Kemenangan 122-110 Orlando Magic atas Milwaukee Bucks di gim pertama playoff NBA 2020 memang cukup mengejutkan banyak pihak. Sebagai peringkat delapan Wilayah Timur dan turun dengan skuad pincang seiring badai cedera yang menghadang, Magic justru tampil dominan. Magic total unggul selama 41 menit dari 48 menit pertandingan dan sempat unggul 18 poin di gim ini.
Secara statistik tim tradisional, sebenarnya kita sudah bisa melihat titik-titik kekalahan Bucks. Akurasi yang menjadi faktor terbesar dalam kemenangan sebuah tim tak dimiliki Bucks di gim ini. Akurasi tripoin yang cukuo buruk (33 persen) membuat mereka tak bisa mengejar ketinggalan. Secara statistik lanjutan, efektivitas tembakan (eFG%) Bucks hanya berada di angka 51 persen sedangkan Magic melejit dengan 58 persen.
Bucks juga lantas kalah di faktor persentase turnover meski hanya berselisih satu poin (14 persen Magic, 15 persen Bucks). Di dua faktor sisanya, yang mana offensive rebound dan frekuensi tembakan gratis (Free Throw Rate), Bucks memang unggul. Sayangnya, frekuensi tembakan gratis yang tinggi tidak diimbangi akurasi yang baik (hanya 64 persen).
Lantas, apa-apa saja yang menyebabkan angka-angka statistik Bucks ini terjun bebas?
Jawaban utamanya adalah pertahanan solid ala Magic. Kepala Pelatih Magic, Steve Clifford, tampak datang dengan sangat siap di gim ini. Mereka tahu apa yang harus dilakukan untuk menghentikan Giannis Antetokounmpo. Kunci utamanya adalah menghentikan Giannis dan Bucks untuk melakukan serangan melalui open court atau juga dalam fastbreak.
Rataan poin dari fastbreak Bucks sepanjang musim reguler (sebelum hiatus + delapan gim di “gelembung”), 15 persen dari keseluruhan poin Bucks datang dari pola fastbreak. Rata-rata mereka menciptakan 18,0 poin per gim melalui skema serangan cepat ini. Di gim hari ini, Magic berhasil menahan Bucks hanya mencetak 10 poin dari fastbreak.
Kredit khusus layak diberikan kepada seluruh pemain Magic dan utamanya James Ennis III serta Gary Clark yang bergantian menjaga Giannis. Mereka memberi tekanan sejak dini kepada Giannis yakni menjaganya sejak tengah lapangan. Tujuan utamanya hanyalah mencegah MVP NBA 2019 itu membawa bola saat pertahanan Magic belum siap di dalam garis busur.
Tak sampai di situ, begitu fastbreak bisa dihentikan, para pemain Magic juga masih sangat disiplin dalam melakukan rotasi pertahanan. Khris Middleton, Eric Bledsoe, Brook Lopez, dan George Hill mereka buat menembak dengan sangat tidak nyaman. Hill hanya ditemani Wesley Matthews, dan Marvin Williams sebagai pemain yang menyentuh akurasi 50 persen dari tripoin untuk Bucks di gim ini (sama-sama 2/4). Middleton hanya 33 persen (2/6), Bledsoe 20 persen (1/5), sedangkan Lopez gagal total (0/4).
Giannis memang tampil seperti biasa. Statistik 31 poin, 17 rebound, dan 7 asis bukanlah hal baru untuknya. Akan tetapi, mematikan empat pemain lainnya mmembuat Magic jadi leluasa unggul. Tak masalah Giannis mencetak 60 poin sekalipun, asal rekan satu timnya hanya mencetak 40 poin secara total.
Jika Anda sadari, Hill Matthews, dan Williams memang akurasinya tinggi, tapi frekuensi tembakan mereka sangatlah rendah. Jadi, Magic tidak akan terlalu “terluka” jika tembakan mereka masuk. Hebatnya lagi, Magic berhasil memaksa Giannis yang hanya memiliki rataan akurasi tripoin 30 persen menembak sebanyak tujuh kali dari luar garis busur. Itu adalah percobaan tripoin terbanyak oleh satu pemain Bucks di gim ini.
Memang, Giannis bisa memasukkan tiga di antaranya yang membuat akurasinya hari ini di angka 43 persen. Akan tetapi, kita semua tahu bahwa membiarkan Giannis menembak tripoin (sekali lagi, akurasinya hanya 30 persen) adalah pilihan yang jauh lebih baik ketimbang membiarkannya membawa dan melantun bola dari tengah lapangan sehabis melakukan rebound.
Strategi seperti ini sebenarnya sudah diterapkan berkali-kali oleh beberapa tim. Di playoff musim lalu, Boston Celtics menerapkan ini saat mereka menang di gim pertama semifinal Wilayah Timur. Namun, konsistensi mereka hilang di empat gim selanjutnya dan Bucks menang. Konsistensi serta disipilin adalah kuncinya dan Toronto Raptors punya itu di final Wilayah Timur musim lalu hingga Bucks akhirnya takluk.
Menghentikan Giannis saat fastbreak adalah langkah awal untuk merusak permainan Bucks. Setelahnya, rotasi bertahan harus sangat rapi, semua tembakan harus diganggu, dan Bucks akan terlihat frustasi lama kelamaan. Ya, faktor mentalitas Bucks juga terlihat di kekalahan kali ini. Saat strategi serangan pertama mereka gagal, Bucks tampak kebingungan harus melakukan apa.
Sekali lagi, hal ini terjadi karena pemain Magic benar-benar tahu apa yang harus mereka lakukan. Mereka melakukan bantu jaga (help defense) juga dengan baik. Begitu bola dialirkan ke Giannis, satu pemain tambahan disiapkan untuk menutup jalur terobosan. Sementara saat bola di tangan Middleton atau Bledsoe, sudut tembakan selalu ditutup.
Gim kedua akan digelar lusa, waktu setempat. Magic harus menjaga konsistensi mereka untuk membuat kejutan selanjutnya di NBA. Jika Magic bisa mencuri dua kemenangan, mentallitas Bucks akan dipertanyakan. Skuad yang dominan di musim reguler dalam dua tahun terakhir ini, tak pernah tertinggal dua gim di seri playoff dalam kurun waktu yang sama. Melihat betapa frustasinya mereka saat tertekan seperti gim tadi, satu kekalahan lagi mungkin bisa mengubah peta persaingan Wilayah Timur.
Foto: NBA