Keputusan tiga talenta muda Amerika Serikat, Jalen Green, Isaiah Todd, dan Daishen Nix mengikuti NBA G League ketimbang bermain di NCAA membuat perbincangan baru. Banyak pihak yang memprediksi bahwa NCAA akan kehilangan daya tariknya dan sebaliknya G League akan menjadi tujuan baru untuk para pemain muda.

Secara logika, hal ini memang masuk akal. Bagaimana tidak, Jalen adalah pemain yang berulang kali disebut media sebagai salah satu pemain terbaik di angkatan lulusan SMA 2020 ini dan ia tidak bermain di NCAA. Artinya, NCAA tidak akan memiliki bakat terbaik di SMA untuk gelaran musim 2020-2021. Lalu, langkah Jalen juga diikuti dua pemain yang sama-sama mendapatkan rating bintang lima dari para pemandu bakat, hilang sudah tiga bakat terbaik dari aksi NCAA.

Memang, secara logika lainnya pun, pasti masih ada pemain-pemain lain yang memiliki talenta tidak kurang dari ketiga pemain tersebut atau bahkan akan ada pemain yang justru bersinar tanpa kehadiran mereka. Akan tetapi, untuk memulai “api” di musim baru, NCAA tetaplah butuh “bensin” yang banyak. Semakin banyak “bensin” maka “api” mereka pun bisa lebih meluas dan tahan lama.

Di sisi lain, meski disebut-sebut sebagai pesaing NCAA, G League justru beranggapan lain. Presiden G League yang juga legenda NBA, Shareef Abdur-Rahim, tak menilai ada persaingan di sini. Justru G League hadir sebagai opsi untuk para pemain muda mengembangkan talenta mereka.

“Saya tak melihat kami sedang berkompetisi dengan NCAA,” buka Shareef dilansir Yahoo Sports. “Untuk semua pemain muda di luar sana, kami di sini hadir sebagai jalan alternatif untuk menata masa depan mereka. Kami percaya bahwa kami mampu memberi opsi yang juga sama baiknya untuk mereka meniti         karier.”

Shareef boleh berkata demikian, tapi naïf rasanya untuk tidak mengira G League sedang berusaha mengambil pasar dari NCAA. Yahoo Sports  mengabarkan, salah satu orang dekat Jalen menyebut bahwa Jalen dan dua rekan lulusan SMA-nya bisa mendapatkan total pendapatan hingga AS$1 juta. Angka ini cukup jauh dari ucapan NBA pada 2018 lalu yang maksimal memberikan bayaran “hanya” AS$125 ribu untuk pemain dengan jalur Jalen, Isaiah, dan Daishen.

Sebagai tambahan, sumber yang sama menyebutkan bahwa G League juga akan memberikan beasiswa andai saja para pemain jalur “akselerasi” ini ingin kembali mengenyam dunia pendidikan. Menariknya, rata-rata bayaran pemain G League musim ini adalah AS$35 ribu. Jadi, talenta-talenta muda ini memang benar-benar diistimewakan.

G League memang hadir sebagai alternatif, tapi rasanya ini adalah alternatif yang jauh lebih baik dari jalan utamanya. Selama ini, pemain yang bermain di NCAA disebutkan tidak mendapat bayaran (secara publik), tapi pada dasarnya mereka mendapat beberapa insentif. Dengan cara seperti ini, ya rasanya tidak cukup adil bagi mereka untuk harus sembunyi-sembunyi mendapatkan bayaran.

Lalu, pemain NCAA juga tidak boleh mendapatkan sponsor dari pihak ketiga. Peraturan ini sendiri kabarnya akan dihilangkan per musim 2021-2022 yang menunjukkan bahwa NCAA mulai kebakaran jenggot. NCAA mungkin juga semakin sadar bahwa jalan alternatif yang dihadirkan oleh G League memiliki lebih sedikit hambatan dari yang mereka punya.

Pada akhirnya, untuk pemain sendiri, G League memang hanya sebuah alternatif baru untuk mereka semakin dekat ke NBA. Semua pilihan akan dikembalikan ke setiap pemain SMA, apakah ingin merasakan atmosfer fanatisme tinggi di level kampus? Atau satu langkah lebih dekat ke level profesional dengan berlaga di G League.

“Tidak ada yang salah dengan basket kampus. Saya punya banyak teman yang memutuskan bermain di kampus dan saya tidak masalah dengan hal itu. Untuk saya sendiri, G League adalah jalan terbaik. Saya selalu senang menjadi berbeda dari kebanyakan orang dan ini adalah salah satu cara saya untuk tetap menjadi beda,” ujar Jalen. (DRMK)

Foto: NBA

 

Komentar