Korea tidak berpartisipasi dalam lanjutan Kualifikasi Piala Asia FIBA (FIBA Asia Cup) 2021 window 2 (jendela kedua), yang rencananya berlangsung di Manama, Bahrain, akhir bulan ini. Kabar tersebut mengejutkan, karena bisa berpengaruh bagi negara lain di Grup A, termasuk Indonesia. Namun bukan keuntungan yang terlihat, tapi malah Indonesia bisa rugi besar bila Korea tidak absen.

Kabar Korea absen dari jendela kedua ditulis oleh Min Joon-gu dari situs berita naver.com. Federasi bola basket Korea (KBA) menganggap bahwa Bahrain bukan zona aman Covid-19. Alasan tersebut yang membuat Korea tidak ingin pergi ke Bahrain. Korea dijadwalkan berjumpa Filipina (27 November), dan Indonesia (30 November) sebagai lanjutan kualifikasi Piala Asia FIBA 2021.

Menanggapi kabar tersebut, Maulana Fareza Tamrella selaku manajer timnas Indonesia justru melihatnya sebagai kerugian besar, ketimbang keuntungannya. Fareza hanya ingin menunggu kepastian dari FIBA mengenai hal tersebut.

"Kasus ini memang harus menunggu pengumuman resmi dari FIBA. Karena sampai sekarang belum ada pengumuman, hanya sebatas pemberitaan di media saja," katanya, Selasa malam, 3 November 2020.

"Ini bisa jadi menguntungkan bagi Indonesia, apabila FIBA tetap menyelenggarakan Window 2 untuk Grup A, dan Indonesia menang melawan Korea yang dianggap walk-out (WO). Secara hitung-hitungan poin, Indonesia untung."

Korea saat ini menjadi pemimpin klasemen Grup A dengan dua kemenangan beruntun. Mereka menang melawan Indonesia, 109-76 (20 Februari 2020), dan mengalahkan Thailand, 93-86 (23 Februari 2020). Jadi secara posisi dan poin, Korea sudah aman di babak kualifikasi ini. Kalau dianggap kalah dua gim, Korea masih ada di peringkat ketiga, yang masih masuk zona lolos babak utama Piala Asia FIBA 2021.

Fareza justru melihat potensi kerugian bagi timnas Indonesia. Ini tergantung dari keputusan FIBA. Bila FIBA menetapkan bahwa semua gim melawan Korea ditunda, dan diselenggarakan di jendela ketiga, maka sangat merugikan bagi Indonesia.

"Kalau FIBA memutuskan window 2 ditunda, entah itu gim lawan Korea, atau semua gim. Maka timnas Indonesia sangat dirugikan. Karena kami sudah melakukan persiapan sejak pertengahan bulan Agustus. Kalau yang ditunda gim lawan Korea saja, Indonesia hanya bertanding satu gim di Manama, lalu tiga gim sisanya di window 3. Lantas kalau semua gim window 2 ditunda. Maka Indonesia harus bermain empat gim berturut-turut di window 3," jelasnya.

Kalau memang semua pertandingan di jendela kedua ditunda, maka Indonesia bisa dua kali melawan Thailand, sekali bertanding melawan Korea, dan sekali berhadapan dengan Filipina. Semuanya diselenggarakan pada bulan Februari 2021.

"Namun kembali lagi, semua tergantung keputusan FIBA. Sampai sekarang, kami masih tetap semangat untuk bermain di Bahrain. Persiapan kami tidak terganggu dengan kabar ini. Kami tetap fokus menghadapi dua gim di window 2," tegasnya.

Korea saat ini memang jadi tim terkuat di Grup A. Tapi ada celah bagi Indonesia untuk bisa menumbangkan mereka. Seperti yang dikatakan Abraham Damar Grahita. Menurutnya, Korea punya kelebihan dan kekurangan.

"Korea punya guard yang kuat dan cepat. Spacing juga bagus karena akurasi tripoin tinggi. Tetapi jaganya (pertahanan) tidak sebagus yang dikira. Mereka bukan super human juga," kata MVP IBL 2020 tersebut.

Kesimpulannya, semua akan menunggu keputusan dari FIBA. Kalau yang ditunda hanya gim melawan Korea saja, maka Indonesia masih bisa memainkan satu gim melawan Thailand pada 27 November. Tetapi kalau semua gim ditunda, maka Indonesia harus memainkan semua gim yang tersisa di kualifikasi (4 gim) pada jendela ketiga di bulan Februari 2021.

Sementara itu, perkembangan soal naturalisasi pemain yaitu Lester Prosper dan Brandon Jawato sudah sampai ke meja Presiden RI Joko Widodo. Kini tinggal menunggu surat keputusan dari presiden untuk menentukan status mereka. (tor)

Foto: fiba.basketball

Komentar