Bagi kalian anggota tim basket sekolah yang jarak tempuh kurang dari sejam menuju venue Honda DBL. Jangan sekali-kali mengeluh. Apalagi gunakan macet sebagai alasan untuk terlambat. Karena durasi perjalanan dan jarak tempuh kalian tidak ada apa-apanya, dibandingkan yang harus dilalui tim basket SMAN 1 Langsa, demi on-time tiba di GOR Unsyiah, Banda Aceh. Venue berlangsungnya Honda DBL Aceh Series.

Tim basket dan ofisial SMAN 1 Langsa harus melakukan perjalanan darat dari ujung menuju ujung provinsi. Berasal dari sebuah kota kecil di bagian paling ujung timur provinsi Daerah Istimewa Aceh. Mereka harus melakukan perjalanan dengan jarak tempuh sejauh 438 kilometer! Demi tiba di Banda Aceh. Ibu kota provinsi yang terletak paling barat nusantara ini.

Membutuhkan sekitar 10 jam perjalanan darat dari Langsa menuju Banda Aceh. Melintasi lima sampai enam kabupaten/kota. Menyusuri jalur panjang di pinggiran pantai. Menerobos jalanan di tengah hutan. Hingga naik-turun dan berkelok-kelok membelah perbukitan. Dengan jarak tempuh 438 kilometer ini, SMAN 1 Langsa berada di urutan keempat sekolah dengan jarak terjauh menuju venue Honda DBL.

Membayangkan lamanya durasi perjalanan. Serta ratusan kilometer yang harus ditempuh saja sudah begitu terasa beratnya. Ditambah lagi, armada yang harus mereka tumpangi ternyata jauh dari kata nyaman. Sepanjang perjalanan, mereka harus saling berhimpitan. Dengan jumlah rombongan total sebanyak 17 orang. Terdiri dari 12 pemain, ditambah pelatih dan ofisial. Mereka harus naik minibus yang sejatinya hanya berkapasitas 14 penumpang. Termasuk sopir!

Karena jumlah kursi yang terbatas. Beberapa penumpang harus duduk di bangku yang tak ada sandarannya. Sementara seluruh barang bawaan, harus diletakkan di atas minibus. Ditutupi terpal.

”Di tengah perjalanan turun hujan deras. Akibatnya seluruh barang bawaan kami basah semua. Termasuk seragam yang akan kami pakai bertanding,” kenang Andi Susanto, pelatih tim basket SMAN 1 Langsa.

’Derita’ anak-anak SMAN 1 Langsa tak hanya sampai disitu. Setibanya di Banda Aceh, mereka tidak bisa beristirahat dengan nyaman. Karena keterbatasan dana, mereka tidak mampu menginap di hotel atau losmen. Untuk beristirahat, mereka numpang di kos-kosan milik alumni yang sedang kuliah di Banda Aceh. Setelah selama dua hari harus berdesak-desakan di kamar kos yang tak begitu luas. Hingga akhirnya mengundang simpati dari alumni lainnya. Mereka akhirnya difasilitasi untuk menginap di tempat yang lebih layak.

”Tepatnya di Wisma Bulog. Ada alumni yang ayahnya menjabat sebagai Kapolres, menawarkan diri menanggung biaya penginapan,” lanjut Andi.

Saat tiba hari pertandingan, nasib apes menghampiri mereka. Minibus yang telah mengantarkan mereka dari Langsa menuju Banda Aceh tiba-tiba mogok. Padahal, dari tempat mereka menginap menuju ke GOR KONI, Banda Aceh lumayan jauh. Coach Andi langsung mengambil inisiatif memberangkatkan pemain dengan becak motor, dan sebagian lagi naik angkot.

”Alhamdulillah, meski sempat khawatir karena takut telat, seluruh pemain dan ofisial saat itu berhasil tiba di venue tepat waktu. Tepatnya sejam menjelang tip-off,” kenang Coach Andi.

Perjuangan ekstra itu adalah cerita tak terlupakan hingga kini bagi Coach Andi. Terlebih bagi anggota tim basket putra SMAN 1 Langsa. Kala mereka mengawali debut di pentas Honda DBL Aceh Series pada edisi 2013. Seri Aceh sendiri sudah rutin digelar sejak 2009.

Pada musim debutnya yang penuh perjuangan itu, langkah SMAN 1 Langsa harus terhenti di babak perempatfinal. Setelah dipaksa menyerah 22-33 oleh SMA Methodist Banda Aceh, tim yang punya reputasi langganan juara Honda DBL Seri Aceh.

Pulang dengan tangan hampa tak membuat mereka patah arang. Kegagalan dan pengalaman menjadi pelecut motivasi mereka untuk lebih baik musim selanjutnya. Dan mereka langsung berhasil membuktikan pada edisi 2014. Dengan mencatatkan prestasi menjadi champion Honda DBL Aceh Series 2014. Setelah di final party berhasil unggul telak 70-27 atas SMAN 1 Banda Aceh.

Itu adalah tonggak diakuinya tim basket putra SMAN 1 Langsa sebagai kekuatan yang patut disegani di pentas Honda DBL Seri Aceh. Prestasi demi prestasi berhasil mereka ukir. Tak hanya diperhitungkan pada pentas basket 5x5.

Sederet prestasi juga diukir tim basket 3x3-nya pada gelaran Honda DBL. Tim 3x3 putra SMAN 1 Langsa sukses menyabet gelar juara pada edisi 2017 dan 2018. Demikian pula tim putri 3x3-nya yang berhasil menjadi juara pada edisi 2016 dan 2018.

"Dari awal kali pertama ikut (Honda DBL), modal kami hanya nekat. Pihak sekolah dan orang tua sejak awal sangat mendukung. Namun, dengan segala keterbatasan yang kami miliki, terbukti tak menyurutkan tekad kami," ujar Andi, yang mulai menekuni profesi sebagai pelatih basket sejak 2006.

Setelah berhasil keluar sebagai juara pada Honda DBL edisi 2014, perhatian dan dukungan mulai berdatangan bagi tim basket SMAN 1 Langsa. Pemerintah Kota Langsa melalui Dinas Pendidikan maupun Dinas Pemuda dan Olahraga makin total mendukung mereka. Begitu juga KONI dan Perbasi Kota Langsa.

"Dukungan itu kian menjadi pelecut bagi kami. Sekaligus beban moral untuk membayarnya dengan prestasi,” sambung Coach Andi yang tercatat sebagai PNS di RSUD Langsa ini. (*)

Foto: DBL Indonesia

Komentar