Houston Rockets masih setia menjadi salah satu tim pesaing penguasa Wilayah Barat. Meski kerap telihat eksperimental, Rockets terus setia menjadi pengganggu tim-tim mapan Wilayah Barat. Bahkan, di musim 2017-2018, Rockets berhasil menutup musim reguler sebagai pemuncak klasemen. Sayangnya, cedera Chris Paul membuat mereka tersingkir di final Wilayah Barat melalui tujuh gim atas Golden State Warriors.
Rockets juga tak pernah gagal lolos ke playoff sejak 2013, atau lebih tepatnya sejak James Harden datang ke Rockets. Dan sejak saat itu pula, eksperimen Rockets terus berkembang. Sebelum Chris Paul, Rockets sempat coba mendukung Harden dengan mendatangkan Dwight Howard dan Jeremy Lin. Lalu, seiring perkembangan zaman, Rockets terus menambah para penembak jitu seperti Eric Gordon hingga Ryan Anderson. Sampai yang paling ekstrem adalah perubahan filosofi skuad dengan mencanangkan small ball.
Small ball Rockets berpusat pada Harden dan salah satu rekan terbaiknya, Russell Westbrook, yang datang di awal musim lalu. Keduanya menjadi pembawa bola utama Rockets secara bergantian dan akhirnya Rockets mengelilingi mereka dengan pemain-pemain yang tak butuh banyak bola tapi efisien menembak jarak jauh. P.J. Tucker, Danuel House Jr., dan Robert Covington memiliki akurasi tripoin di atas 36 persen.
Ketergantungan Rockets atas Harden dan Westbrook terbukti melalui data statistik lanjutan (advanced). Melalui usage percentage (USG%), keduanya berada di level yang sangat jauh dari pemain-pemain Rockets lainnya. Harden memimpin Rockets di USG% dengan 36,4 persen diikuti Westbrook yang satu peringkat di bawahnya dengan 34,4 persen. Pemain reguler Rockets dengan USG% terbesar di bawah keduanya adalah Eric Gordon dengan 22,1 persen.
Namun, di balik ketergantungan tersebut, kedua pemain ini juga bisa dibilang sebagai bom waktu yang dibawa oleh Rockets. Pasalnya, keduanya memiliki sejarah buruk dalam hal melalukan kesalahan sendiri atau turnover. Secara statistik advanced, persentase turnover mereka memang terlihat tidak terlalu “gila.” Harden memiliki TOV% 13,8 persen sedangkan Westbrook 14,9 persen. Namun, secara catatan sejarah, keduanya benar-benar bom waktu yang bisa meledak kapan saja.
Sejarah buruk keduanya adalah catatan pernah membuat setidaknya 10 turnover dalam satu gim. Sejak 2013, Harden sudah 12 kali mencatatkan rekor buruk tersebut. Westbrook, seolah tak ingin kalah dari rekan karibnya, ia mencatatkan 11 kali rekor yang sama. Di musim ini saja, Harden sudah dua kali mencatatkan setidaknya 10 turnover dalam satu gim.
Pada 11 Januari 2020, berhadapan dengan Minnesota Timberwolves, ia menorehkan 11 turnover. Hampir dua bulan setelahnya, berhadapan dengan Charlotte Hornets pemain yang identik dengan brewok tebalnya ini membuat 10 turnover. Westbrook sendiri musim ini sekali menorehkan catatan buruk ini saat berhadapan dengan Denver Nuggets, 26 Januari lalu.
Catatan kedua pemain tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah NBA dan masih mungkin bertambah lagi. Pemain dengan catatan setidaknya 10 turnover dalam satu gim terbanyak di bawah keduanya adalah Magic Johnson dengan tujuh gim. Pemain aktif dengan catatan terbanyak adalah LeBron James dengan empat kali.
Satu lagi ancaman bom waktu, utamanya dari Harden adalah satu catatan buruknya yang masuk buku sejarah NBA lainnya. Di gim kelima final Wilayah Barat 2015, Harden menorehkan catatan buruk dengan 13 turnover dalam satu gim. Sebelumnya, tidak ada pemain yang pernah menorehkan lebih dari 11 turnover dalam satu gim playoff.
Rockets kini duduk di peringkat enam klasemen sementara Wilayah Barat dengan 40 kemenangan dan 24 kekalahan. Rockets hampir dipastikan lolos ke playoff seiring jarak sembilan kemenangan dengan Memphis Grizzlies di peringkat delapan. Pun demikian, ancaman bom waktu ini harus dikurangi sekecil mungkin. Karena di playoff, setiap kesalahan bisa berujung kekalahan. Apalagi lebih dari 10 kesalahan, bisa menjadi akhir dari perjalanan. (DRMK)
Foto: NBA