Vince Lamar Carter Jr. atau yang lebih terkenal dengan nama Vince Carter akhirnya resmi pensiun dari NBA, pada musim 2020. Sulit untuk mengatakan ini musim yang indah untuk mengakhiri karier. Vince harus tabah, karena pandemi virus korona membuat perpisahan 22 musim dengan NBA jadi kurang berkesan. Tapi ada baiknya untuk menengok kembali perjalanan karier pemain yang pernah membuat salah satu slam dunk terbaik sepanjang masa.

Carter memang dilahirkan untuk berprestasi di bidang olahraga. Lahir di Daytona Beach, Florida, Amerika Serikat, pada 26 Januari 1977, Carter muda bermain American Footbal di Mainland High School, hingga pergelangan tangannya patah. Setelah sembuh Vince justru bergabung dengan tim bola voli. Setelah itu, ia menekuni basket. Beranjak ke level mahasiswa, kali ini Carter bermain untuk University of North Carolina. Pada musim 1997-1998, Carter mencetak 15,6 poin per gim, serta diumumkan masuk dalam NBA Draft 1998.

Toronto Raptors (1998-2004)
Carter awalnya diambil oleh Golden State Warriors sebagai pilihan kelima dalam Draft NBA 1998. Kemudian, Carter ditukar dengan Antawn Jamison ke Toronto Raptors. Carter menjadi sosok penting dalam sejarah Raptors. Ia berhasil membuat Raptors masuk playoff pertamanya di tahun 2000. Selanjutnya membuat timnya bisa melajut hingga semifinal Wilayah Timur pada tahun 2001.

Pada periode ini, Vince juga berhasil menggebrak NBA dalam kontes slam dunk tahun 2000. Momen tersebut menjadi kenangan indah Carter di sepanjang perjalanan kariernya. 

Saat itu Carter benar-benar dalam performa terbaik. Ia berhasil mencetak 27,6 poin per gim, yang membuatnya bisa membawa Raptors menang 47 laga beruntun. Carter juga terpilih sebagai starter dalam NBA All-Star 2001.

Pada musim 2002-2003, Carter hanya bermain 43 gim karena cedera. Momen tak terlupakan lainnya adalah ketika Carter menyerahkan posisi starter NBA All-Star 2003 kepada Michael Jordan. Saat itu, Carter tahu bahwa ini adalah All-Star terakhir bagi Jordan.

New Jersey Nets (2004-2009)
Musim 2004, Raptors cuci gudang. Manajer Glen Grunwald dan seluruh staf pelatih dipecat. Carter frustasi, dan meminta untuk dijual. Akhirnya pada 17 Desember 2004, Carter dikirim ke New Jersey Nets, sedangkan Raptors mendapatkan Alonzo Mourning, Aaron Williams, Erick Williams, dan dua pemain dalam draft putaran pertama.

Tetapi yang paling berkesan adalah di laga pertama Nets melawan Raptors di Toronto pada 15 April 2005. Carter jadi bahan ejekan penggemar, bahkan ada yang membakar jersei bernama Carter. Mereka menyebut Carter sebagai "Wince" atau "belum dewasa". Carter menerima perlakuan seperti itu selama bertahun-tahun ketika dirinya bertanding di Toronto.

Pada musim 2005-2006, Nets tampak perkasa dengan duet Carter dan Jason Kidd. Keduanya memimpin timnya meraih 49 kemenangan di msim reguler. Carter-Kidd membawa Nets ke putaran kedua playoff, sebelum kalah dari Miami Heat. Di playoff, Carter rata-rata mencetak 29,6 poin, 7,0 rebound, dan 5,3 asis dalam 11 gim.

Orlando Magic (2009-2010)
Pada tanggal 25 Juni 2009, Carter dikirim ke Orlando Magic bersama Ryan Anderson. Magic berharap Carter bisa menambal kekurangan Dwight Howard yang kurang dalam hal akurasi tembakan perimeter. Carter membantu Magic mencapai final Wilayah Timur. Namun mereka kalah dari Boston Celtics. Sampai Carter pensiun, inilah final wilayah pertama dan terakhir baginya.

Phoenix Suns (2010-2011)
Pada 18 Desember 2010, Carter diakuisisi Phoenix Suns. Bersama Suns, Carter pernah mencetak 29 poin dan 12 rebound saat meraih kemenangan atas New York Knicks dengan skor 129-121 (17 Januari 2011). Pada pertandingan tersebut Carter dinobatkan sebagai pemain NBA yang mampu menyentuk 20.000 poin sepanjang karier.

Pada 9 Desember 2011, Suns melepaskan Carter. Konsekuensi yang harus diterima Suns yaitu membayar AS$4 juta, karena Carter seharusnya dikontrak selama dua musim.

Dallas Mavericks (2011-2014)
Carter menandatangani kontrak tiga tahun dengan Dallas Mavericks pada 12 Desember 2011. Keputusan ini membuatnya kembali bisa bermain bersama Jason Kidd. Mantan rekannya di Nets.

Meski di awal kariernya, Carter dikenal sebagai pemain yang suka slam dunk. Tapi saat di Dallas, Carter justru terkenal dengan tembakan tripoin. Pada 20 April 2012, Carter mencetak 1.500 tripoin dalam kariernya.

Memphis Grizzlies (2014-2017)
Pada 12 Juli 2014, Carter sepakat membela Memphis Grizzlies. Salah satu peristiwa yang paling diingat adalah saat Carter membuat asis yang membuat Grizzlies menang atas Sacramento Kings pada 13 November 2014.

Di Memphis, rekor poin Carter meningkat. Pada 17 Desember 2014, Carter berhasil melampaui catatan Robert Parish dengan 23.334 poin sepanjang karier. Dua bulan kemudian, posisi Carter meningkat menjadi peringkat 25, setelah dirinya berhasil melewati catatan Charles Barkley denga mencetak 23.757 poin.

Carter dianugerahi penghargaan Twyman - Stokes Teammate of the Year 2015-2016. Penghargaan tersebut diberikan pada pemain yang dianggap bermain tanpa pamrih. Kepemimpinan di dalam dan luar lapangan sebagai mentor dan panutan bagi pemain lain juga jadi penilaian untuk penghargaan ini.

Sacramento Kings (2017-2018)
10 Juli 2017 menjadi tanggal bagi Carter menandatangani kontrak senilai AS$8 juta dengan Sacramento Kings. Carter dinobatkan Asosiasi Pemain NBA sebagai Veteran Paling Berpengaruh. Namun Carter harus melewatkan tujuh laga awal bersama Kings karena menderita batu ginjal.

Meski begitu, Carter masih ganas. Pada 27 Desember 2018, Carter mencetak 24 poin, saat Kings menang 109-95 atas Cleveland Cavaliers. Ini pertama kalinya dalam sejarah NBA bahwa ada pemain cadangan yang berusia lebih dari 40 tahun mencetak lebih dari 20 poin dalam satu pertandingan. Rekor tersebut semakin mengagumkan karena Carter datang dari bangku cadangan.

Sementara itu peringkat sebagai pencetak poin terbanyak sepanjang karier di NBA juga meningkat. Kali ini Carter bisa melewati Patrick Ewing dan berada di posisi ke-22.

Atlanta Hawks (2018-2020)
Pada 24 Agustus 2018, Carter bergabung dengan Atlanta Hawks. Carter menjadi pemain tertua yang tampil dalam laga pembuka NBA. Saat itu, Carter berusia 41 tahun dan 265 hari. Kali ini rekor-rekor yang ditorehkan selalu berhubungan dengan usia.

Juni 2019, Carter menyatakan berencana pensiun setelah NBA 2019-2020 berakhir. Namun malang nasib menimpanya. Perpisahan kali ini tidak terjadi indah, melainkan harus bersabar karena pandemi virus korona. Selama bermain di NBA, Carter mencetak 25.728 poin, 6.606 rebound, dan 4.714 asis. Pernah menjadi Rookie of the Year (1999), Juara NBA Slam Dunk (2000), dan delapan kali NBA All-Star (2000-2007).

Catatan Lain

Timnas Amerika Serikat
Carter pernah membela timnas Amerika Serikat pada Olimpiade 2000 di Sydney, Australia. Amerika Serikat memenangkan medali emas. Carter mencetak 14,8 poin per gim. Menurutnya, Carter saat itu tengah kesal karena Tracy McGrady meninggalkan Raptors sebelum Olimpiade berlangsung.

Pada tahun 2003, Kobe Bryant harus menjalani operasi lutut dan bahu. Sementara timnas Amerika Serikat harus tampil di ajang FIBA Americas 2003. Akhirnya posisi Kobe diambil alih oleh Carter. Ia menjawab dengan mempersembahkan medali emas.

Sneaker Vince Carter
Carter mendapatkan sponsor dari Puma sebelum musim NBA pertamanya. Saat Carter masuk NBA, Puma sebenarnya menyiapkan sneaker khusus baginya bernama "Puma Vinsanity". Tetapi Carter melanggar kontraknya dengan Puma. Bahkan pada sisa pertandingan NBA musim 1999-2000, Carter memakai berbagai merek sneaker.

Sebelum Olimpiade 2000, Carter akhirnya sepakat menjadi duta Nike. Sneaker pertamanya adalah Nike Shox BB4 PE. Nike merilis lima model Shox yang bertuliskan nama inisial Vince Carter. Selama musim 2019-2020, Nike memeringati 22 tahun karier NBA Carter dengan merilis Shox BB4. (tor)

Foto: NBA

Komentar