Kabar tentang kolapsnya Garuda Bandung beberapa waktu lalu santer terdengar. Demi membuat klub ini tetap hidup, manajemen kemudian melakukan berbagai upaya mencari investor. Salah satunya mengadakan tur ke beberapa kota di Indonesia dengan tajuk Nusantara Tour.

Sejauh ini, Garuda rencananya akan mengunjungi empat kota: Bandung, Jakarta, Balikpapan, dan Samarinda. Upaya ini dilakukan sebagai bentuk pendekatan klub dengan penggemar di seluruh Indonesia, termasuk menyatukan perbedaan lewat bola basket.

Sebagai awalan, mereka sengaja memilih Bandung menjadi garis pertama untuk disambangi. Karena itu, dari 9-10 Oktober 2016, mereka terlihat berkeliaran di Kota Kembang.

Hari pertama, mereka menyempatkan diri berkumpul di Sawung Galing 7 untuk menyapa para penggemarnya. Dari sana mereka bertolak ke Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Mereka di sana menggelar jumpa fans dan basketball clinic dalam acara Troops.

Semalam di Jatinangor, Garuda lantas kembali ke Bandung di hari berikutnya. Pagi hari, mereka menggelar jumpa fans dan makan bersama di Bober Cafe, Jalan R.E. Martadinata No. 123, sampai siang sekitar pukul 13.00 WIB. Kemudian, mereka langsung menghadiri acara Triop di GOR SMA Trinitas Bandung.

Beruntung, menurut direktur keuangan dan adminitrasi Garuda, Restaditya Harris, Bandung memiliki antusiasme yang besar untuk menyambut Garuda. Baginya, penyelenggaraan kegiatan di garis awal itu berjalan baik karena kehadiran para penggemar. Meski pun dalam perjalanannya ternyata sempat ada beberapa kendala. “Ada kendala juga pada layanan livestreaming (saat berkunjung ke Jatinangor),” ungkap Restaditya.

Namun, kendala itu terbayar tuntas. Antusiasme masyarakat Bandung di GOR SMA Trinitas, masih menurut Restaditya, dinilai sangat bagus. Sesuai rencana, Garuda pun dapat memberikan penampilan terbaik mereka. Klub lokal itu berhasil menarik minat berbagai kalangan, terutama anak-anak SMP dan SMA. Selanjutnya, ia ingin kegiatan ini berjalan lancar sampai akhir dan terus menarik minat penggemarnya.

“Kami harap (dengan Nusantara Tour) ingin menjalin kerjasama. Karena basket ini tidak bisa dikotak-kotakan di setiap daerah. Pasti ada sesuatu yang menarik dan seru yang bisa menyatukan kita,” ungkap Restaditya.

Duo Andalan Pamitan di Bandung

Di tengah ketidakjelasan kabar tentang penyelenggaraan Indonesian Basketball League (IBL), beberapa klub rupanya mulai kolaps. Sebelumnya, Bimasakti Nikko Steel Malang diam-diam menghentikan kegiatan mereka. Beberapa pemainnya bahkan dikabarkan pensiun. Kini Garuda Bandung mulai menampakkan kesulitan mereka.

Saat ini Garuda memang sedang tidak baik-baik saja, tetapi semangat mereka untuk bangkit masih ada. Dalam segala keterbatasan yang menyulitkan, mereka ternyata berupaya untuk tetap bertahan. Sayangnya, demi menghidupi “keluarga besar” ini, ada harga yang harus dibayar. Manajemen terpaksa melepas dua pemain andalan ke tim lawan. Muhammad Rizal Falconi dan Muhammad Dhiya Ul’haq pindah ke Satria Muda Pertamina Jakarta.

“Saya rasa kami sudah memberikan yang terbaik untuk tim dan pemain, terutama kepada dua pemain yang segera pindah,” ujar Restaditya.

“Tentu kami ingin melihat mereka terus berkembang. Mereka insan basket. Pesannya, jangan menyia-nyiakan apa yang sudah didapat di sini (di Garuda). Mereka harus sukses dalam hidup,” tambahnya.

Perpindahan pemain memang sudah menjadi siklus biasa. Bahkan Garuda sempat ditinggal pensiun enam pemainnya di musim lalu. Akan tetapi, dalam kondisi seperti ini rasanya memang menyesakkan. Tidak mengherankan jika beberapa pemain Garuda sampai menitikkan air mata dalam perpisahan itu. Sebab kehadiran dua pemain tadi sangat berarti bagi tim ini, sementara rekrutan baru juga belum jelas karena beberapa hal.

Dalam sebuah kesempatan, Falconi kemudian angkat bicara. Baginya, Garuda sudah menjadi keluarga selama lima tahun terakhir ini. Garuda sudah memberikan banyak pelajaran dalam hidupnya. Ia tidak pernah merasa sia-sia berada di sana walau setiap masa ada saja kendalanya.

“Perjalanannya tidak mulus. Banyak faktor yang menghambat, tapi kami selalu bisa bertahan,” ungkap Falconi.

Hal senada juga dipaparkan Yaya—sapaan akrab Dhiya'Ul Haq—dalam kesempatan yang sama. Baginya, Garuda telah membentuk dirinya; dari kemampuan bermain basket sampai soal mental di lapangan. Apalagi, katanya, tim itu telah membentuk karakter yang baik dalam hidupnya. Kesehariannya selama di Garuda berdampak positif pada karirnya.

Dengan demikian, Bandung sukses menjadi tempat terakhir kali mereka mengenakan kostum Garuda. Selepas ini, mereka tidak akan mengikuti tur lagi. Rencananya, kedua pemain ini akan bergabung dengan tim barunya dan ikut serta dalam Perbasi Cup yang digelar 23-30 Oktober 2016 ini. (*)

Foto: Restaditya Harris

Komentar