Proses pembuatan sepasang sneaker memang rumit. Mulai desain, skenario promosi, sampai rencana kegiatan pada hari rilis. Tetapi ketika semua proses dilewati dengan baik, belum tentu bisa diserap pasar. Banyak cerita seputar sneaker yang akhirnya batal dirilis ke pasaran. Alasannya bermacam-macam, ada yang salah desain, atau pabrikan yang tidak yakin bakal laku.
Berikut beberapa sneaker yang batal rilis:
1. Nike Air Force 1 "Puerto Rico"
Sejak tahun 2000, Nike telah membuat edisi Puerto Rico dalam berbagai siluet sneaker. Tujuannya, mereka ikut merayakan budaya yang kaya dan memanfaatkan momentum Parade Hari Puerto Rico yang dirayakan setiap 14 Juni. Sayangnya tahun ini, Nike membatalkan rilis sneaker tersebut karena kesalahan desain.
Nike Air Force 1 Low "Puerto Rico" sebenarnya pernah dirilis tahun 2000. Untuk tahun 2020 mereka mengulang desain yang sama. Semua detail sepatu ini sangat identik dengan pendahulunya. Kombinasi warna putih dan biru tua, ada detail bendera Puerto Rico, dan gambar katak di sol dalam.
Hanya satu kesalahan Nike dalam produksi sneaker ini yang baru disadari setelah dibuat secara massal. Kesalahan tersebut yaitu bendera Puerto Rico di bagian lidah menghadap ke arah yang salah. Bendera yang asli, lambang bintang berada di sebelah kanan. Sementara yang ada di bagian lidah sepatu tersebut menghadap ke kiri. Jadi ada dua bendera Puerto Rico dalam sepatu ini menghadap ke arah yang berbeda.
Nike akhirnya tidak pernah melakukan rilis resmi demi menghormati masyarakat Puerto Rico, dan menghindari kecaman publik. Sayangnya, ada orang-orang yang justru memanfaatkan kesalahan tersebut. Sneaker gagal ini justru muncul di pasar gelap dengan harga AS$ 500.
2. Reebok Question 2020 "Sneaker Free Agency"
Reebok dan Allen Iverson kembali bekerja sama untuk meluncurkan sneaker retro Reebok Answer V dan Reebok Question tahun ini. Tetapi akhirnya, Reebok Answer V yang akan dirilis, sementara Reebok Question dibatalkan.
Reebok Question yang akan dirilis berwarna putih dengan aksen kuning dan ungu. Sangat identik dengan warna Los Angeles Lakers. Karena memang sneaker inilah yang pernah dipakai mendiang Kobe Bryant sebelum legenda NBA itu menjadi duta Nike. Reebook Question "Sneaker Free Agency" rencana rilisnya pada bulan Mei 2020. Tetapi musibah terjadi pada Januari lalu, saat Kobe Bryant dan beberapa orang lainnya menjadi korban kecelakaan helicopter di Calabasas, Amerika Serikat.
Reebok Question sebenarnya adalah sneaker khas Allen Iverson. Tetapi Kobe juga pernah memakainya dalam pertandingan. Pada bulan September 2019 lalu, Reebok ingin merilis ulang sneakers ini. Akhirnya disepakati bahwa sneaker tersebut akan dilepas ke pasaran pada tahun 2020. Semua materi promosi sudah disiapkan, termasuk foto-foto Allen Iverson. Tetapi pada akhirnya, Reebok membatalkan peluncuran untuk menghormati mendingan Kobe Bryant.
3. 7 Eleven x Nike SB Dunk Low
Sneaker kolaborasi Nike dengan toko 7 Eleven ini rencananya dirilis bulan April 2020. Tapi Nike kemudian membatalkannya. Alasannya memang belum diketahui secara pasti. Namun ada kemungkinan pembatalannya terkait penundaan Olimpiade Tokyo 2020.
Sepertinya memang ada yang janggal dengan alasan pembatalannya. Tetapi ada hubungannya. Sneaker ini berwarna merah, hijau, dan oranye khas toko tersebut. Terdapat logo Swoosh berwarna putih yang kontras dan 7 Eleven di bagian samping. Detail lainnya ada tulisan Nike dengan modifikasi seperti logo 7 Eleven di bagian tumit.
Nike dan 7 Eleven punya hubungan erat. Pada tahun 2008, Nike SB membuat Dunk Hing dengaan nama Big Gulp. Ini setelah cangkir ukuran Big Gulp yang dibuat oleh 7 Eleven terkenal di pasaran. Oleh karena itu, dua perusahaan tersebut berkolaborasi mengeluarkan sneaker di tahun 2020.
Lalu apa hubungannya dengan Olimpiade 2020? Ternyata 7 Eleven merupakan toko paling poluler di Jepang. Mereka berencana memanfaatkan momentum Olimpiade Tokyo 2020 untuk menjual sneaker ini secara besar-besaran. Sayangnya perhelatan olahraga antarbangsa ini ditunda hingga 2021.
4. Air Max 1 USA "Betsy Ross flag"
Pada pertengahan tahun 2019 lalu, Nike rencananya akan merilis sneaker dengan nama resmi Air Max 1 "Quick Strike Fourth of July". Sneaker tersebut berwarna merah, putih, dan biru, khas bendera Amerika Serikat. Namun kali ini yang bermasalah adalah detail bendera di bagian tumit.
Nike memasang bendera Amerika pertama yang dibuat oleh Elizabeth Griscom Ross, atau Betsy Ross yang diperkenalkan tahun 1870. Bedanya dengan bendera Amerika sekarang adalah di bagian bintang yang dibuat melingkar. Oleh sebab itu, sneaker ini juga dikenal dengan nama Air Max 1 USA "Betsy Ross flag".
Justru orang yang pertama kali mengkritik sneaker tersebut adalah dutanya sendiri yaitu pemain San Francisco 49ers, Colin Kaepernick. Menurutnya, bendera pertama Amerika Serikat ini merupakan simbol rasisme dan erat kaitannya dengan era perbudakan. Kaeprenick sendiri dikenal sebagai pemain yang konsisten memprotes ketidakadilan sosial yang terjadi di negaranya. Salah satunya sejak tahun 2016, Kaepernick selalu berlutut saat lagu kebangsaan Amerika Serikat dikumandangkan.
Nike pun langsung bereaksi untuk tidak menjual sneaker ini ke pasaran. Meskipun beberapa sampel sneaker tersebut sudah dikirim. Jadi bila ada yang memakainya sekarang, maka itu sneaker yang tidak berhasil ditarik kembali oleh Nike. Sementara bila menemukan produk ini di pasaran, berarti bukan yang asli.
5. adidas "JS Roundhouse Mid"
Mundur ke tahun 2012, produsen sneaker asal Jerman, adidas, pernah membatalkan satu siluet sneaker yang punya desain unik. JS Roundhouse Mid dirancang oleh Jeremy Scott. Kebebasan dalam berkarya membuatnya lupa bahwa ada hal sensitif yang disentuh oleh hasil rancangannya.
Sneaker ini sebenarnya punya maksud berbeda. Karena dianggap liar maka sneaker ini harus dikunci pada pergelangan kaki. Kunci tersebut dibuat dari dari karet berwarna kuning, lengkap dengan rantainya. Jeremy Scott mungkin lupa kalau kunci pergelangan kaki erat kaitannya dengan perbudakan.
Ketika foto-foto sneaker ini muncul, adidas mendapatkan protes besar-besaran. Saat itu yang paling terasa yaitu di laman Facebook adidas. Salah satu orang yang kritis saat itu adalah Pendeta Jesse Jackson. Ia berkata bahwa ini adalah upaya untuk mempopulerkan kembali 200 tahun era perbudakan. Perlu usaha keras untuk menghapus rantai di pergelangan kaki, namun adidas justru membuat sepatu yang mengerikan.
Pernyataan tersebut langsung direspon oleh adidas, dan sneaker ini tidak pernah dijual di pasaran. (*)
Foto: Nike, Reebok, adidas