Di era sebuah tim memiliki duet maut seperti sekarang ini, faktor pemain ketiga yang dapat membantu duet tersebut menjadi sangat penting. Ambil contoh Golden State Warriors. Sebelum kedatangan Kevin Durant, duet Stephen Curry dan Klay Thompson adalah mesin poin utama mereka. Namun, keduanya tak akan bekerja dengan baik tanpa kehadiran Draymond Green yang menjadi fasilitator. Pun begitu saat Toronto Raptors juara musim lalu, Kyle Lowry dan Kawhi Leonard terbantu dengan performa apik Pascal Siakam.
Untuk tim juara NBA 2020, Los Angeles Lakers, perjalanan pemain ketiga cukup mengalami naik turun. DI awal musim, banyak yang meyakini bahwa Kyle Kuzma adalah pemain tersebut. Perkembangan permainan di dua musim pertamanya membuat eksepktasi Kuzma meledak di tahun ketiga cukup tinggi. Namun, Kepala Pelatih Lakers, Frank Vogel, tak sejalan dengan pemikiran ini.
Vogel menetapkan LeBron James sebagai point guard. Hal ini membuat barisan pemain lainnya harus diisi oleh penembak jitu dan pemain bertahan perimeter yang baik atau kita sebut (3D). Kuzma tak memenuhi keduanya dan akhirnya ia ditugaskan membantu tim dari bangku cadangan. Dari 61 gim musim reguler, ia hanya sembilan kali jadi pemain utama. Sedangkan di playoff, sama sekali Kuzma tak turun sejak tepis mula di 21 gim.
Peran pemain ketiga justru diberikan kepada Kentavious Caldwell-Pope (KCP), utamanya di playoff, setelah Avery Bradley memutuskan tak ikut ke “gelembung.” Meski bermasalah dengan konsistensi, KCP menutup playoff dengan rataan poin tertinggi ketiga di Lakers dengan 10,7 poin per gim. Ia juga menorehkan akurasi tripoin yang baik di angka 38 persen. Selain itu, dalam beberapa kesempatan, KCP juga menjadi penentu kemenangan Lakers, seperti di gim 2 final lalu.
(Baca juga: Opsi Kontrak yang Bisa Ditawarkan Lakers untuk Anthony Davis)
Keberhasilan KCP berkembang menjadi “pemain ketiga” Lakers hingga meraih gelar juara, perjalanan yang ia tempuh sebenarnya tidak mudah, bahkan bisa dibilang kariernya sudah cukup terancam. Masuk ke liga sebagai pilihan ke delapan NBA Draft 2013 oleh Detroit Pistons, KCP memikul ekspektasi tinggi. Ia sudah dikenal para pencari bakat sebagai pemain 3D dan ia membuktikan itu di awal-awal kariernya.
Namun, memasuki musim ketiga, Pistons tampaknya tak kunjung percaya dengan kapasitas KCP, apalagi menjadikannya sebagai tumpuan. Pistons yang sedang dalam proses membangun ulang skuat tak memberinya perpanjangan kontrak hingga di akhir musim selanjutnya, KCP bisa menjadi pemain bebas.
KCP sebenarnya cukup menarik perhatian pasar apalagi pamor pemain dengan kemampuan 3D sedang tinggi-tingginya. Sayangnya, sebelum terjun ke pasar pemain bebas, KCP justru berulah. Ia ditahan polisi karena terbukti mengendarai kendaraan bermotor dalam pengaruh alkohol. Persidangan kasus KCP terjadi di tengah transaksinya dengan Lakers yang menyepakati kontrak satu musim senilai AS$18 juta. KCP sendiri akhirnya dijatuhi hukuman masa percobaan yang membuatnya bisa bebas dari jeruji besi.
Hanya sekitar enam bulan setelahnya, KCP kembali bermasalah dengan hukum. Ia dinyatakan terbukti melanggar masa percobannya dan dijatuhi hukuman 25 hari penjara. Hukuman ini wajib dilakukan dan tidak bisa dilakukan penangguhan. Akan tetapi, hukum Amerika Serikat memiliki program work-release program yang memperbolehkan tahanan melakukan pekerjaannya dan kembali ke tahanan selama masa hukuman. Program ini tak bisa diberikan kepada semua pihak, butuh usaha untuk meyakinkan pihak berwajib untuk menjalankan program ini.
Pamor KCP sebagai pemain Lakers menjadi alasan ia mendapat program ini. Pun demikian, pihak berwenang juga tak percaya begitu saja. KCP diperbolehkan berlatih dan bermain di laga kandang Lakers di kurun waktu tersebut, tapi ia harus membawa alat pelacak lokasi (GPS) dan melakukan tes alkohol setiap ia keluar dari tahanan. KCP jadi satu-satunya pemain dalam sejarah NBA yang berstatus tahanan dan tetap bermain untuk timnya.
Kisah kelam tersebut sudah berlalu tiga tahun dan KCP sekarang adalah seorang juara. Tampaknya, program yang dilakukan oleh hukum California kala itu benar-benar berjalan dengan baik. Pasalnya, selepas kejadian itu, KCP tak lagi terlibat masalah hukum dan bisa dibilangg tampil lebih baik di lapangan. Meski menit bermainnya di musim reguler menurun, KCP mengalami peningkatan efektivitas tembakan sejak 2017 termasuk selama di playoff tahun ini.
(Baca juga: Perjalanan Rajon Rondo, Sang Metronom dari Bangku Cadangan Lakers)
KCP memiliki opsi pemain dalam kontrak dua musim AS$16 juta yang ia sepakati awal musim ini. Artinya, KCP bisa memutuskan untuk keluar dari Lakers dan mencoba peruntungan di pasar pemain bebas. Di sisi lain, ia juga bisa tetap bertahan dengan tim dan mencoba mengulang pencapaian mereka dua kali beruntun. Di usia 27 tahun dan memiliki peran penting dalam sebuah gelar juara, rasanya KCP akan menjadi incaran banyak tim. Sebuah kisah menarik dari seorang tahanan kota yang menjadi juara NBA. Selamat KCP!(DRMK)
Foto: NBA