Jimmy Butler membuat Miami Heat bisa mencuri dua kemenangan dari Los Angeles Lakers di Final NBA 2020. Itu sudah cukup untuk membuktikan dirinya adalah seorang bintang sejati. Tapi yang paling penting, semua tim Wilayah Timur kini harus waspada dengan Miami Heat.

Rasanya sudah lama sekali tidak mendengar Miami Heat jadi tim unggulan di liga. Mungkin itu sejak LeBron James pergi dari Miami tahun 2014 lalu. Heat bukan lagi favorit juara di liga. Bahkan lebih ironis lagi, mereka sempat tidak lolos playoff tiga kali dalam enam musim terakhir. Sampai akhirnya mereka menemukan Jimmy Butler.

Butler awalnya bukan harapan Heat. Dia hanyalah bintang kecil yang dianggap sebagai masalah di tim Philadelphia 76ers. Mereka justru mempertahankan Tobias Harris dan Al Horford yang ternyata tidak memberi dampak nyata musim ini. Heat menampungnya, dan berharap bisa menyusun komposisi terbaik musim depan. Oleh sebab itu, Butler dikontrak jangka panjang selama empat musim dengan nilai lebih dari AS$104 juta. Harapannya, Miami bisa mendapatkan bintang lain di musim 2021 mendatang. Lalu mereka bisa bersaing untuk mendapatkan gelar juara.

Namun siapa yang menyangka bila Jimmy Butler membawa perubahan nyata di tim asuhan Erik Spoelstra musim ini. Penampilannya di playoff hingga final membuat Heat lebih percaya diri menghadapi musim depan.

Butler tampil di Final NBA 2020 dengan rata-rata 26,2 poin, 8,3 rebound, dan 9,8 asis per gim. Dia mencetak akurasi tembakan 55,2 persen. Dua kemenangan Heat atas Lakers juga berkat penampilan menawan Butler. Dia mencetak tripel dobel dengan torehan 40 poin, 11 rebound, dan 13 asis di Gim 3 (4 Oktober 2020) untuk membawa Heat menang 115-104 dari Lakers. Saat itu, Heat tidak diperkuat Bam Adebayo dan Gordan Dragic yang cedera. Heat berhasil memotong keunggulan Lakers menjadi 1-2. Rekor tersebut membuat Butler menjadi pemain ketiga dalam sejarah Final NBA yang mencetak 40 poin atau lebih untuk tripel dobel. Pemain pertama adalah Jerry West bersama Lakers di tahun 1969, lalu disusul LeBron James saat bersama Cleveland Cavaliers tahun 2015.

Butler juga merusak malam perayaan Lakers dengan mencuri kemenangan di Gim 5 (9 Oktober 2020). Butler mencetak tripel dobel dengan catatan 35 poin, 12 rebound, dan 11 asis, saat Heat menang 111-108 dari Lakers. Selain menggagalkan pesta, Butler juga menodai kesucian "Black Mamba Jersey". Sebelumnya, Lakers tidak pernah kalah saat memakai jersei tersebut. Tapi Butler membuktikan bahwa seragam itu tidak menakutkan baginya.

Penampilan Butler musim ini memberi keyakinan Heat bahwa mereka bisa bersaing di partai puncak musim depan. Tetapi manajemen Heat kini mulai berbelok dari tujuan semula. Harusnya di jeda kompetisi ini, Heat mencari bintang baru untuk menjadi pemimpin tim. Justru sebaliknya, tujuan mereka adalah menemukan bintang lain yang bisa bermain dengan Butler.

Scott Rafferty dari nba.com menulis bahwa Heat tidak perlu lagi mengeluarkan anggaran besar untuk mendapatkan bintang. Mereka cukup melihat di pasar bursa pemain bebas agen saja. Bisa saja mereka mendapatkan Chris Paul, Kevin Love, atau Blake Griffin. Ini semua tergantung pada Erik Spoelstra saja.

Hal lain yang tak kalah penting yaitu Heat kini menjadi salah satu tim yang ditakuti di Wilayah Timur. Perjalanan mereka menuju Final NBA 2020 sudah membuktikan keperkasaannya. Heat mengalahkan Indiana Pacers di putaran pertama dengan keunggulan mutlak (4-0). Mereka menjadi momok menakutkan bagi pemimpin klasemen Wilayah Timur, Milwaukee Bucks di putaran kedua. Bahkan Giannis Antetokounmpo yang juga MVP NBA musim ini, tidak berkutik di hadapan Butler. Dan, sebelum berhadapan dengan Lakers, mereka mengalahkan Boston Celtics (4-2) di final konferensi.

Persaingan Wilayah Timur musim depan bakal lebih seru. Bucks masih punya Giannis, Celtics masih punya Jayson Tatum, dan terakhir ada Brooklyn Nets yang siap memainkan Kevin Durant dan Kyrie Irving. Namun mereka harus berhati-hati, sebab bos 'Big Face Coffee' bisa meledak kapan saja. (tor)

Foto: local10.com

Komentar