Beberapa waktu lalu, Lloyd Pierce mengatakan bahwa Atlanta Hawks membutuhkan lebih banyak penembak jitu. Sang pelatih tidak puas dengan ketajaman mereka pada 2019-2020 ini. Sehingga, ingin merekrut pemain yang bisa melebarkan area serangan serta membantu menambal kekurangan itu.

Sesuai statistik, performa Hawks memang menurun pada beberapa lini, terutama persentase tripoin (3P%). Musim lalu, mereka berada di peringkat 16 dari total 30 tim dalam hal persentase tripoin (35,2 persen). Musim ini, turun ke peringkat dasar (30) dengan persentase 33,3 persen.

Persentase tripoin Hawks tersebut berada di bawah rata-rata NBA pada 2019-2020 ini. Rata-rata tripoin liga mencapai 35,7 persen. Itu artinya, ada jenjang 2,4 persen antara persentase tripoin Hawks dengan rata-rata liga.

Persentase tembakan keseluruhan (FG%) Hawks juga tidak begitu baik. Mereka turun dari peringkat 21 ke 23. Namun, untungnya, persentasenya tidak terjun bebas. Dari 45,1 persen hanya turun 0,2 persen.

Dibanding persentase tripoinnya, persentase tembakan keseluruhan tim asuhan Pierce sebenarnya tidak buruk-buruk amat. Sebab, persentase mereka tidak terpaut jauh dengan rata-rata liga yang mencapai 46 persen. Hawks hanya terpaut 0,9 persen.

Kendati demikian, jika dibandingkan dengan tim papan atas seperti Los Angeles Lakers (1) dan Milwaukee Bucks (2), persentase tembakan keseluruhan Hawks terpaut jauh. Lakers mampu memasukkan 48,5 persen tembakannya, sementara Bucks 47,7 persen. Hawks sulit bersaing dengan tim-tim itu.

Para pemain Hawks sebenarnya merupakan penembak-penembak ulung. Mereka setidaknya punya Trae Young, Kevin Huerter, De’Andre Hunter, dan John Collins. Keempat nama itu kebetulan disinggung Pierce.

“Kami perlu menambah penembak dan mempertajam tembakan-tembakan kami,” kata Pierce seperti dikutip The Athletic. “Banyak yang harus kami lakukan. Akurasi tembakan Trae sekitar 36 persen. John  41 persen. De’Andre Hunter 35 atau 36 persen. Kevin 38 persen. Kami perlu mempertajam ini. Kami perlu menambah pemain yang dapat melebarkan area serangan.”

Pada pernyataan di atas, Pierce sebenarnya mengomentari persentase tripoin para pemainnya. Secara mendasar, ia paham betul situasinya. Pierce juga hafal dengan persentase pemainnya, meski tidak benar-benar akurat.

Persentase tripoin Young yang sesungguhnya berada di angka 36,1 persen. Naik sekitar 3,7 persen dari musim sebelumnya. Persentase tripoinnya berada di atas rata-rata liga.

Dilihat dari sudut ini, Young tidak begitu bermasalah. Tembakan keseluruhannya (43,7 persen) juga meningkat dari musim sebelumnya yang hanya 41,8 persen. Sayangnya, persentase itu belum menembus rata-rata liga.

Young begitu karena sebenarnya ia lebih sering melepas tembakan musim ini. Rata-rata percobaannya naik dari 6 ke 9 tembakan. Itu tidak mengherankan. Mengingat tugasnya sebagai seorang pencetak poin utama. Dengan itu, Young bahkan bisa meningkatkan rata-rata poinnya dari 19,1 poin ke 29,6 poin.

Secara efisiensi tembakan (EFG%) dan true shooting percentage (TS%), Young sama-sama mengalami peningkatan. EFG% naik dari 48 persen ke 51,9 persen. TS% dari 53,9 persen ke 59,5 persen. Semuanya berada di atas rata-rata liga.

Huerter, di sisi lain, justru mengalami penurunan akurasi. Tripoinnya menurun sedikit dari 38,5 persen ke 38 persen. Sebab, Huerter lebih banyak melepas tripoin musim ini, tetapi tidak diimbangi dengan akurasi.

Secara keseluruhan, Huerter sama menurunnya. Persentase tembakannya berubah dari 41,9 persen ke 41,3 persen. Itu memengaruhi juga EFG% dan TS%-nya.

Dalam hal tripoin, Huerter boleh merasa aman karena tetap berada di atas rata-rata liga. Namun, tidak dengan tembakan keseluruhannya. Huerter berada di bawah rata-rata liga meski poin per pertandingannya naik dari 9,7 ke 12,2.

Sementara itu, Hunter—yang baru bermain pertama kali di NBA—tidak punya patokan mengenai perkembangannya sebagai seorang profesional. Jika dipaparkan, statistiknya seperti berikut: FG% 41 persen, 3P% 35,5 persen, EFG% 48,9 persen, dan TS% 52,1 persen. Saat kuliah, statistik musim terakhirnya seperti ini: FG% 52 persen, 3P% 43,8 persen, EFG% 57,9 pesen, dan TS% 61,8 persen.

Statistik NBA dan NCAA Hunter tidak bisa digunakan sebagai perbandingan. Sebab, pro dan amatir adalah dua hal berbeda. NBA punya bakat-bakat terbaik dan berpengalaman. Namun, statistik itu bisa mengungkapkan bahwa Hunter pada dasarnya merupakan penembak ulung.

Oleh karena perbedaan kompetisi, Hunter tidak bisa tampil seperti ia tampil di NCAA. Apalagi Hawks memiliki pemain-pemain seperti Young dan Collins yang merupakan opsi satu dan dua mereka dalam mencetak poin. Hunter bisa dibilang sebagai opsi ketiga.

Collins sendiri—yang merupakan pencetak poin kedua terbanyak di Hawks—memiliki persentase tripoin terbaik. Ia mampu memasukkan 40,1 persen tripoin per pertandingan. Di belakangnya, ada Huerter (38 persen) dan Jeff Tegue (36,8 persen).

Persentase tripoin Collins bisa setinggi itu karena ia memang tidak banyak melepas tripoin. Sang forwarda rata-rata melepas 3,6 tripoin dan memasukkan 1,4 di antaranya. Bandingkan dengan Young dan Huerter yang bisa melepas masing-masing 9,5 dan 6 tripoin per pertandingan.

Collins lebih sering melepas tembakan di area dua angka. Ia setidaknya bisa melepas 11,2 tembakan dan memasukkan 7,2 di antaranya. Dari situ, Collins mendulang rata-rata 21,6 poin.

Persentase tembakan keseluruhan Collins juga terbilang baik. Ia mampu memasukkan 58,3 persen tembakannya. Collins memiliki persentase tembakan keseluruhan kedua terbaik di Hawks setelah Damian Jones (68 persen).

Kendati memiliki persentase yang baik, seperti sudah dijelaskan sebelumnya, Collins lebih sering menembak di area dua angka. Itu artinya, kebutuhan Hawks belum terpenuhi. Sebab, Pierce ingin timnya bisa melebarkan area serangan. Untuk itu, ia membutuhkan penembak jitu yang ulung menembak di belakang garis busur besar.

Dengan melebarkan area serangan, selain mengancam dari area tripoin, Hawks juga berniat untuk menarik pertahanan lawan ke luar area cat. Sehingga, area itu bisa dieksploitasi pemain-pemain besar seperti Collins secara leluasa. Masalahnya, para pemain utama tidak didukung oleh pemain lain sebaik itu.   

Dari pemaparan di atas, pendapat Pierce tentang timnya sendiri jadi terasa masuk akal. Sebab, meski keempat pemain utamanya tidak buruk-buruk amat, pemain lainnya malah tidak bisa begitu membantu. Sehingga, persentase tembakan tim rendah. Seandainya mereka ingin lebih baik lagi, maka pilihannya ada dua: asah ketajaman atau tambah pemain yang bisa membantu menambal kekurangan itu. Jeda musim nanti akan menjadi perbaikan dan perburuan yang serius bagi Hawks.

Foto: NBA

Komentar