Vince Carter adalah salah satu nama besar di NBA dalam kurun tiga dekade terakhir. Kemampuan bermain, atletisme, dan aksi-aksi dunk spektakuler adalah hal-hal yang selalu dikaitkan dengan dirinya. Ditambah dengan catatan delapan kali terpilih bermain di laga All Star, rasanya kapasitas Carter tak perlu diragukan lagi.
Pun begitu, dalam sebuah kehidupan, semesta selalu akan menciptakan manusia-manusia lain yang terus mempertanyakan dan mempermasalahkan hal-hal yang tidak kita miliki atau lakukan. Dalam hal ini, banyak juga pecinta NBA yang merasa Carter bukanlah nama besar di NBA karena ia belum juga meraih gelar juara selama 22 tahun berlaga.
Terutama di era sekarang, di mana banyak pemain bintang memutuskan berpindah tim atau besatu membentuk tim super untuk meraih gelar juara, Carter tetap tak bergeming. Ia justru menghabiskan dua musim terakhir bersama tim yang berusaha membangun ulang skuat mereka, Atlanta Hawks.
Menanggapi hal tersebut, Carter pun angkat bicara dalam sebuah sesi wawancara dengan Sports Illustrated. Pemain berusia 43 tahun ini menjelaskan pandangannya yang jauh berbeda dari pemain-pemain era sekarang yang berusaha mendapatkan validasi melalui cincin juara.
“Mengejar cincin juara tak pernah menjadi hal utama di kepala saya. Saya benar-benar tidak tertarik untuk melakukan hal itu. Keinginan saya adalah untuk menjadi bagian dari tim di mana saya bisa membantu dalam banyak hal dan bermain dalam waktu yang lama,” terangnya.
“Saya hanya ingi bermain basket. Ya, saya tahu saya bisa saja menularkan ilmu saya dan menjadi mentor yang baik untuk para pemain muda. Namun, terkadang lebih baik kita memberikan contoh nyata dari sekadar bicara. Dalam berbagai situasi di basket, saya rasa memberikan contoh nyata adalah cara yang terbai,” lanjutnya.
“Jadi, bergabung ke tim kandidat juara, dan menghabiskan banyak waktu dengan duduk di bangku cadangan bukanlah hal yang saya mau dan saya rasa tidak akan bisa melakukan itu. Saya akan menjadi pemain yang menyedihkan jika melakukannya. Saya suka bertanding, saya suka berkompetisi, dan saya rasa semua orang yang melihat saya bermain tahu bahwa saya tidak suka diam dan menonton dari bangku cadangan,” pungkas alumnus University of North Carolina tersebut.
Pernyataan ini seolah menegaskan bahwa musim ini akan menjadi musim terakhir untuknya. Dan jika nantinya NBA melanjutkan musim dengan langsung memainkan laga playoff, maka gim melawan New York Knicks pada 11 Maret 2020 lalu adalah gim terakhir Carter.
Cincin juara tampaknya bukanlah hal yang terlalu menyilaukan untuk Carter. Dan rasanya, semua pecinta NBA juga tahu bahwa Carter membawa banyak perubahan ke NBA meski tak pernah menjadi juara. Ia menaikkan level hiburan NBA dengan aksi-aksi menawannya. Kerendahan hatinya dalam membimbing pemain muda dan menangani para penggemar juga menunjukkan bahwa ia bukanlah sekadar atlet basket. (DRMK)
Foto: NBA