Begitu daftar All-NBA Teams muncul di berbagai macam media sosial, ada dua nama yang saya cari, Bradley Beal dan Trae Young. Sayangnya, kedua nama tersebut tak muncul meski saya sudah mengusap layar ke bawah beberapa kali. Namun, setelah saya melihat daftar All-NBA Teams ini secara keseluruhan, saya rasa tak hanya dua pemain ini saja yang tertinggalkan. Ada tambahan nama lain yang tampaknya juga harus masuk daftar ini. Mari kita bahas satu per satu.

(Baca juga: Pengumuman All-NBA Team, LeBron dan Giannis Mutlak Masuk First Team)

Bradley Beal

Beal jelas adalah bentuk kekejaman nyata media-media NBA. Bermain di Washington Wizards yang notabene bukan tim dengan pasar besar tampaknya menjadi satu-satunya alasan kuat mengapa Beal tidak dipilih untuk masuk setidaknya Third Team. Bagaimana tidak, secara statistik dan penampilan di lapangan, Beal tampil superior.

Dalam 57 gim, ia mencetak 30,5 poin, 4,2 rebound, dan 6,1 asis per gim. Akurasi tripoinnya cukup memenuhi standar dengan 35 persen sedangkan efektivitas tembakan secara keseluruhan (eFG%) Beal juga masih sesuai dengan rata-rata liga dengan 52 persen. Catatan poin Beal adalah yang tertajam kedua di liga, hanya kalah dari James Harden.

Ini catatan secara angka. Pengamatan di lapangan pun, Beal terlihat berkembang pesat dari awal ia masuk ke liga. Beal berkembang menjadi pembawa bola handal, sementara di awal kariernya, ia hanya bertugas sebagai penembak jitu untuk umpan-umpan John Wall.

Lebih buruk lagi, mundur ke Februari, Beal juga tidak mendapatkan suara untuk bermain di All Star. Hal ini semakin menguatkan stigma bahwa media atau bahkan penggemar NBA sering mengesampingkan performa pemain dan lebih mengedepankan kencangnya pemberitaan. Bagi saya pribadi, Beal memang tidak akan masuk First Team, tapi setidaknya ia layak mengisi Second Team menggantikan Pascal Siakam atau Chris Paul.

Trae Young

Pemikiran pertama saya begitu melihat nama Luka Doncic di daftar adalah, “Trae Young seharusnya juga ada di All NBA Team.” Ya, kedua pemain ini di mata saya adalah bagian yang tak terpisahkan. Mungkin keduanya bisa jadi dua pemain angkatan draft yang sama dengan kualitas terbaik sejak LeBron James dan Carmelo Anthony.

Trae adalah top skor keempat liga dengan 29,6 poin per gim. Hanya kalah dari James Harden, Bradley Beal, dan Damian Lillard. Namun, satu hal lain yang membuat Trae lebih baik secara keseluruhan dari tiga pemain di atas adalah catatan 9,3 asis per gim miliknya. Catatan itu menempatkannya di peringkat dua rataan asis tertinggi hanya kalah dari LeBron James.

Dua torehan apik ini seharusnya menempatkan Trae serupa dengan Beal, di Second Team (setidaknya). Satu perbedaan besar antara Trae dengan Luka adalah kelengkapan ketangkasan yang didukung oleh postur. Luka yang memiliki postur lebih tinggi dan lebih besar membuatnya lebih komplet dan lebih sulit dihentikan lawan. Namun, Trae memiliki tripoint (36 persen) yang jauh lebih baik dari Luka.

Serupa dengan Beal, tampaknya faktor utama Trae tak terpilih adalah fakta bahwa Atlanta Hawks adalah tim yang sedang banyak kalahnya, membangun ulang skuad, serta tim dengan pasar yang tidak besar. Jika tak melakukan hal yang superspesial seperti Luka dengan tripel-dobelnya di musim-musim mendatang, bukan tidak mungkin Trae juga akan mengikuti langkah Beal sebagai salah satu pemain yang paling sering dilupakan oleh media dan penggemar NBA.

Joel Embiid

Memilih Ben Simmons dari Philadelphia 76ers di daftar ini cukup melukai pemikiran saya. Pasalnya, Ben bahkan bukanlah pemain terbaik di Sixers, masih ada Joel Embiid! Perlu diakui, Ben adalah pemain yang lebih komplet dan andai ia memiliki akurasi tripoin lebih baik, ia bisa jadi salah satu pemain paling dominan di liga. Akan tetapi, Sixers juga punya Embiid yang merupakan salah satu senter terbaik di liga saat ini. Satu-satunya senter yang rasanya ada di atas Embiid adalah Nikola Jokic (senter murni ya).

Joel adalah top skor Sixers dengan 23,0 poin dan juga memimpin perolehan rebound tim dengan 11,6 rebound per gim. Sementara Ben adalah pemberi asis dan pemilik steal terbanyak di Sixers. Atas hal yang terakhir disebut, Ben sudah masuk dalam All-Defensive Team. Jadi, rasanya memasukkan nama Ben di All-NBA Teams semakin tidak tepat.

Tak hanya Ben, Embiid juga jauh lebih baik secara keseluruhan ketimbang Rudy Gobert. Serupa dengan Ben, Rudy adalah pemain bertahan yang baik dan ia sudah masuk All-Defensive Team. Rudy adalah senter konvensional yang hanya bergerak di area kunci, melakukan screen, rebound, dan dunk. Catatan produktivitas angkanya bahkan tidak lebih baik dari Montrezl Harrell yang meraih Sixthman of the Year. Embiid seharusnya ada di daftar ini.

Donovan Mitchell

Jika harus ada satu pemain Utah Jazz yang masuk dalam daftar, maka seharusnya Donovan Mitchell yang mengisi posisi itu. Sebagai pemain tahun ketiga, Mitchell tampil layaknya veteran di atas enam tahun. Dalam tiga musim ini pula, Mitchell berkembang dari sekadar pemain yang membabi-buta menyerang ring lawan dengan eksplosif menjadi pemain yang efektif dalam setiap penguasaan bolanya.

Catatan 24,0 poin dan 4,4 asis per gim juga mengalami peningkatan dari musim lalu meski tidak signifikan. Akan tetapi, secara pengamatan permainan, kita bisa melihat ada perubahan jelas perannya sebagai pembawa bola utama tim, bahkan menggeser Mike Conley yang sepanjang kariernya adalah seorang pembawa bola menjadi penembak tripoin.

Analogi yang selalu saya bayangkan untuk menentukan betapa pentingnya peran pemain di dalam sebuah tim adalah dengan cara mengeluarkan pemain itu dari skuad. Mana yang lebih banyak menghasilkan kemenangan jika Jazz tampil tanpa Gobert atau tanpa Mitchell? Jika Gobert bukanlah pemain terbaik di dalam skuadnya, bagaimana bisa ia masuk All-NBA Teams?

Brandon Ingram

Nama terakhir yang saya masukkan daftar ini adalah forwarda New Orleans Pelicans, Brandon Ingram. Saya sempat dilema antara Ingram atau Bam Adebayo. Akan tetapi, jatuhnya penghargaan Most Improved Player kepada Ingram rasanya sudah cukup layak menempatkannya mengisi satu posisi di All-NBA Teams ini.

Sedikit demi sedikit, Ingram semakin menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang pencetak angka ulung. Dengan postur tubuh yang cukup mendukung, Ingram bisa menjadi salah satu ancaman di liga di masa mendatang jika diberi kepercayaan sebesar di Pelicans. Meningkatkan rataan lima poin lebih dengan peningkatan menit bermain hanya 0,1 menit per gim merupakan bukti bahwa Ingram memanfaatkan menitnya dengan sangat baik.

Sekali lagi, alasan utama Ingram seharusnya masuk dalam All-NBA Teams adalah karena ia memenangkan Most Improved Player. Nama yang mungkin bisa digeser oleh Ingram adalah Siakam, Ben Simmons, dan Rudy Gobert. Siakam memang menjalani musim yang baik sebagai opsi pertama serangan Raptors, tapi angka-angkanya tak lebih baik dari musim lalu (perbandingan poin, percobaan, dan efektitvitas tembakan). Sedangkan Ben dan Gobert sudah sangat cocok terpilih di All-Defensive Teams, bukan All-NBA Teams.

Foto: NBA

 

Komentar