Gim 3 final NBA 2020 jadi ajang Jimmy Butler unjuk gigi. Masih tidak mendapat bantuan dari Goran Dragic dan Bam Adebayo yang cedera, Jimmy mengambil alih semua permainan Miami Heat. Meski Tyler Herro ada di sana, Jimmy lah yang menjadi sosok pengatur serangan Heat. Ia bisa menjadi fasilitator dan juga pencetak angka sendiri. Di samping itu, saat bertahan, ia juga jadi sosok yang menjaga LeBron James seorang diri seiring Heat tak menampilkan pertahanan zona di gim kemarin. Jimmy menutup gim dengan tripel-dobel 40 poin, 11 rebound, 13 asis, 2 steal, dan 2 blok.
(Baca juga: Jimmy Butler Tak Terhentikan, Miami Heat Mengejar Ketinggalan)
Ada beberapa hal yang bisa kita ambil dari gim 3 lalu, utamanya dari sisi Heat. Pertama, kemenangan mereka memang memenuhi kaidah statistik. Akurasi Heat lebih baik, turnover lebih sedikit, tembakan gratis cukup banyak dan akurasinya bagus. Heat hanya kalah di offensive rebound, sesuatu yang sudah diprediksi banyak pihak termasuk dalam tulisan saya beberapa waktu lalu.
Namun, ada perbedaan besar dari offensive rebound Lakers di gim 3 kemarin. Jika di dua gim sebelumnya Lakers total membukukan 25 offensive rebound dengan total second chance points mencapai 37 poin. Di gim 3, Lakers merebut 11 offensive rebound (lebih banyak dari gim 1 yang hanya sembilan rebound), tapi hanya menghasilkan 6 second chance points. Catatan tersebut hanya berselisih satu poin dari Heat yang hanya merebut 3 offensive rebound sepanjang gim.
Bukan tanpa sebab hal ini terjadi. Pertahanan Heat yang jauh lebih rapi dari dua gim sebelumnya membuat Lakers kesulitan melepaskan tembakan meski masih bisa mendominasi rebound. Heat tak turun dengan pertahanan zona, hal ini membuat peluang mismatch di bawah ring semakin kecil. Jika kita ingat, pertahanan zona Heat adalah pertahanan zona tidak lumrah.
Alih-alih menempatkan dua garda di depan (formasi 2-3), Heat justru menempatkan dua forwarda mereka di situ. Hasilnya, dua garda bergeser ke area baseline atau di area belakang yang akan membuat senter lawan seperti Anthony Davis (AD) dan Dwight Howard leluasa unggul melompat dan box out.
Dengan pertahanan satu lawan satu, Heat lebih mudah melakukan penyesuaian. Heat bisa menempatkan dua pemain melakukan box out kepada bigman Lakers dan setelah bola di dapat, katakanlah Lakers offensive rebound, pemain lain akan melakukan tukar jaga terhadap pemain-pemain Lakers yang ada di belakang garis tripoin.
Selain mematikan second chance points Lakers, pertahanan Heat juga cukup mematikan AD. Jika di dua gim sebelumnya Heat otomatis akan mengerubungi AD begitu ada umpan, di gim 3 mereka membiarkan Jae Crowder melakukan satu lawan satu lebih dahulu di area pos. Namun, pemain-pemain Heat tetap waspada memberi bantuan. Begitu AD melakukan lantun bola (dribble), bantuan akan datang dan berusaha membuat AD kembali memegang bola dan mati langkah. Mengingat AD adalah pemain yang tidak memiliki kemampuan umpan yang bagus, Heat bisa bergantung dengan pola ini dengan menutup jalur operan. AD main 32 menit dan membuat 5 turnover, turnover terbanyaknya sejak gim 5 lawan Houston Rockets. Hal ini bisa terjadi karena pertahanan Heat bukan pertahanan zona.
Lakers adalah tim yang sangat angin-anginan untuk urusan tripoin, utamanya dari Kentavious Caldwell-Pope dan Danny Green. Keduanya bisa jadi sangat wangi di satu gim dan berubah menjadi sangat busuk di gim selanjutnya. Hal ini membuat Heat memilih lebih bertaruh dengan tripoin kedua pemain ini ketimbang membiarkan AD melakukan satu lawan satu di area pos.
LeBron James juga meski memiliki akurasi 35 persen, rata-rata hanya melepaskan lima tripoin per gim. Jadi, Heat jelas lebih memilih Lakers menyerang dari tripoin ketimbang di area kunci. Pun demikian, bukan berarti Heat diam saja saat Lakers melakukan tripoin. Karakter Heat Culture mereka pegang teguh dengan upaya untuk selalu mengganggu tembakan pemain-pemain Lakers.
(Baca juga: Final yang (Tak Pernah) Seimbang untuk Heat)
Bergeser ke penyerangan, di bagian ini baru kita membahas peluang kehadiran Bam Adebayo di gim 4 yang justru akan merusak permainan Heat utamanya Jimmy Butler. Membaca beberapa komentar di unggahan Mainbasket tentang laporan hasil gim 3 lalu, banyak yang mempertanyakan mengapa Jimmy seolah bebas melakukan satu lawan satu tanpa bantu jaga dari pemain-pemain Lakers lainnya. Alasannya adalah komposisi pemain Heat.
Di gim 3, Heat paling sering turun dengan susunan pemain Tyler Herro, Duncan Robinson, Jimmy Butler, Jae Crowder, dan Meyers Leonard. Akan tetapi, susunan ini bukan yang paling produktif. Susunan ini menghasilkan total 28 poin selama 11,2 menit dengan akurasi 58 persen dan turnover 3 kali. Susunan paling produktif Heat terjadi saat mereka mengganti Leonard dengan Kelly Olynyk. Selama 10,9 menit, komposisi ini menghasilkan 30 poin dengan akurasi 60 persen dan hanya satu kali turnover.
Melihat secara statistik lanjutan, Olynyk memang benar-benar memberi dampak besar untuk serangan Heat. Offensive rating Heat di angka 142,9 sementara defensive rating di angka 95,7 yang membuat net rating mereka menjadi 47,2. Angka net raing ini sebenarnya kalah saat Leonard turun. Net rating Heat bersama Leonard di angka 50,0. Pun demikian, offensive rating Heat turun di angka 127,3 tapi defensive rating mereka membaik di angka 77,3.
Pada dasarnya, kehadiran Leonard dan Olynyk adalah faktor utama mengapa Jimmy bisa bebas melakukan satu lawan satu. Leonard dan Olynyk sama-sama mampu melepaskan tembakan dari belakang garis busur. Bersama Herro, Robinson, dan Crowder, Heat berarti memiliki empat pemain dengan akurasi tripoin setidaknya 35 persen selama playoff ini.
Olynyk adalah pemain dengan persentase 35 persen tersebut. Pun demikian, persentase tersebut bisa dibilang cukup baik untuk senter mengingat ia melepaskan 3,1 tripoin per gim. Sedangkan Leonard hanya mencoba 1,3 tripoin per gim tapi memiliki akurasi 50 persen. Tidak buruk dan juga tidak baik karena datanya terlalu kecil.
Dengan ini, jika Anda sebagai pelatih Lakers, akankah Anda mencoba melakukan dobel tim kepada Jimmy saat ia melakukan satu lawan satu? Tentunya tidak. Apalagi, di tulisan sebelumnya, saya sudah membahas bahwa mayoritas poin Heat tercipta melalui proses catch and shoot atau artinya pemain Heat cukup bagus dalam mencari posisi terbaik, menangkap bola, dan memasukkan tembakan.
Saya pribadi cukup terkejut bahwa Heat akhirnya mengubah cara menyerang mereka di gim 3. Pun demikian, saya sama sekali tak terkejut bahwa Jimmy adalah pemain satu lawan satu yang luar biasa. Pemain yang sudah masuk ke tim nasional Amerika Serikat rasanya adalah pemain yang hebat dalam satu lawan satu, utamanya pemain non-senter.
Selain itu, Jimmy adalah pemain yang sangat kuat dan atletis untuk seukurannya. Anda bisa lihat lagi seluruh poin Jimmy yang tercipta bagaimana permainanya sangat sederhana. Satu lawan satu, ia melihat sedikit lawan lengah dalam posisi bertahan, ia akan langsung menerobos. Terobosannya pun tak sembarangan, hampir selalu ada kontak hingga berujung 14 tembakan gratis. Saat lawan memberi jarak dan Jimmy ada di area perimeter, tembakan langsung ia lepaskan.
Di titik ini, kembalinya Bam Adebayo justru terlihat bisa berpeluang merusak permainan Heat dan Jimmy. Sekali lagi, gim 3 berhasil untuk Jimmy karena empat pemain lain bisa beroperasi di luar garis busur. Sedangkan Bam, kita tahu bersama belum mengembangkan kemampuan tripoinnya. Dengan ini, Bam akan bertahan di area kunci, utamanya di dunker spot (baseline dekat ring).
Jika ini terjadi, maka Jimmy tak akan pernah lagi sendirian satu lawan satu dengan pemain Lakers. Dengan Bam berdiri di area kunci, maka akan ada satu pemain Lakers juga yang berdiri menjaganya di sana. Dan jika pemain itu adalah AD atau Dwight Howard, maka tingkat kesulitan menerobos Jimmy juga semakin meningkat.
Erik Spoelstra akan berpikir keras untuk gim 4, untuk menyamakan kedudukan. Spo (sapaan akrab Spoelstra) rasanya akan berada dalam posisi dilematis seandainya Bam bisa kembali bermain. Masih segar diingatan, saat Bam bermain di gim 1, Lakers tampak sudah sangat memahami strategi permaian Heat yang berpusat kepada Bam yang melakukan hand-off atau pick n roll. Satu-satunya hal yang mungkin bisa dibantu oleh Bam saat ia bermain adalah untuk perebutan rebound. Atletismenya mungkin akan membantu banyak. Namun, hal itu akan percuma jika Heat tak bisa mencetak poin seleluasa gim 3 lalu.
Saya tak melihat Lakers tertekan dengan kondisi (2-1) ini. Sebaliknya, tekanan mungkin ada pada Heat. Meski Jimmy dan seluruh pemain Heat bilang mereka akan terus tampil lepas untuk mencari kemenangan, jika kondisi menjadi (3-1), peluang juara akan semakin tertutup. Dan untuk kali ini, pertama sepanjang playoff atau musim ini, kehadiran Bam Adebayo di lapangan justru belum tentu menjadi jawaban untuk kemenangan Heat.
Foto: NBA