Diskusi online yang diselenggarakan DBL Indonesia dengan tema "Anak Muda, Olahraga, dan Korona", Senin (6/7), menyisakan sejumlah hal menarik. Salah satunya diskusi tentang "liga tengah" yang bisa menjembatani level pelajar dan profesional.

Baca juga: Terkait Pandemi, Menpora Siap Support DBL.

Pembahasan ini lahir dari pertanyaan analis basket Indonesia, Rocky Padila. Sebelum diskusi online tersebut berakhir, ada satu pertanyaan pamungkas dari Rocky Padila. Ia menilai DBL sudah sangat bagus mengelola liga di level SMA bahkan SMP. Hanya saja, ada jenjang yang terputus ketika pebasket muda ini beranjak ke level universitas.

"Sekarang ini ada gap untuk kompetisi antara SMA dan profesional. Saya merasa kompetisi untuk kelas mahasiswa kurang maksimal karena pertandingannya sangat minim. Apalagi di luar pulau Jawa," ujar pehobi fotografi itu.

Ibarat sebuah piramida, DBL telah bertransformasi menjadi pondasi basket Indonesia yang sangat kukuh. Sedangkan kompetisi Indonesian Basketball League (IBL) yang berada di puncak piramida, sudah berangsur baik dan semakin berkualitas. Kendala justru muncul ditingkat menengah, alias universitas.

"Nah, dari kondisi itu apakah DBL akan ada plan untuk mungkin membuat liga basket di level kampus ke depannya?" tanya influencer dan Youtuber basket itu.

Menjawab pertanyaan Rocky, Azrul Ananda mengungkapkan bahwa DBL Indonesia berulang kali mendapatkan permintaan untuk menggelar kompetisi basket di tingkat universitas. Menurut Azrul, DBL secara konsisten membina basket di tingkat SMA di seluruh Indonesia. Sedangkan IBL berada di puncak piramida sebagai kompetisi profesional di Indonesia.

"Level tengah-tengahnya ini tidak cukup banyak untuk jadi jembatan antara piramida bawah dengan ujung atas," kata Azrul.

Azrul mengatakan, DBL Indonesia sudah menjalin komunikasi dan sejumlah diskusi tentang kemungkinan menggelar liga di level kampus. "Kami sudah ada diskusi soal itu. Kami juga berkomunikasi dengan baik dengan IBL. Tapi begitu memulai komunikasi, pandemi ini terjadi," jawab Azrul.

Usai mengikuti diskusi bersama DBL Indonesia, Mainbasket sempat berbincang lagi dengan Rocky soal liga kampus. Ia menilai liga kampus di Indonesia kurang menggigit karena pemasarannya yang tidak maksimal.

"Kurang ada hype-nya dan alumni-alumni kampus juga kurang involve," ujar Rocky. Hal itu membuat liga kampus hanya penuh penontonnya saat final nasional saja. "Padahal talent-talentnya bagus banget," imbuhnya.

Kata Rocky, saat ini jumlah pertandingan liga kampus juga masih minim. Padahal seharusnya liga kampus itu menjadi sarana bagi pemain untuk siap naik ke level professional. "Harusnya pihak liga kampus bisa membuat kompetisi lebih kompetitif agar pemain semua lebih pride untuk membela kampusnya. Sayang karena potensinya liga kampus ini besar banget," jelasnya.

Menurut Rocky, DBL Indonesia memiliki kemampuan untuk mengemas liga kampus lebih menarik. Selain itu, ia sangat yakin jika DBL Indonesia bisa menjangkau wilayah yang lebih luas. Tidak hanya di Jawa, tapi juga ke luar Jawa.

"Kasihan anak-anak yang tidak punya kesempatan kuliah di pulau Jawa. DBL bisa membuat ini lebih luas karena sudah punya resources-nya semua untuk menjalankan kompetisi di luar pulau Jawa," jelasnya.

Apa yang diterapkan DBL Indonesia di basket pelajar, kata Rocky, sangat mungkin dibawa ke level mahasiswa. Misalnya bikin tim All-Star dan diberi kesempatan belajar dan bertanding di luar negeri. (tor/sha) 

Komentar