Dalam 24 jam ke belakang, para penikmat sepatu Ventela edisi Public harus menelan ludah. Foto-foto salah satu varian dari merek lokal tersebut dihapus oleh pihak Instagram. Alasannya adalah bahwa produk tersebut melanggar hak cipta dan hak intelektual yang dipegang merek asal Amerika Serikat itu. Sejauh ini, baru penjual kedua Ventela dan Saba Footwear yang merasakannya.

Tirta Mandhira Hudhi adalah nama yang vokal dengan kabar ini lewat media sosial pribadinya. Diteruskan akun Instagram yang acap membahas tentang pergerakan persepatuan lokal bernama localmadness. Keduanya sama-sama mengunggah gambar berisi pesan penghapusan foto sepatu yang disinyalir memiliki desain garis samping meniru dengan apa yang dimiliki Vans. Mereka menyebutnya sebagai Jazz Stripe.

Fenomena ini lazim ditemui dalam perkembangan sepatu-sepatu lokal yang sedang merebak beberapa waktu belakangan. Sepatu dengan proses vulkanisasi yang dihias dengan ornamen garis samping berbagai bentuk di atasnya. Penempatan garis dibuat memanjang dari sisi tengah hingga ke belakang. Yang membedakan hanya lekukannya. Merek A membuatnya lebih runcing, merek B dibuat lebih melengkung.

Di kancah persepatuan internasional, sudah tak terhitung sepatu-sepatu dengan penambahan panel demikian. Rudolf Dassler layak disebut sebagai yang memulainya lewat sepatu Puma. Ia menamainya sebagai Form Stripe. Dari Negeri Sakura, Kihachiro Onitsuka membuat Tiger Stripe untuk sepatu lari buatannya bernama Onitsuka Tiger dan Asics. Hadir pula Vans dengan Jazz Stripe-nya. Dan lain sebagainya.

Baca juga: Vans Tuntut Peniru Desain Sepatunya dengan Dugaan Pelanggaran Paten

Bila melihat pada sisi sejarah, Rudolf Dassler membuat Form Stripe itu ada fungsinya. Ia ingin menyediakan sepatu yang seimbang untuk dipakai berlari. Solusinya adalah membuat panel berbahan kulit memanjang ke belakang di sisi luar dan dalam. Prinsip tersebut diilhami dari ide membuat panel tiga garis pada sepatu adidas. Sebelum mendirikan Puma, Rudolf dan Adolf Dassler adalah pendiri Gebruder Dassler Schuhfabric. Mereka kemudian berpisah. Adiknya, Adolf Dassler, mentereng dengan merek adidas hingga kini.

Meski berawal dengan fungsi tertentu, garis samping bisa jadi solusi untuk memberikan tampilan berbeda dan ikonik. Bahkan, bisa menjadi identitas produk. Oleh karenanya, makin ke sini makin banyak merek sepatu yang memberikan ornament demikian. Lihatlah Compass atau Word Division sebagai sepatu lokal yang setidaknya pernah jadi perbincangan hangat beberapa tahun ke belakang. Keduanya punya garis samping sendiri-sendiri.

Bila kita bicara tentang identitas diri, maka siapa saja yang mencoba meniru apa yang jadi ciri khas kita akan membuat kita jengkel. Mungkin, itulah yang sedang diperlihatkan Vans terhadap Ventela dan Saba. Keduanya sama-sama membuat sepatu dengan garis samping yang terbilang mirip dengan Jazz Stripe milik Vans.

Apakah ini disengaja? Bisa saja. Buktinya, Ventela sukses meraih atensi cukup besar dengan menjual seri Public dan Back to 70’s. Bila Anda melihat dua sepatu ini, maka pikiran Anda akan tertuju pada dua merek yang sudah biasa kita temui. Salah satunya adalah merek yang punya sejarah basket sangat kental. Benar sekali, Converse Chuck Taylor All Star 1970’s.

Tak berhenti di situ, Ventela baru-baru ini juga merilis edisi Retro ’77. Desainnya sangat mirip dengan Vans Old Skool. Varian pertama yang diperkenalkan adalah warna hitam kuning. Padanan tersebut sudah ditelurkan Vans untuk edisi kolaborasi Snoopy.

Lantas, apakah Ventela terang-terangan melakukan plagiarisme? Saya bisa menyimpulkan tidak. Mereka sudah menampilkan pembeda yang membuatnya tidak sama persis dengan Vans. Di sisi lain, Ventela juga tidak menyertakan logo Vans Off the Wall di sana. Begitu pula untuk edisi Back to 70’s. Tidak ada logo Converse di sana meskipun siluetnya sangat mirip dengan CT All-Star 1970’s.

Saya pernah menulis tentang pagar-pagar plagiarisme untuk Majalah Mainbasket edisi Maret 2019. Penjelasan posisi desain di ranah hokum dijelaskan oleh Anggi Avianica, Konsultan Perlindungan Hak Cipta dari Direktur Jenderal (Dirjen) Hak Kekayaan intelektual (HAKI).

Pada majalah itu, saya juga menampilkan sosok Aji Handoko Purbo. Obrolan kami turut membahas tentang sepatu lokal yang desainnya mirip-mirip Vans Old Skool. Direktur Kreatif Sepatu Compass itu memang tidak mempermasalahkan dari sisi hukum. Akan tetapi, konteks etika berkarya yang ia singgung. Prinsip ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) kian bias dalam perkembangan sepatu lokal menurutnya.

Kembali ke hapus-menghapus unggahan. Yang melakukan penghapusan konten-konten itu disebutkan sebagai Vans US, bukan lagi Vans Indonesia. Itu artinya, induk merek tersebut memang benar-benar mengambil tindakan tegas bagi siapapun yang mencoba mendompleng ketenarannya.

Ini bukanlah kali pertama. Vans pernah menuntut Primark dan Target atas sepatu yang mereka anggap mirip. Parahnya lagi, Target juga mencantumkan bahwa sepatunya merupakan sepatu skateboard klasik. Meski untuk wilayah Amerika Serikat, setidaknya kita bisa melihat ketegasan Vans dalam melindungi karyanya.

Sejatinya bukan kali pertama Vans mempermasalahkan merek sepatu Indonesia. Mundur ke 2011, saat sebuah sepatu asal Bandung bernama Vans off the Top harus tutup karena tuntutan Vans. Saya ingat kabar tersebut jadi perbincangan hangat para penggiat komunitas sneaker di forum Kaskus hingga masuk ke pemberitaan nasional.

Ventela setidaknya harus bersiap-siap. Merek asli Bandung itu membuat klarifikasi bahwa desain produknya sudah terdaftar ke Dirjen HAKI di bawah Kementerian Hukum dan HAM. Pernyataan itu mereka sampaikan melalui fitur Instagram Stories hari ini (27/04).

Lalu, apakah tindakan ini sudah bisa menyelesaikan permasalahan? Belum tentu. Pihak Vans US sejauh ini belum menerbitkan pernyataan apapun. Para pengecer Ventela dan Saba disarankan menghapus unggahannya demi mengamankan akun jualan mereka di Instagram. Setidaknya sudah ada satu akun dagang yang ditutup oleh Instagram karena kedapatan menjual Ventela dan Saba.

Mau sampai kapan sepatu lokal (sebagian) memakai desain yang menyerupai siluet tertentu?

Apakah Ventela tidak punya satu saja desainer handal untuk membuat siluet baru nan berbeda?

Foto: akun Instagram Ventela, Converse, Vans

Populer

Mike James: NBA Bukan Tempat Terbaik untuk Saya
Yuki Kawamura Tirukan Selebrasi "Too Small", Meski Tidak Suka
Format NBA All-Star Kemungkinan Berubah Lagi
Jaime Jaquez Jr. Masih Bimbang Memilih Timnas
Manfaatkan Badai Cedera, Doncic dan Mavericks Benamkan Magic!
DJ Augustin Gantung Sepatu
Banyak Pemain Cedera, Pep Guardiola Keluhkan Jadwal Manchester City Seperti NBA
Reaksi Giannis Tanggapi Pernyataan Trump Tentang Yunani
Bulls Kembalikan Matas Buzelis ke G League
Vince Carter Terharu Mengenang Momen Indah dengan Raptors