Membangunkan Serigala yang Tertidur

| Penulis : 

Jauh dari hingar bingar kota metropolitan layaknya Los Angeles, New York ataupun Miami, sekumpulan pebasket muda papan atas di kota Minneapolis kini akan mencoba untuk mendobrak eksistensi tim-tim papan atas Wilayah Barat NBA. Adalah tim Minnesota Timberwolves, yang belakangan ini mulai menunjukkan tanda-tanda akan kebangkitan dari hibernasi panjang yang melandanya. Ada begitu banyak alasan untuk menjelaskan mengapa Timberwolves layak dianggap sebagai salah satu tim yang kelak akan mengejutkan banyak pihak di musim depan.

Pertama, akuisisi pelatih kenamaan Tom Thibodeau jelas akan menjadi pembeda antara Timberwolves musim lalu dan sekarang. Berbekal CV dengan raihan gelar juara NBA 2008 (saat menjadi asisten pelatih di Boston Celtics) serta NBA Coach of the Year 2011 saat melatih Chicago Bulls, Coach Thib –begitu ia disapa– akan menjadi sosok pemimpin yang selama ini belum dapat ditemukan di kota Minnesota.

Orientasi yang kuat kepada filosofi defense dari Coach Thib diharapkan akan mampu untuk membenahi lubang menganga di sistem defense Timberwolves, yang musim lalu menderita 53 kekalahan (ranking 25 dari 30 tim NBA) serta defensive rating* yang hanya menempati ranking 28 dari 30 tim NBA.

Sebagai catatan, ketika menangani Chicago Bulls di musim terbaiknya (2010-2011), Thibodeau membawa Bulls meraih rekor menang-kalah 62-20 (terbaik di wilayah timur pada saat itu), menempati urutan pertama dalam urusan defensive rating dan melimitasi tim lawan untuk hanya mencetak 91.3 poin per game (ranking 2 dari 30 tim).

Walaupun Thibodeau bukanlah pelatih yang akrab dengan pemain muda, melihat proses bagaimana ia memoles Derrick Rose dan Jimmy Butler saat di Chicago menjadi pemain berkaliber superstar tentunya menjadi sebuah harapan bahwa hal yang sama bisa ia terapkan untuk mengasah duo bintang utama Timberwolves saat ini; Karl Anthony Towns dan Andrew Wiggins.

“… Ia (Thibodeau) akan mengeluarkan potensi terbaik saya … Kami butuh pelatih yang mampu membuat kami keluar dari zona nyaman.” Ujar Wiggins perihal penunjukan Thibodeau sebagai pelatih Timberwolves seperti dilansir dari Dime Magazine.

Kedua, selain mempunyai Karl-Anthony Towns dan Andrew Wiggins, Timberwolves juga diperkuat oleh beberapa pemain muda potensial seperti halnya Zach Lavine, Kris Dunn, Shabazz Muhammad dan juga Tyus Jones yang baru saja meraih gelar pemain terbaik (MVP) dalam gelaran NBA Summer League 2016 di Las Vegas bulan Juli lalu. Kris Dunn, point guard yang diakuisisi di NBA Draft tahun ini di urutan ke-5 diproyeksi akan menggeser point guard utama Ricky Rubio ke bangku cadangan karena Dunn memiliki kapabilitas defense dan athleticism yang lebih baik.

Di lain sisi, Zach Lavine pun diharapkan mampu memanfaatkan kehadiran Coach Thib untuk meningkatkan skill perimeter defense-nya sehingga ia tidak lagi dicap sebagai pemain yang hanya piawai melakukan slam dunk. Wiggins dan Towns, yang merupakan pemenang Rookie of the Year 2014 dan 2015, tentunya akan menjadi sajian utama. Para fans pun mulai membandingkan duet dua pemain ini seperti halnya duo Kobe Bryant & Shaq Oneal yang sukses membawa Los Angeles Lakers menjadi juara threepeat dari musim 2000-2002.

Khusus untuk Towns, ia memulai kampanye di musim rookie-nya dengan catatan yang impresif; ia menorehkan catatan statistik 18.3 poin per game dan 7.7 rebound per game, terbaik diantara para rookie NBA musim 2015-16. Ia juga mencatat 51 double-double, ranking ke-3 di NBA dibawah Andre Drummond (Detroit) dan Russell Westbrook (OKC). Dengan kemampuan offense-nya yang piawai bermain baik di dalam paint area ataupun area perimeter, bukan tidak mungkin bahwa Towns akan menjadi katalisator kebangkitan dominasi pemain bigman di NBA yang kini mulai kurang menggigit dalam 5 tahun terakhir.

Tak ada gading yang tak retak, begitu juga halnya dengan Minnesota Timberwolves. Minimnya kehadiran pemain veteran yang berkualitas di susunan tim membuat Timberwolves miskin pengalaman dan tuntunan. Sang legenda, Kevin Garnett, pun nampaknya tidak akan banyak turun ke lapangan mengingat usianya yang telah uzur dan cidera lutut yang menggerogotinya semenjak musim lalu.

Dengan pengalaman bermain yang minim dan banyaknya pemain muda, analisa dari ESPN memprediksi bahwa Timberwolves akan menempati posisi 10 dari 15 tim di wilayah Barat. Namun tetap saja, saat ini merupakan momen yang paling tepat bagi segenap fans Timberwolves untuk melipatgandakan antusiasme dan harapan mereka terhadap masa depan tim ini. Kota ini telah ber-hibernasi sangat lama untuk menunggu tim ini masuk ke babak Playoff, sesuatu yang mereka terakhir saksikan 12 tahun silam. Akhirnya, mengutip penggalan lirik dari band Seringai, Timberwolves adalah;

“… Kau serigala, yang teredam, cukup sudah kau terinjak!”

Let’s go Wolves!

(*) Defensive Rating adalah suatu komponen statistic yang diperkenalkan oleh Dean Oliver, seorang penulis buku, statistician dan penggila bola basket. Secara umum, defensive rating menunjukkan kemampuan pertahanan seorang pemain ataupun tim dengan melihat aspek seberapa banyak poin yang dapat dicetak oleh lawan dalam 100 possession (penguasaan bola). Semakin tinggi defensive rating, maka itu menunjukkan semakin buruk pula pertahanan suatu tim/pemain. (Sebagai gambaran, defensive rating tertinggi di NBA musim 2015/16 adalah milik San Antonio Spurs dengan skor 99.49 sedangkan, Minnesota Timberwolves hanya meraih skor 110.86.)

Foto: NBA

Populer

Golden State Warriors Terjun Bebas
LeBron James Menangkan Lakers di Tengah Drama dan Kekacauan Utah Jazz!
Rumor NBA, Dua Pemain Dikaitkan Dengan Dallas Mavericks
Steve Kerr Merindukan Kevin Durant
Kyrie Irving Sebut Celtics Sebagai Tim Super
Giannis Antetokoumpo Cetak Sejarah Saat Bucks Menggilas Wizards
Hanya James Harden & Stephen Curry yang Capai 3 Ribu Tripoin
LeBron James Ingin Pensiun Sebelum Masa Jayanya Berakhir
Victor Wembanyama Pimpin Spurs Kalahkan Kings Dengan Penampilan Terbaiknya
Donovan Mitchell Meledak di Kuarter Keempat, Hentikan Tren Positif Celtics