Metta World Peace atau yang dulunya dikenal dengan Ron Artest telah memutuskan pensiun sebagai pemain sejak 2017 lalu. Terakhir kali, ia tercatat membela Los Angeles Lakers sejak 2015. Itu jadi perjalanan kedua Metta bersama Lakers setelah sebelumnya mengabdi di periode 2009 – 2013 yang berujung pada satu gelar juara (2010).
Selepas tak lagi menjadi pemain NBA, Metta memiliki dua perkejaan. Satu pekerjaan sampingannya adalah bermain di liga 3X3 veteran yang digagas Ice Cube, BIG3. Sementara pekerjaan utamanya adalah menjadi pelatih pengembangan ketangkasan pemain (player development) untuk tim NBA G League Lakers, South Bay Lakers.
Namun, pada Desember 2019 lalu, Metta mengutarakan keinginan atau target yang ia ingin capai sebagai pelatih. Kala itu, melihat jabatan kepala pelatih yang kosong di New York Knicks, Metta mengungkapkan tertarik untuk mengambilnya. Knicks sendiri kala itu baru saja memecat David Fizdale. Sayangnya, Knicks tak melihat Metta sebagai opsi dan mengangkat Mike Miller.
Menariknya, ternyata keinginan Metta untuk melatih Knicks tak semata karena saat itu jabatan tersebut kosong. Melatih Knicks ternyata menjadi tujuan hidup Metta sekarang. Dilansir Closeup360.com, Metta yang berbincang dengan legenda NBA lainnya, Baron Davis, mengungkapkan tekad bulatnya untuk mengejar mimpinya tersebut.
“Menjadi Kepala Pelatih Knicks adalah satu-satunya pekerjaan yang saya inginkan. Saya tak peduli hal lain, jika mereka menawari saya, saya akan ambil pekerjaan tersebut,” ungkap Metta. Akan tetapi, Metta juga mengungkapkan bahwa ia tak tertarik untuk harus memulai karier kepelatihannya di Knicks dari bawah. Ia ingin langsung memimpin tim ini.
“Saya tidak tertarik menjadi asisten pelatih. Banyak orang bicara kepada saya mengapa saya tak mencoba untuk menjadi asisten pelatih lebih dulu. Saya akan menjawab karena saya memang tidak ingin melakukan hal itu. Saya ingin langsung jadi Kepala Pelatih Knicks,” pungkasnya.
Sebagai orang yang lahir di Queens, New York, Amerika Serikat, rasanya apa yang diutarakan Metta lebih ke persoalan mengharumkan nama Knicks kembali sebagai ikon dari New York. Pria berusia 40 tahun ini sendiri sebenarnya pernah membela Knicks di musim 2013-2014. Sayangnya, ia hanya bermain 29 kali dan kontraknya diputus di tengah jalan.
Knicks sudah tak pernah lolos ke playoff sejak tahun 2014. Dalam kurun waktu tersebut, mereka tak pernah finis di urutan 10 besar dengan catatan dua kali menjadi juru kunci Wilayah Timur. Program yang tidak jelas ditambah manajerial yang berantakan membuat Knicks bersaing dengan Minnesota Timberwolves dan Sacramento Kings sebagai organisasi terburuk di dekade ini. Mungki saja, dengan mendatangkan orang yang memiliki karakter tangguh seperti Metta bisa mengubah kultur yang ada di Knicks. Mungkin saja. (DRMK)
Foto: Sports Illustrated