisah sekitar musim lalu, Ben sempat berujar bahwa masalah tripoin semuanya bergantung dengan dirinya. Tentang bagaimana Ben ingin dirinya dikenang sebagai pemain ke depannya. Melihat pernyataan ini, rasanya kita harus menunggu lebih lama lagi untuk melihatnya menembak secara konsisten dari jauh dan akan semakin banyak pertahanan rendah di area elbow yang kita lihat untuk menjaga Ben. Dengan ini, peluang Sixers untuk melaju jauh ke playoff pun di mata saya tidak jauh berbeda. Karena pada dasarnya, saat menyerang, Sixers hanya memainkan empat pemain.

Russell Westbrook

Russell Westbrook adalah nama terakhir di daftar ini. Namun, di mata saya, Russ bukanlah pemain yang seperti digambarkan media. Di kepala saya, ia bukanlah pemain yang mengejar statistik, ia hanya berusaha menjadi pemain yang komplet dalam menyerang untuk timnya. Russ tahu betul bahwa kehebatannya adalah kecepatan dan atletisme, oleh karena itu ia mengejar rebound suapaya bisa memimpin fastbreak dengan langsung.

Namun, masalah utama Russ sama dengan dua nama sebelumnya, akurasi tembakan. Saat menjadi MVP di 2017, Russ memiliki akurasi tripoin 34 persen dari  7,2 percobaan. Setelahnya, angka akurasi tersebut terus menurun. Buruknya lagi, jumlah percobaan tripoin Russ juga terus menurun hampir di setiap musimnya. Menurunnya jumlah percobaan ini menunjukkan adanya masalah mental dalam mengambil tembakan selain juga karena adanya opsi lain yang lebih baik seperti di Houston Rockets musim lalu.

Russ juga terus mengalami penurunan di tembakan gratis. Maka secara garis besar, kemampuan menembak Russ mengalami penurunan sejak menjadi MVP. Dalam prosesnya, hampir tidak ada perbincangan Russ dengan media mengenai hal ini. Tidak tampak juga adanya perubahan gerakan mekanik dalam menembak. Hal ini semakin menguatkan bahwa masalah mental dan pemilihan tembakan menjadi alasan utama penurunan ini.

Persamaan lain ketiga pemain di atas adalah turnover. Semakin ke sini, persentase turnover mereka juga semakin besar. Hal ini juga tidak lepas dari buruknya tembakan mereka yang membuat lawan tak perlu menjaga terlalu agresif dan memutuskan menumpuk pemain di bawah ring. Saat ketiga pemain ini melakukan penetrasi dan kesulitan, karena akurasi yang buruk kecil kemungkinan mereka menembak. Maka pilihannya adalah memberi umpan. Dengan ini, lawan-lawan mereka tinggal membaca jalur operan dan turnover pun masuk ke statisik mereka.

Jika ketiga pemain ini tak segera memperbaiki kemampuan menembak mereka, utamanya Giannis dan Ben yang masih sangat muda, maka mereka bisa menjadi tak seberbahaya itu ke depannya. Untuk Russ sendiri, akurasi bisa ia tak menjadi masalah lagi jika ia memiliki rekan satu tim yang lebih baik lagi. Dengan usianya yang semakin matang, Russ bisa fokus kepada menjadi fasilitator dan penetrasi ke area kunci. Namun, untuk Giannis dan Ben, ini adalah kunci untuk menjadi lebih lama dan lebih dominan di liga.

Foto: NBA

 

Komentar