Sekolah dengan Jarak Tempuh Terjauh ke Venue Honda DBL (bagian-6)

Setiap tahun. Perjuangan luar biasa harus ditempuh puluhan ribu student athlete seantero nusantara. Demi berpartisipasi dan menggapai mimpi pada kompetisi basket pelajar terbesar tanah air, Honda Developmental Basketball League (DBL). Terkendala letak geografis menuju venue yang digelar di ibu kota provinsi. Bukan jadi halangan bagi para duta sekolah ini untuk berpartisipasi. Sekaligus membuktikan bisa menggapai prestasi. Walau harus menempuh perjalanan yang tak mudah. Melintas jalur darat, laut, atau udara. Dengan jarak tempuh ratusan kilometer. Dari kota/kabupaten asal mereka. Jauh dari dukungan keluarga dan teman.

Antusias sekolah-sekolah di provinsi Sumatera Selatan terhadap Honda DBL memang luar biasa, sejak pertama kali digelar pada tahun 2008 silam. Setiap musim, Seri Sumatera Selatan selalu menghadirkan persaingan sengit tim basket sekolah dari berbagai penjuru provinsi. Tidak melulu sekolah-sekolah yang berdomisili atau berasal dari Palembang saja. Selaku ibu kota provinsi, yang menjadi venue gelaran kompetisi basket pelajar terbesar tanah air ini.

Sebaran masing-masing kota atau kabupaten yang berjarak lumayan jauh menuju Palembang bukan jadi penghalang. Tak terkecuali bagi SMAN 1 Lubuklinggau. Yang berasal dari kota paling barat di provinsi Sumatera Selatan. 

Secara geografis,  kota Lubuklinggau lebih dekat dengan kota Bengkulu. Hanya sekitar 137 kilometer. Sementara dengan Palembang, ibu kota Sumsel. Jarak tempuhnya sekitar 296 kilometer.

Selain Smansa One Lubuklinggau (julukan SMAN 1 Lubuklinggau), juga ada SMA Xaverius Lubuklinggau yang tercatat pernah berpartisipasi pada Honda DBL South Sumatera Series.

Total jarak 296 kilometer itu menempatkan Smansa dan SMA Xaverius Lubuklinggau sebagai sekolah dengan jarak tempuh terjauh menuju Palembang Sport and Convention Center (PSCC). Venue digelarnya Honda DBL Seri Sumatera Selatan. Disusul sekolah-sekolah peserta dari kota atau kabupaten lainnya. (Selengkapnya lihat grafis di bawah, red).

Perjalanan jauh yang harus dilakukan dari Lubuklinggau menuju Palembang itu juga menempatkan kedua sekolah ini (SMAN 1 Lubuklinggau dan SMA Xaverius Lubuklinggau) pada urutan keenam, Sekolah dengan Jarak Tempuh Terjauh Menuju Venue Honda DBL.

Kalau tiga sekolah asal Merauke (SMAN 1, SMAN 2, dan SMA John 23 Merauke) serta SMAN 1 Mimika harus naik pesawat ke Jayapura. Sedangkan SMA Regina Pacis Bajawa naik kapal laut menuju ke Kupang. Serta jalur darat via bus seperti halnya SMAN 1 Langsa menuju Banda Aceh, dan SMA Tri Ratna Sibolga menuju Medan. Tim basket, ofisial, dan tim dance SMAN 1 Lubuklinggau memilih naik kereta api menuju Palembang. 

”Sebenarnya bisa juga naik bus. Namun, demi kenyamanan anak-anak selama perjalanan, kami memilih naik KA Serelo. Butuh delapan jam perjalanan via kereta api. Kami berangkat siang, dan tiba dinihari di Palembang,” cerita Wahyu Prayogie, pelatih tim basket SMAN 1 Lubuklinggau kepada DBL.id.

Dengan komposisi 12 pemain tim putra, 11 pemain tim putri, beberapa pelatih dan asisten, guru pendamping, serta 12 anggota tim dance, plus 3 anak OSIS yang ikut mendampingi sebagai ofisial, rombongan SMAN 1 Lubuklinggau hampir memenuhi satu gerbong kereta api. Bisa dibayangkan keseruan dan kehebohan yang mereka ciptakan.

”Sampai ada penumpang lain yang nanya kepada kami, mau kemana kok ramai-rami. Dan, dijawab anak-anak mau tanding (Honda) DBL. Bukannya jawab mau tanding kompetisi basket,” sambung Coach Yogie, sapaan akrab Wahyu Prayogie.

Awalnya, bukan perkara gampang bagi Coach Yogie, untuk menyakinkan pihak sekolah maupun para orang tua. Agar dapat jauh-jauh ke Palembang demi ikut serta pada Honda DBL. Meninggalkan jam pelajaran selama beberapa hari. Apalagi, setelah menelan hasil mengecewakan pada musim pertama mereka di Honda DBL pada edisi 2017.

Jauh-jauh dan melelahkan, langkah mereka langsung terhenti hanya pada babak awal. Pada edisi 2018 mereka batal ikut lagi karena telat mendaftar. Pada musim 2019 kemarin mereka baru ikut berpartisipasi kembali.

Tim putra (foto atas) dan tim putri (foto bawah) SMAN 1 Lubuklinggau berfoto bersama pelatih dan ofisial sebelum tampil pada Honda DBL South Sumatera Series 2019 kemarin, di PSCC Palembang. Mereka berhasil melangkah hingga babak Big Eight. (Foto-foto: Dokumen Pribadi)

"Setelah menelan hasil gagal total pada tahun pertama ikut (2017), saya membuat perjanjian dengan seluruh pemain. Kalau mau ikut Honda DBL lagi, syaratnya mereka harus lebih serius dan giat berlatih. Dan, wajib menjadi juara atau minimal sampai semifinal pada turnamen lokal yang digelar di Lubuklinggau. Juga beberapa tunamen di luar kota,” tutur Coach Yogie. 

Tantangan itu diterima oleh para pemain. Pun demikian dengan pihak sekolah ikutan mendukung. ”Alhamdulillah, tim putra kami berhasil menjadi juara pertama di turnamen lokal. Sedangkan yang tim putri merebut runner-up. Hasil itu membuat mental anak-anak lebih siap menghadapi Honda DBL. Kepala Sekolah juga dengan ringan tangan memberi surat rekomendasi keikutsertaan,” ujar Coach Yogie.

Coach Wahyu Prayogie (tengah, baju putih) bersama sebagian anggota tim basket SMAN 1 Lubuklinggau memamerkan trofi turnamen lokal yang berhasil mereka raih. (Foto : Dokumen Pribadi)

Dengan persiapan yang lebih matang, secara teknis dan mental, tim putra dan putri SMAN 1 Lubuklinggau mampu tampil lebih baik pada Honda DBL edisi 2019. Tidak langsung tersingkir pada babak awal. Mereka menunjukkan taringnya, dan mampu bersaing hingga menembus Big Eight (perempatfinal). 

”Kami sangat menikmati dan menghargai proses. Setelah pada edisi debut (2017) harus tersingkir di babak awal, menembus Big Eight (musim 2019) adalah pencapaian yang luar biasa. Apalagi untuk bisa sampai fase ini, kami harus bersaing dengan sekolah-sekolah hebat lainnnya se-Sumatera Selatan,” yakin Coach Yogie.

Pada musim 2020 ini, Coach Yogie punya optimisme yang lebih tinggi bahwa tim asuhannya mampu berbicara lebih baik lagi dari capaian sebelumnya. Persiapan yang lebih matang telah dilakukan. Tidak hanya tim basketnya, pun demikian tim dance-nya. ”Semoga saja, pandemi Covid-19 bisa segera kita lalui, jadi musim ini Honda DBL bisa tetap terselenggara,” harapnya.

Dukungan Jarak Jauh via Live Instagram dan Doa Bersama di Setiap Kelas

Kiprah tim basket SMAN 1 Lubuklinggau pada gelaran Honda DBL memang masih baru seumur jagung. Namun, antusiasme serta dukungan luar biasa dari pihak sekolah, para orang tua, tak ketinggalan para alumni, memang layak diacungi jempol. 

Saat mereka tampil pada edisi 2019 lalu, tak sedikit orang tua dan para alumni yang hadir langsung memberikan dukungan setiap mereka berlaga di PSCC Palembang. Bagi yang tidak memungkinkan ke Palembang, juga ikut memberi dukungan dari jauh, dengan berbagai cara. 

”Pada hari dimana kami bertanding, siswa yang aktif di Rohis dan OSIS mendatangi setiap kelas, untuk mengajak para siswa dan guru berdoa bersama demi perjuangan kami di lapangan,” tutur Coach Yogie.

Saat bertanding, lanjut Coach Yogie, Kepala Sekolah, para guru, dan siswa lainnya juga menonton bareng via live instagram melalui akun yang baru mereka buat saat itu dengan akun @one.lubuklinggau. ”Termasuk para orang tua dan alumni juga ikut nonton. Waktu itu followers kami baru 20-an, tapi yang view sampai 300-an lebih," kenangnya.

Momen keakraban para pemain SMAN 1 Lubuklinggau dengan para alumni setelah scrimmage game di lapangan basket sekolah mereka. (Foto : Dokumen Pribadi)

Dukungan dan perhatian dari para alumni juga luar biasa. ”Secara rutin, kami menggelar scrimmage game melawan para alumni di lapangan sekolah. Lumayan, selain mengasah kemampuan tim, sekaligus berbagi pengalaman dengan para juniornya yang akan bertanding,” tutupnya. (*)

Foto: Dokumen Pribadi

Komentar