Nama Richard Leo Latunusa atau yang akrab disapa Richard Insane adalah pelopor basket jalanan atau streetball, yang kemudian berkembang menjadi freestyle basketball. Berbagai prestasi diraih Richard karena menekuni olahraga tersebut. Hingga akhirnya, Richard bisa menelurkan salah satu karya besar yang menjadi mimpi setiap pemain basket, yaitu sebuah signature shoes.
Richard menjadi orang Indonesia ketiga yang punya sepatu khas (signature shoes) untuk basket. Pertama adalah Azrul Ananda dengan deretan sepatu AZA miliknya (mulai dari League hingga Ardiles), lalu yang kedua ada Abraham Damar Grahita dengan Ardiles AD1. Tetapi Richard menjadi orang pertama dalam dunia streetball basketball yang punya sepatu khas. Artinya, tidak hanya di Indonesia, bahkan di dunia streetball baru Richard yang punya signature shoes.
Sebuah pencapaian yang tidak datang begitu saja. Perjalanan panjang mengawali kelahiran League Insane di pasar sneaker basket Indonesia. Namun, pandemi virus korona membuat sneaker ini tidak bisa langsung dinikmati pasar.
Cinta Lama Belom Kelar
Richard mengaku punya sejarah panjang dengan League. Karena, tepat setelah tiga tahun dirinya menekuni basket jalanan, merek tersebut sudah menjadi sponsor. Tetapi saat itu berbeda, karena bukan sebagai sponsor pribadi.
"Saya mulai basket jalanan itu pada tahun 2001. Kemudian tahun 2004, League menjadi sponsor Freestyle Basket Indonesia. Itu kontrak untuk satu tim selama satu tahun. Jadi bukan pribadi saya sendiri," kisahnya.
Setelah kontrak tersebut habis, Richard menjadi semacam "pemain bebas agen" di dunia sneaker basket nasional. Ia mendapatkan sponsor bermacam merek. Sempat bersama AND1, Nike, dan beberapa merek ternama, hingga yang terakhir bersama Peak.
Lalu pada akhir tahun 2017, saat kontraknya dengan Peak berakhir. Richard kembali didekati oleh League. Mereka ingin kembali memakai Richard sebagai duta karena ingin memasarkan produk terbarunya yang bernama Shift. Ini adalah sneaker basket terbaru buatan League setelah kembali ke pasar basket. Sebelumnya, League meninggalkan pasar basket untuk fokus di casual dan olahraga lari. Siluet Shift ini menandai kembalinya League.
Baca Juga: Membedah League Shift, Gebrakan Sepatu Basket Lokal Sarat Inovasi
"Tahun 2018, saya kembali bersama League. Ini berlangsung satu tahun," kata Insane.
Insane menjadi duta yang baik bagi League, hingga kontraknya diperpanjang. Kemudian mereka sepakat membuat gebrakan dengan program Richard Insane Blusukan. Mereka pergi ke 10 kota di Indonesia untuk mempromosikan Shift. Lalu, setelah itu, timbul ide untuk membuat signature shoes.
"Saya bilang ke League. Saya bilang kalau kami sudah punya sejarah yang panjang, selama ini juga penjualan bagus. Akhirnya saya mengajukan ide untuk membuat signature shoes. Karena saya dan merek ini ibaratnya CLBK, Cinta Lama Belom Kelar," ujarnya dengan nada bercanda.
Akhirnya, dimulailah program pembuatan signature shoes tersebut.
Lahirnya Shift Insane
Membuat signature shoes memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Beberapa proses kreatif juga harus dilalui Richard bersama desainer League Mikhael Romeo.
Selain itu dari pihak penjualan awalnya belum yakin dengan pasar sneaker basket di Indonesia. Tapi Richard mampu menepis anggapan miring tersebut.
"Saya dan pihak penjualan akhirnya sepakat untuk membuat proyek signature shoes memakai produk Shift yang sudah mereka buat sebelumnya. Ini benar-benar saya banget," katanya.
Detailnya disesuaikan dengan permintaan Richard. Pertama di bagian atas ada siluet gerakan-gerakan khas Insane. Ada gambar bola basket, hastag milik Insane (#yeahyeah), dan detail seperti nomor khas (-1+).
Di lidah sepatu bagian depan ada nomor -1+ yang selama ini dipakai Insane. Nomor tersebut sebagai gambaran bahwa Insane adalah pemain basket jalanan terbaik di Indonesia yang punya kekurangan dan kelebihan. Sedangkan di bagian belakang ada nama Richard 'Insane' Latunusa di kiri, dan barcode instagram @richardinsane di bagian kanan.
Salah satu yang menarik adalah di bagian bawah sepatu tersebut ada tulisan "Main Basket Itu Belajar". Sebuah quote yang menjadi pegangan hidup Richard selama ini.
Shift Insane akan keluar dengan tiga varian warna yaitu biru, merah dan hitam. Tetapi untuk saat ini baru warna biru yang keluar. Sementara itu, sneaker ini belum bisa dinikmati pasar karena pandemi virus korona.
Seharusnya, sepatu Shift Insane diluncurkan pada bulan Juli 2020, bertepatan dengan Hari Anak Nasional, dan juga ulang tahun Richard sendiri. Tetapi karena pandemi virus korona, semua rencana peluncuran gagal.
Bukan itu saja, produksi massal juga belum bisa dilakukan. Karena bahan baku belum bisa didatangkan akibat pandemi.
"Untuk saat ini masih sistem pre-order. Kemungkinan bisa dilepas ke pasaran pada Desember 2020 nanti," ungkapnya.
Lahirnya Shift Insane ini memiliki makna yang sangat besar bagi Richard. Bukan hanya menandai pencapaian prestasi, atau sekadar mewujudkan mimpi. Namun Richard menganggap sneaker tersebut sebagai wujud kerja keras.
"Kerja keras," tegas Insane, ditanya tentang arti sepatu ini untuknya. "Ini buah dari kerja keras saya selama ini sebagai pemain basket jalanan."
"Saya tidak pernah menjadi pemain profesional. Hanya dulu pernah Pra-Kobatama bersama Scorpio Jakarta. Lalu saya bertemu basket jalanan dan akhirnya memutuskan bahwa inilah jalan hidup saja. Saya dulu menulis di kertas kecil tentang mimpi-mimpi yang ingin diwujudkan. Signature shoes ini adalah salah satu mimpi yang saya tulis, dan ini hasil kerja keras saya."
"Saya tidak pernah berpaling dari jalur streetball. Saya percaya bahwa sesuatu yang dilakukan dengan tekun dan sungguh-sungguh, cepat atau lambat akan membawa hasil. Perjalanan panjang selama sejak tahun 2001 di steetball bukan waktu yang pendek."
Main Basket Itu Belajar
Salah satu detail yang muncul di Shift Insane adalah kalimat "Main Bakset Itu Belajar". Richard mengaku sengaja memasang kalimat yang selama ini dipegang sebagai pedoman hidupnya.
Richard punya banyak pengalaman hidup yang ada kaitannya dengan kalimat tersebut. Beberapa sudah berhasil membuatnya jadi orang yang lebih baik.
"Banyak hal yang saya pelajari dari permainan bola basket. Misalnya, ada orang di depan saya baik, tapi di belakang tidak. Kalimat itu akan berubah menjadi Main basket itu belajar memahami sebelum membenci," ujarnya.
Sama seperti saat Richard ditakdirkan berada di lingkungan yang keras saat kuliah. Awalnya Richard kurang nyaman dengan lingkungan itu. Tetapi bola basket akhirnya menjadi penyelamat.
"Dari situ saya tahu bahwa Tuhan selalu punya rencana di hidup saya. Main basket itu belajar menjadi terang di tempat yang gelap," ungkapnya.
Jadi kalimat "Main Basket Itu Belajar" yang tertulis di bawah sepatu ini sangat besar artinya bagi perjalanan hidup Richard Leo Latunusa. (ajib/tor)
Baca Juga: Obrolan dengan Richard "Insane" Sembilan Tahun Lalu yang Kini Masih Relevan
Foto: Dokumen Pribadi Richard Insane