Secara tiba-tiba, minggu lalu Paul George mengatakan bahwa alasan penurunan akurasinya tidak wajar. Bukan karena hari yang buruk, tetapi kondisi mentalnya kurang stabil. Tak hanya pemain LA Clippers itu, ternyata memang para pemain di "gelembung" NBA sedang berjuang menghadapi kesehatan mentalnya masing-masing.
Sebagai pemain saat mendapatkan diri mereka buruk di pertandingan, maka bisa saja beralasan kalau pertahanan lawan sedang bagus. Seperti kasus Paul George, dia bisa saja berkata kalau Dallas Mavericks luar biasa, atau tembakannya tidak masuk ke keranjang. Tetapi justru George mengatakan hal yang sama sekali tidak diperkirakan oleh semua orang.
"Saya seperti meremehkan kesehatan mental," kata George. "Saya mengalami kecemasan. Sedikit depresi. Saya merasa di kurung di sini."
Ternyata ada faktor penyebab kecemasan para pemain NBA ini bervariasi.
Pertama adalah melihat keadaan dunia karena pandemi global. Virus korona membunuh hampir 190 ribu penduduk Amerika Serikat, dan lockdown yang berlaku di sana membuat tingkat pengangguran tinggi mencapai 8,4 persen.
Kedua, adanya isu rasisme. Penegakan hukum di Amerika Serikat berujung pada pembunuhan orang-orang kulit hitam. Para korban yang memicu protes besar-besaran baru-baru ini yaitu George Floyd, Breonna Taylor, dan Jacob Blake. Para pemain frustasi karena perjuangan mereka memerangi isu tersebut tidak membuahkan hasil.
Alasan ketika adalah mereka bermain jauh dari keluarga. Saat ini mereka memainkan olahraga yang mereka sukai, dan mendapatkan jutaan dolar. Sayangnya, mereka jauh dari orang-orang tersayang. Ini yang membuat pikiran mereka kacau. Tetapi untuk alasan ini sudah bisa teratasi, sebab para pemain sudah boleh ditemani anggota keluarganya.
Dan, yang terakhir soal padatnya jadwal pertandingan. Setelah musim NBA resmi dilanjutkan pada akhir Juli lalu, tim-tim NBA bermain setiap dua hari sekali. Ini jadwal kompetisi paling padat yang pernah mereka jalani. Pemain tidak punya waktu yang cukup untuk pemulihan fisik, jam tidur cukup, atau sekadar bersantai menikmati waktu.
"Banyak hal yang menjadi pemicunya. Saya sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana harus bermain jauh dari keluarga dengan semua risiko yang ada," kata Kenyon Dooling, konsultan kesehatan pemain dari Asosiasi Pemain NBA (NBPA), seperti dilansir USAToday. "Banyak masalah dengan mental mereka. Tetapi saya bangga karena orang-orang ini sangat tangguh. Mereka mencoba berpikir positif."
George akhirnya mencari bantuan. George mencoba berbicara dengan pelatih Clippers Doc Rivers, rekan-rekannya di tim, dan keluarganya di "gelembung" NBA. Lalu yang paling penting, dia mengunjungi psikiater tim, dan mengutarakan masalahnya. Setelah usaha ini, penampilan George membaik.
Pada playoff putaran pertama melawan Dallas Mavericks, George hanya mencetak 10 dari 47 percobaan tembakan di Gim 2 dan 4. Setelah dirinya bertemu psikiater, George tampil dengan performa terbaik di Gim 5 Semifinal Wilayah Barat melawan Denver Nuggets hari ini, 7 September waktu setempat. George membuat 35 poin dengan memasukkan 12 dari 18 percobaan tembakan.
"Saya tahu persis apa yang sedang dialami Paul George," kata garda Lakers, Danny Green. "Kami tidak bisa melakukan apapun selain melihat ponsel dan mengikuti media sosial sepanjang hari. Itu mengganggu kesehatan. Sepertinya itu yang membuat George merasa seperti tertindas."
NBA, Asosiasi Pemain, dan manajemen tim sekarang lebih memperhatikan masalah kesehatan mental. Mereka berjanji akan membicarakan hal ini dalam pertemuan Dewan Gubernur. Mereka tidak ingin para pemain mengalami hal yang sama seperti di "gelembung" NBA, saat liga musim depan dimulai. (tor)
Foto: Clippers