San Antonio Spurs adalah Gregg Popovich. Sejak mereka bersama pada tahun 1997, Spurs menjadi bukan sekadar klub basket, melainkan semacam kiblat permainan basket. Namun dalam lima tahun terakhir, sinar Spurs meredup. Kini mereka siap kembali mencuri perhatian NBA dengan komposisi pemain yang baru.

Sebelum rekornya putus pada tahun 2020 lalu, Spurs adalah tim olahraga profesional yang berhasil masuk playoff 22 tahun berturut-turut sejak 1997. Bersama kepala pelatih Gregg Popovich, Spurs berjaya sejak era menara kembar David Robinson dan Tim Duncan, sampai era "Beautiful Game Spurs" dengan Manu Ginobili dan Tony Parker. Tetapi setelah mereka pergi, Spurs sepertinya sulit menemukan sosok sentral yang baru.

Setelah sibuk mencari sosok baru, akhirnya Popovich menemukan sebuah momentum yang unik. Saat liga dilanjutkan kembali dengan skenario "gelembung" di Walt Disney World Orlando, Florida, Popovich mulai berpikir untuk bereksperimen. Meski pada akhirnya, mereka harus mengorbankan rekor 22 tahun playoff, yang menjadi kebanggaan klub.

Pertama, Popovich tidak bisa memainkan tiga pemain inti di Orlando. Mereka adalah Bryn Forbes, Try Lyles, dan LaMarcus Aldridge, karena ketiganya tengah dibekap cedera. Akhirnya, Popovich menyuruh pemain senior Patty Mills untuk beristirahat dan tidak dibawa ke Orlando. Sebagai gantinya, Popovich membawa pemain-pemain muda.

Eksperimen yang dilakukan adalah memainkan empat garda yaitu DeMar DeRozan, Dejounte Murray, Derrick White, dan Lonnie Walker IV, dengan Jakob Poeltl sebagai senter. Kombinasi ini menghasilkan permainan yang unik. Membuat gaya serangan Spurs bergulir lebih cepat, serta pertahanan yang baik setelah menyerang. Mereka berhasil memenangkan lima dari delapan pertandingan "seeding games". Kemudian dari barisan pemain pengganti, nama Keldon Johnson, Quinndary Weatherspoon, dan Drew Eubanks, dan Rudy Gay bisa diandalkan. Meski tidak bisa lolos playoff, Popovich tampaknya puas dengan eksperimen yang dia lakukan.

"Saya bangga, pemain seperti DeMar dan Rudy sudah senior, mau berbaur dengan pemain muda. Mereka menikmati ketika bermain bersama. Saya rasa tim ini tumbuh dengan beberapa hal yang tidak terduga," kata Popovich, kepada Michael C. Wright dari nba.com.

Meski tidak terdengar gaungnya, Spurs sedang bersiap bangkit musim depan. Aldridge yang sudah sembuh dari cedera bahu akan menjadi jangkar permain dengan 18,9 poin per gim miliknya. Kemudian ada beberapa pemain yang punya catatan dobel digit untuk rata-rata poin, yaitu DeRozan (22,1 poin per gim), Mills (11,6 poin per gim), White (11,3 poin per gim), Murray (10,9 poin per gim), Gay (10,9 poin per gim), dan White (10,3 poin per gim).

Popovich menambahkan bahwa catatan statistik saja belum cukup. Mereka harus benar-benar memahami strategi, filosofi dan cara bermain Spurs. Menurut Popovich, para pemain muda masih butuh waktu untuk memahami apa yang diinginkannya.

"Intinya, saya tidak ingat pernah memenangkan kejuaraan. Saya juga melupakan pernah berada di babak playoff. Jadi, inilah waktunya untuk membuat perubahan, bermain dengan cara yang berbeda," kata Popovich.

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa Popovich akan tetap tinggal di Spurs sampai kapan pun. Tidak akan ada lagi rumor tentang kepindahannya ke tim lain, seperti musim lalu, saat pelatih berusia 71 tahun itu dikabarkan akan pindah ke Brooklyn Nets. Popovich akan membuat sebuah cetak biru bagi tim Spurs, yang dipakai sebagai acuan di masa yang akan datang. (tor)

Foto: Air Alamo

Komentar