Prestasi memang tak mengenal batas-batas geografis. Dari manapun asalnya. Hingga ujung timur nusantara sekalipun! Seperti halnya SMA YPPK Yoanes XXIII Merauke. Atau yang biasanya akrab disebut SMA John 23 Merauke.

Siapa sangka. Dari sekolah yang terletak di Kabupaten Merauke, provinsi Papua ini lahirlah talenta-talenta basket berbakat buat kebutuhan Timnas Indonesia. Khususnya posisi bigman. Yang idealnya berpostur tinggi menjulang. Dengan tinggi badan setidaknya 190 sentimeter ke atas.

Di pentas Honda DBL Papua Series, SMA John 23 adalah sekolah yang sangat disegani. Nyaris tak pernah absen berpartisipasi. Sejak Honda DBL Papua Series kali pertama digelar pada 2009 silam. Hebatnya, seringkali berujung prestasi. Pada dua edisi terakhir (2019 dan 2018), mereka sukses melangkah ke final party. Walau sayang harus puas menjadi runner-up.

Prestasi luar biasa dicatatkan SMA John 23 pada Honda DBL edisi 2013 hingga 2015. Kala itu mereka sukses menorehkan three peat atau tiga kali beruntun meraih champion. Rekor (three peat) ini belum bisa ditandingi oleh sekolah manapun pada Honda DBL Papua Series. Hingga saat ini.

Padahal, perjuangan berat harus dilewati SMA John 23 untuk berkiprah di Honda DBL Papua Series. Baik moril hingga materiil. Karena tidak ada jalan darat dari Merauke maupun menuju Jayapura, mereka harus terbang naik pesawat. Baik pemain basket, ofisial, maupun tim dance-nya. Tim dari ujung selatan Papua ini juga harus menginap sampai seminggu lebih di Jayapura hingga Honda DBL Seri Papua selesai. Jauh dari dukungan keluarga maupun teman satu sekolah.

Bukan hanya hebat karena langganan juara dan sangat disegani di tanah Papua. Sekolah yang berdiri sejak 1 Agustus 1963 ini juga rutin menghasilkan para bigman potensial. Beberapa dari mereka sukses menembus skuad elite Honda DBL Indonesia All-Star. Bahkan, berlanjut kiprahnya ke Timnas Indonesia. Hingga berkarir di level profesional. Siapa saja mereka?

Henry Cornelis Lakay

Bagi yang sudah pernah nonton film Mata Dewa, karakter tokoh utamanya terinspirasi dari sosok pemain dengan tinggi badan 196 sentimeter tersebut. Akibat insiden kecelakaan saat ia masih duduk di kelas 3 SD mengakibatkan kehilangan penglihatan mata kiri. Namun berkat dukungan sang ibu, Ruth Lakay, ia tak gampang menyerah untuk mengejar mimpi di basket layaknya student athlete yang lain.

Dimulai dengan sukses mengantarkan tim sekolahnya, SMA John 23 Merauke, menjadi kampiun Honda DBL Papua Series 2015. Pemain kelahiran Merauke, 12 Mei 1998 ini terpilih First Team mewakili Papua dan ikut DBL Camp di Surabaya. Hingga sukses mencapai impian yang lebih tinggi; terpilih sebagai salah satu pemain yang masuk Honda DBL All-Star 2015 dan berkesempatan berkunjung dan belajar ke Amerika Serikat.

Potensi Henry berlanjut dengan lolos seleksi memperkuat Timnas Basket Indonesia di berbagai ajang turnamen internasional. Baik level junior maupun senior. Termasuk membela Timnas 3X3 Indonesia di FIBA 3x3 Asia Cup 2018 bersama M. Reza Fahdani Guntara, Nuke Tri Saputra, dan Rivaldo Tandra Pangesthio.

Karier basketnya pun berlanjut ke jenjang profesional. Sejak 2017 dia bergabung dengan Satya Wacana Salatiga yang berkiprah di IBL. Dan langsung menyabet penghargaan The Most Inspiring Young Player pada musim debutnya.

Saat ini, pria yang akrab disapa Hengky ini tercatat sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Katolik Satya Wacana Salatiga.

Anthoni Putra Aipassa

Dengan tinggi menjulang menyentuh angka 198 sentimeter, Anthony Aipassa begitu menonjol diantara rekan-rekan satu timnya. Saat kali pertama tampil membela tim basket sekolahnya, SMA John 23 Merauke pada gelaran Honda DBL Papua Series 2018 silam. Perannya sangat vital dalam defense maupun offense.

Tak hanya ditopang postur jangkungnya. Dengan arm span membentang selebar 211 sentimeter, sebagai senter dia begitu dominan di paint area saat berebut bola di udara (rebound). Pun dalam mencetak poin. Dia berandil mengantarkan sekolahnya menembus final party. Namun, harus puas membawa pulang gelar runner-up setelah kalah dari SMAN 1 Jayapura.

Gagal mempersembahkan gelar champion tidak membuatnya patah arang. Apalagi dia terpilih sebagai First Team dan berhak ikut Honda DBL Camp 2018 di Surabaya mewakili Papua. Menjadi campers tertinggi saat itu. Dia harus bersaing dengan ratusan talenta hebat se-Indonesia. Aipassa tak minder. Hingga akhirnya kerja kerasnya terbayar dengan terpilih masuk Honda DBL Indonesia All-Star 2018 dan pergi ke Amerika Serikat.

Selain mengikuti ekstrakurikuler basket di sekolah, senter kelahiran Merauke, 28 Maret 2002 ini juga tergabung dalam klub basket lokal yang diasuh pelatih SMA-nya. Dia memiliki keinginan untuk mengikuti jejak seniornya, Henry Cornelis Lakay, untuk berkiprah ke level profesional.

Armando Fredrik Jagiwar Kaize

Tidak ada kata terlambat untuk belajar (basket). Pepatah itu tepat menggambarkan kiprah fenomenal Armando Fredrik Jagiwar Kaize di basket. Power forward milik SMA John 23 Merauke kelahiran 27 Maret 2002.

Tergolong baru menyeriusi basket, dia membuat iri banyak anak. Lantaran sukses menembus Honda DBL Indonesia All-Star 2019 hingga terbang ke Amerika Serikat. Pada musim debutnya sekaligus musim terakhirnya di Honda DBL. Karena terbentur regulasi usia (maksimum 18 tahun), musim 2020 dia tidak bisa ikut lagi.

Sejatinya, Armando adalah atlet voli. Dia lebih lama menekuni voli ketimbang basket. Karena almarhum ayahnya adalah mantan atlet voli. Sejak kecil dia diarahkan untuk mengikuti jejak ayahnya. Tak heran, namanya masuk dalam tim voli Provinsi Papua yang dipersiapkan untuk PON 2020.

Ternyata, secara sembunyi-sembunyi dia juga menekuni basket. Tepatnya sejak SMP. Dia mulai ‘mendua’ mulai tertarik basket. Keikutsertaannya pada Honda DBL juga dia lakukan secara sembunyi-sembunyi. Tanpa diketahui orang tuanya.

Dengan tinggi 195 sentimeter dan berat badan 93,6 kilogram, posturnya begitu atletis. Perannya juga cukup menonjol di lapangan basket. Tak heran, slam dunk adalah perkara mudah baginya. Beberapa aksi nombok itu dia lakukan saat tampil bersama sekolahnya pada gelaran Honda DBL Papua Series 2019 lalu. Ikut berjasa mengantarkan SMA John 23 Merauke sukses menembus final party. Namun akhirnya kalah dari SMA Taruna Bhakti Jayapura pada perebutan gelar juara.

Bersama rekannya, Aipassa, yang merupakan tandem twin tower milik SMA John 23 Merauke, Armando terpilih masuk First Team dan ikut Honda DBL Camp 2019 di Surabaya. Di luar dugaan, justru Armando yang berhasil menembus 12 campers terbaik hingga berhak mendapat hadiah berangkat ke Los Angeles, Amerika Serikat pada Februari lalu.

Siapa sangka. Gara-gara keisengan Armando di basket melalui Honda DBL justru mengantarkannya terpilih dipanggil memperkuat Timnas U-17. Bahkan mempersembahkan gelar juara, pada turnamen internasional yang diselenggarakan di Tangerang, Banten, November 2019 lalu. (ROQ)

Foto: DBL Indonesia

Komentar