Sekolah dengan Jarak Tempuh Terjauh ke Venue Honda DBL (bagian-2)

Setiap tahun. Perjuangan luar biasa harus ditempuh beberapa tim basket sekolah seantero nusantara. Demi berpartisipasi dan menggapai mimpi pada kompetisi basket pelajar terbesar tanah air, Honda Developmental Basketball League (DBL). Terkendala letak geografis menuju venue yang digelar di ibu kota provinsi. Bukan jadi halangan bagi mereka untuk rutin berpartisipasi. Sekaligus membuktikan bisa menggapai prestasi. Walau harus menempuh perjalanan yang tak mudah. Melintas jalur darat, laut, atau udara. Dengan jarak tempuh ratusan kilometer. Dari kota/kabupaten asal mereka.

Bicara soal Bajawa, kalian pasti lebih mengenal karena kopinya. Ibu kota Kabupaten Ngada, provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini memang termasuk salah satu penghasil kopi nusantara terbaik. Terletak tepat di tengah pulau Flores yang berbatasan dengan kabupaten Nagekeo dan Kabupaten Manggarai Timur. Berpenduduk sebanyak 44.000 jiwa.

Bajawa lokasinya berada di wilayah dataran tinggi dengan ketinggian 1.700 meter diatas permukaan laut. Pesona keindahan alam Flores yang berada di kaki gunung Inerie inilah yang dijadikan tempat untuk menanam kopi Bajawa Flores.

Selain dikenal karena kopinya, Bajawa juga dikenal karena prestasi tim basket putrinya. Menyusul hegemoni yang ditorehkan SMA Regina Pacis Bajawa di pentas Honda DBL East Nusa Tenggara Series. Pada edisi 2019 kemarin, anak-anak SMA Regina Pacis Bajawa kembali keluar sebagai champion. Setelah mengalahkan SMAN 3 Kupang, 29-11 pada final party yang digelar 3 Agustus 2019 lalu di GOR Flobamora, Kupang.

Tim basket putri SMA Regina Pacis Bajawa sukses mencatatkan three peat, alias tiga kali juara tanpa putus, pada edisi 2017, 2018, dan 2019. Menggenapi total koleksi trofi mereka berjumlah empat, setelah pada edisi 2015 mereka juga sukses membawa gelar champion. Hanya pada edisi 2016 mereka gagal keluar sebagai juara, setelah kalah di final.

Rentetan prestasi membanggakan itu tidak diraih dengan mudah. Bukan hanya kerja keras berlatih mempersiapkan sisi teknik dan skill. Butuh perjuangan luar biasa agar SMA Regina Pacis Bajawa bisa berlaga di Honda DBL East Nusa Tenggara Timur, yang dihelat di Kupang. Sebab, Bajawa berjarak 540 kilometer dari Kupang!

Jarak sejauh itu menempatkan SMA Regina Pacis Bajawa pada urutan kedua kontestan dengan jarak tempuh terjauh menuju ke venue Honda DBL. Setelah tim basket sekolah asal Merauke.

Baca juga Tiga Sekolah Merauke Tempuh 664 Kilometer Menuju Honda DBL di Jayapura

 Butuh total 28 jam perjalanan bagi para pemain, pelatih, ofisial, dan tim dance SMA Regina Pacis Bajawa hingga bisa touch down ke GOR Flobamora, venue Honda DBL East Nusa Tenggara Series. Yang terletak di kota Kupang, ibukota provinsi NTT. Melelahkan bukan? 

Berkumpul dan berangkat dari dari sekolah, mereka memulai perjuangan berat. Melakukan perjalanan darat terlebih dahulu. Menempuh perjalanan kurang lebih selama 4 jam menuju pelabuhan Pulau Ende. Menggunakan truk bak terbuka. Berdesak-desakan satu sama lain.

Sesampai di pelabuhan, perjalanan laut yang lebih melelahkan menanti mereka. Jika beruntung, ada kapal besar yang akan mengantarkan mereka ke Kupang. Dengan kapal itu waktu perjalanan bisa dipangkas hanya 10-14 jam.

"Tapi jika tidak ada ya apa boleh buat. Kami harus menyeberang dengan kapal Ferry, butuh waktu sekitar 24 jam,” kisah Rudolf Aqroz Wogo, pelatih tim basket putri SMA Regina Pacis.

Kondisi itu tak selamanya lancar-lancar saja. Sebab, kapal tak selalu singgah di Pulau Bajawa. Tergantung gelombang, sedang bersahabat atau tidak. Karena itu, mereka senantiasa memantau update kondisi cuaca menjelang keberangkatan.

Setibanya di Kupang, perjuangan SMA Regina Pacis Bajawa belum berakhir. Mereka tak punya biaya lebih untuk menyewa hotel. Terpaksa harus menumpang di sebuah Sekolah Luar Biasa (SLB). Di sana mereka memasak sendiri untuk kebutuhan sehari-hari. "Kami bawa bekal yang dari desa untuk keperluan masak sehari-hari. Jadi mirip kegiatan pramuka gitu,” celetuk Rudolf seraya terkekeh.

Tiap mengikuti kompetisi Honda DBL, SMA Regina Pacis Bajawa memang kerap terkendala biaya. “Soal dana memang kami seadanya saja. Bahkan pemberangkatan tim juga hasil urunan,” jelasnya.

Rudolf selalu menekankan pada anak asuhnya bahwa basket bukan perkara menjadi juara atau tidak. "Tapi yang penting itu harus bisa mengalahkan diri kita sendiri. Melawan ego, emosi, dan menumbuhkan percaya diri,” jelasnya.

Onak dan duri yang dilewati bersama oleh Rudolf dan timnya ternyata menumbuhkan semangat juang yang menyala-nyala. Dari segala keterbatasan itu malah timbul kedekatan antar pemain. "Anak-anak tak pernah takut menghadapi tim mana pun. Termasuk menghadapi tekanan suporter lawan yang kebanyakan dari tim-tim asal Kupang," kata Rudolf. (*)

Foto: DBL Indonesia

Komentar