Dalam rangkaian kemenangan sebuah tim, pemain adalah sosok yang selalu dipuja lebih dulu. Tidak ada yang salah dengan hal ini mengingat mereka yang berjibaku di lapangan. Sesudahnya, kepala pelatih akan mendapatkan kredit atas kemampuannya meramu kekuatan. Lalu deretan manajemen hingga pemilik tim dapat panggung mereka sendiri.

Hal ini klise tapi perlu diingat terus-menerus. Dalam sebuah tim pemenang, ada rangkaian kerja sama hebat antar seluruh bagian tim. Berbicara tim olahraga utamanya basket, kehadiran sosok-sosok di balik layar juga tak bisa dilupakan. Dan hebatnya lagi, sosok di balik layar dari 12 pemain di lapangan jumlahnya puluhan, bahkan mungkin ratusan. Salah satu tokoh di balik layar yang sebenarnya memberi pengaruh besar tapi jarang disebut adalah asisten pelatih.

Layaknya pekerjaan dengan label asisten atau wakil, tugas mereka adalah membantu “kepalanya.” Peran ini membuat mereka sering terlupa karena jarang sekali mereka muncul ke permukaan. Asisten pelatih bekerja sebagai “pembisik” dan pemberi opsi untuk kepala pelatih. Namun, dalam kemenangan Los Angeles Lakers di final NBA 2020 ini, satu sosok asisten terus diperbincangkan karena prestasinya yang luar biasa. Ia adalah Phil Handy.

(Baca juga: Perjalanan Rajon Rondo, Sang Metronom dari Bangku Cadangan Lakers)

Bagi Anda yang tak terlalu mendalami dunia kepelatihan basket, mungkin nama Phil Handy terasa asing. Namun, jika Anda menonton final NBA dalam kurun lima tahun terakhir, wajahnya akan menjadi familiar. Ya, Phil selalu berhasil membantu tim yang ia naungi lolos ke final dalam enam musim terakhir. Rekor ini mungkin menjadi salah satu rekor terbaik di NBA (belum ada pencatatan tentang hal ini secara spesifik). Pencapaian ini bahkan lebih baik dari Frank Vogel, Kepala Pelatih Lakers, dan asisten-asisten pelatih Lakers lainnya.

Tak hanya lolos ke final, dalam enam kali penampilan tersebut, Phil dan tim yang ia bela berhasil tiga kali keluar sebagai juara. Ketiganya adalah Cleveland Cavaliers (2016), Toronto Raptors (2019), dan Los Angeles Lakers (2020). Ya, Anda membacanya dengan benar. Phil adalah seorang juara NBA tiga kali dan dua kali secara beruntun. Satu-satunya pemain yang memiliki capaian serupa usai final kemarin adalah Danny Green.

Phil adalah seorang asisten pengembangan ketangkasan pemain. Ia melatih kemampuan melantun pemain, gerakan kombinasi, dan beberapa fundamental lain dalam menyerang. Phil memulai kariernya kepelatihannya sejak 2011 dengan menangani Lakers. Dua tahun berselang ia menyeberang ke Cavaliers sampai di tahun lalu ke Raptors sebelum kembali ke Lakers musim ini.

Phil tak pernah bermain di NBA. Ia hanya pernah tercatat bermain di pramusim untuk Golden State Warriors dan Portland Trail Blazers, di pertengahan era 90-an. Karier basketnya berkembang di liga minor Amerika Serikat, Perancis, Australia, dan Inggris. Namun, Phil sadar ia punya cara lain untuk masuk ke NBA dengan mempelajari serta mengembangkan gerakan-gerakan fundamental basket.

(Baca juga: Opsi Kontrak yang Bisa Ditawarkan Lakers untuk Anthony Davis)

Dari sana, ia mulai dilirik oleh para pemain NBA untuk berlatih bersama di jeda musim, mengembangkan kemampuan mereka. Lambat laun, Phil mendapatkan pengakuan atas kerja kerasnya hingga Lakers mengajaknya menjadi asisten pelatih. Sebelum ke Lakers, Phil sudah cukup sering berlatih dengan mendiang Kobe Bryant. Setelahnya, ia konsisten berlatih dengan bintang-bintang NBA seperti LeBron James dan Kyrie Irving.

“Melatih para pemain terbaik di dunia merupakan pengalaman yang sangat luar biasa. Kobe, LeBron, dan Kyrie semuanya punya etos kerja yang sangat tinggi. Mereka sangat profesional, baik di dalam maupun di luar lapangan. Mereka adalah kompetitor sejati yang terdorong oleh keinginan untuk menjadi yang terbaik,” ujar Phil kepada kami dalam sebuah pertemuan beberapa waktu lalu tentang pengalamannya melatih bintang-bintang NBA.

“Pemain-pemain seperti mereka juga pelajar yang tekun. Setiap hari tak pernah lelah belajar. Menganalisis kemampuan diri dan kemampuan lawan. Mereka menyaksikan permainan mereka di video, juga lawan-lawan mereka. Ketiga pemain tersebut memiliki IQ basket yang tinggi yang sama hebatnya dengan kemampuan fisik yang mereka tunjukkan di lapangan,” lanjutnya.

“Kemampuan fisik yang hebat, IQ basket yang tinggi, ditambah etos kerja luar biasa adalah tiga hal yang mereka miliki yang membedakan mereka dengan para pemain lainnya di NBA. Satu hal lain yang mereka miliki adalah kekuatan mental. Dengan begitu, meskipun banyak gangguan dan harapan yang mereka hadapi, mereka tetap percaya diri sebagai pemain terbaik,” tutup pelatih yang kini berusia 49 tahun tersebut.

Cerita Phil beberapa tahun lalu ini benar-benar menjadi kenyataan. Kerja keras yang ia dan para pemain Lakers tunjukkan berujung pada gelar ke-17 untuk organisasi yang identik dengan warna ungu dan emas ini. Hebatnya lagi, hampir seluruh pemain Lakers mengalami peningkatan permainan. Semua pemain memberi kontribusi sesuai porsi masing-masing. Dan atas pengembangan ini, rasanya Phil Handy, Sang Pemenang Sejati, layak mendapat kredit yang tinggi. (DRMK)

Foto: NBA, Twitter @94feetofgame

 

Komentar