Kalau Anda melewatkan partai final Las Vegas NBA Summer League 2016 tadi pagi, maka anda melewatkan sebuah suguhan pertandingan bola basket terbaik sepanjang masa.
Tidak, ini bukan sebuah hiperbola. Pertandingan antara Minnesota Timberwolves melawan Chicago Bulls pagi tadi adalah sebuah narasi yang speaktakuler dan dramatis, barangkali setara dengan Final NBA antara Cleveland Cavaliers dan Golden State Warriors.
Timberwolves merupakan tim peringkat ke-24 atau terburuk di Summer League ini, di babak pre-eliminary mereka tiga kali kalah. Kemudian mereka mencatat kemenangan beruntun di babak Championship, mengalahkan Toronto Raptors yang merupakan tim terbaik, sampai bertemu tim peringkat kedua, Chicago Bulls di final. Cinderella story, barangkali itu yang tepat menggambarkan mereka.
Selama babak championship, rookie andalah mereka, Kris Dunn, tidak bermain karena protokol pertandingan yang memaksanya beristirahat karena benturan di kepala. Tyus Jones meminjam spirit dari Dunn, dan menjadi alpha wolf tim ini. Ia pun diganjar Summer League MVP.
Chicago Bulls, sepanjang kejuaraan tidak terkalahkan. Mereka solid dengan Bobby Portis sebagai bigman dan rookie Denzel Valentine sebagai playmaker, disusul pemain-pemain solid lainnya.
Pertandingan final berjalan berat sebelah di awal. Bulls mendominasi Timberwolves di kuarter satu, 18-13. Sebelum Timberwolves membuat scoring run 16-0 dan membuat mereka unggul 10 poin pada halftime, 42-32.
Kuarter ketiga kembali menjadi milik Bulls, mereka berhasil unggul satu poin, 59-58. Dan tibalah kuarter keempat yang mendebarkan.
Sejauh ini Timberwolves telah menunjukkan kegigihan mereka untuk mengimbangi Bulls yang secara materi pemain ada di atas Timberwolves. Tapi, selayaknya kuater terakhir di partai final yang kompetitif, kedua tim adalah dua makhluk buas yang tak lagi mempedulikan latar belakang masing-masing. Walaupun hanya selevel Summer League, tak ada yang mau menyerah begitu saja.
Kuarter keempat berjalan sangat ketat, dan skor 74-74 membuntu selama satu menit lebih sampai memasuki 10Â detik terakhir.
Tyus Jones memegang bola, shot clock Timberwolves tersisa dua detik, ia dikepung dua pemain Bulls, namun, ia seakan kerasukan Steph Curry. Dari jarak 30 kaki, ia menembakan tembakan tiga angka yang sangat sulit. Splash! Tembakan itu masuk, membawa Timberwolves unggul 77-74 di sisa 3,6 detik.
Mungkin lebih tepatnya ia kerasukan Kyrie Irving. Situasinya membuat Timberwolves merasakan apa yang dirasakan Cavaliers ketika tembakan tiga angka dalam sekejap mengubah situasi permainan.
Bulls mengambil timeout. Mereka menyusun sebuah set play yang rapi. Bola kini berada di tangan Denzel Valentine, rookie Chicago Bulls yang menghabiskan empat tahun kuliahnya di Michigan State, pemain kelahiran 1993, salah satu rookie tertua di Draft Class 2016. Sepanjang pertandingan ia gagal mencetak tembakan tiga angka, 0 dari 6.
Selama Summer League berlangsung, terlalu banyak clutch moment lewat tembakan tiga angka di akhir pertandingan. Tyler Ullis, D'angelo Russell, dan kini Denzel Valentine. Dengan tenang ia menembakkan sebuah tembakan tiga angka, dan, Splash! Kedudukan 77 sama, dengan sisa 0,2 detik. Pertandingan final ini berlanjut ke over time.
Wajah gembira pemain Timberwolves berubah kecut, berjukstaposisi dengan wajah-wajah cerah pemain Bulls yang dilanda rasa tak percaya bahwa Valentine yang limpung selama pertandingan, telah jadi penyelamat mereka.
Dan benar saja, gairah ini terbawa pada babak over time berdurasi dua menit. Bulls dengan perkasa unggul lima poin, sebelum Tyus Jones, lagi dan lagi membuat kedudukan bertahan di satu bola saja. 82-79 di sisa 42 detik.
Memanfaatkan turnover Bulls, Timberwolves kembali mendapat bola. Pada sisa 21 detik, Tyus Jones memaksakan sebuah tembakan tiga angka dan gagal. Terpaksa sacrifice foul dimainkan oleh Timberwolves.
Spencer Dinwiddie, forward Chicago Bulls, mendapat kesempatan free throw untuk menutup pertandingan dengan membuatnya jadi dua penguasaan bola (possesion). Entah sengaja ingin menambah ketegangan pertandingan ini atau memang tidak siap, kedua free thrownya gagal!
Timeout terakhir diambil Timberwolves. Bulls jelas sudah membaca skema offense apa yang akan dieksekusi Timberwolves. Tyus Jones, Tyus Jones, Tyus Jones. Benar saja, bola kembali berada di tangan Jones. Ia mendesak masuk ke dalam, ia dikepung tiga pemain. Dan.. Ia mengkickout bola ke Xavier Silas yang menanti di luar area three point.
Splash! Tembakan putus asa itu masuk. Dejavu kembali terjadi. Karl Anthony Towns dan Zach LaVine yang berada di pinggir lapangan bersorak tak percaya atas betapa banyak momen magis di final ini. Tom Thibodeau, Kepala Pelatih Timberwolves, tersenyum kecil menyaksikan set play tadi. Skor 82 sama.
11,7 detik tersisa bagi Bulls untuk memenangkan pertandingan, atau memperpanjang pertandingan ke over time kedua.
Bola berada di tangan penyelamat Bulls, Denzel Valentine. Ia dijaga ketat oleh Coty Clarke di area lingkar free throw. Valentine membuat sebuah shoot fake, Clarke termakan umpan ini. Valentine kemudian memutar badannya. Sisa waktu kurang dari satu detik, dan ia melesakkan tembakan terakhir di pertandingan ini. Splashh! 84-82. Pertandingan berakhir. Lewat dua kali aksi heroik Denzel Valentine, Bulls mengakhiri Cinderella Story ala Timberwolves.
Bobby Portis mendulang 26 poin dan 10 rebound, Denzel Valentine hanya tujuh poin, dan Final MVP, Jerian Grant, mencetak 24 poin 10 rebound dan 5 assist.
Sementara Minnesota Timberwolves mengandalkan Adreian Payne yang mencetak 22 poin dan 16 rebound, serta Tyus Jones yang juga heroik di final ini lewat torehan 27 poin dan 10 assist.
Foto: Foxsports