Hiatus NBA membuat beberapa cerita-cerita menarik yang mungkin tidak akan muncul jika musim NBA berjalan normal naik ke permukaan. Ambil contoh perbincangan Dwyane Wade dan Carmelo Anthony di awal masa hiatus lalu mengenai peluang Melo bergabung dengan Detroit Pistons. Lalu ada pula kisah-kisah di balik layar lainnya yang terjadi di tengah maraknya wawancara virtual yang dilakukan oleh beberapa pemain NBA.
Terbaru, dalam sebuah wawancara virtual dengan USA Today, forwarda Boston Celtics, Jayson Tatum, kembali membawa fakta di balik layar yang mengejutkan. Ia bercerita bahwa saat mengikuti latihan sebelum NBA Draft, Jayson punya keinginan dan keyakinan kuat untuk bergabung dengan Phoenix Suns. Ia bahkan nyaris tak ingin mengikuti latihan yang digelar Celtics.
“Saya sempat tidak peduli dengan undangan Celtics untuk berlatih. Di kepala saya, saya sudah bulat akan bergabung dengan Suns,” ujar Jayson. “Saya sudah menghubungi ibu dan beberapa anggota keluarga bahwa saya rasa saya akan bergabung dengan Suns. Namun, agen saya lantas mengingatkan untuk berpikir ulang mengenai tawaran Celtics dan akhirnya ini yang terjadi.”
Bukan tanpa alasan Jayson ingin bergabung dengan Suns. Selain karena kota Phoenix yang menurutnya cukup nyaman untuk ditinggali, perbincangannya dengan Kepala Pelatih Suns kala itu, Earl Watson, adalah kuncinya. Earl sudah sempat menghubungi Jayson dan menceritakan niatnya untuk menduetkan Jayson dengan bintang muda Suns, Devin Booker.
“Saya sudah berbincang dengan Earl dan ucapannya kala itu benar-benar meyakinkan saya. Ia bilang bahwa saya akan bergabung ke Suns dan berduet dengan D-Book (sapaan Booker). Kalian berdua adalah “light-skin killers” (merujuk warna kulit Devin dan Jayson) dan saya akan memberikan ruang sebebas mungkin untuk kalian beraksi bersama,” pungkasnya,.
Di kesempatan terpisah, Earl yang berbincang dengan The Athletic membenarkan hal itu. Ia bahkan mengaku sudah berusaha mendorong manajemen Suns untuk melakukan pertukaran hak pilih dengan Celtics, tapi manajemen tak sependapat dengan hal itu dan bertahan di urutan keempat memilih Josh Jackson.
“Saya sudah bilang ke manajemen untuk melakukan pertukaran dan mengambil Jayson. Akan tetapi, mereka tak bergeming dan tetap memilih Josh Jackson. Josh adalah pemain yang bagus, tapi Josh dan Jayson memiliki perbedaan gaya bermain yang signifikan. Dan alasan saya mengharapkan Jayson adalah karena saya pikir ia akan menjadi duet yang tepat untuk Devin. Saya rasa jika duet tersebut terwujud, keduanya akan menjadi duet pemain muda paling berbahaya di NBA sekarang,” tutup Earl.
Ucapan Earl memang benar adanya. Jayson berkembang menjadi salah satu pencetak angka paling berbahaya di NBA dan pilihan utama serangan Celtics hanya di tahun ketiganya bermain. Sementara Josh sudah tidak ada lagi di Suns. Buruknya, Josh bahkan sempat tersingkir dari liga usai tersandung masalah di luar basket.
Memang, di usianya yang masih sangat muda, Josh bisa saja membalik kondisinya saat ini. Namun, rasanya semua orang akan sepakat bahwa Jayson adalah pemain yang jauh lebih berbahaya dan mungkin akan menjadi dominasi baru di NBA dalam beberapa waktu ke depan.
Bisa membayangkan bagaimana duet Devin dan Jayson di satu tim yang sama? (DRMK)
Foto: NBA