Nama Ben Simmons sebagai salah satu bintang muda calon wajah baru NBA di masa mendatang tak perlu diragukan lagi. Dua kali penampilan All Star dan gelar Rookie of the Year telah membuktikan kapasitasnya sebagai salah satu talenta muda paling menarik di NBA. Bersama Joel Embiid, keduanya diharapkan bisa memimpin Philadelphia 76ers membuat dinasti baru.
Di tengah hiatus NBA karena pandemi virus korona ini, ESPN lantas merilis sebuah kisah perjalanan panjang Ben di NBA. Kisah ini lebih membahas tentang perjalanan kariernya dan penjelasan tentang mentalitas yang ia punya. Laporan ini muncul lengkap dengan kutipan perbincangan ESPN dengan Kepala Pelatih Sixers, Brett Brown.
Seperti yang diketahui bersama, meski memiliki deretan prestasi yang baik di tiga musim pertamanya di NBA, Ben memiliki masalah besar dalam aspek permainannya yakni tripoin. Ben dan tripoin bagaikan air dan minyak yang terpisah cukup jauh. Dari 214 gim yang sudah ia mainkan di NBA, Ben hanya mencoba 23 kali tripoin dengan dua di antaranya menemui sasaran. Dua tembakan masuk itu pun baru terjadi musim ini, yang berarti di dua musim sebelumnya, persentase tripoin Ben adalah 0 persen (0/17).
Fakta di atas bisa menjadi masalah besar, apalagi di era modern NBA yang banyak mengandalkan tembakan jarak jauh (karena tentunya bernilai lebih besar). Namun, jika kita melihat sisi sebaliknya, Ben adalah pemain yang benar-benar menakutkan. Tanpa tripoin saja, pemain asal Australia ini masih memiliki rataan 16,4 poin per gim. Ditambah dengan catatan 8,3 rebound, 8,0 asis, dan 1,7 steal per gim dalam tiga musim ini, Ben adalah pemain yang sangat komplet, mendekati level legenda NBA, Magic Johnson.
Akan tetapi, masalah Ben yang tidak mau menembak tripoin ini ternyata cukup mengganggu manajemen Sixers. Dalam kisah tersebut, manajemen Sixers terus berusaha mendorong Ben untuk mencoba lebih banyak tripoin sembari terus mengasah ketajamannya. Bahkan, sebuah teori konsipirasi menyebut bahwa absennya Ben sebelum hiatus NBA yang dilaporkan karena cedera punggung adalah upaya Sixers untuk melatih tripoin Ben tanpa diketahui lawannya.
“Kelemahan saya adalah saya butuh orang lain untuk mendorong saya lebih baik lagi, lebih bertanggung jawab atas diri saya sendiri,” ujar Ben. “Hal ini (menemukan dorongan) sedikit sulit bagi saya, saya butuh waktu untuk hal itu.” Ya, ucapan ini seolah semakin menegaskan perkataan Ben di musim perdananya mengenai tripoin yang tidak terlalu mengganggu dirinya kala itu.
Akan tetapi, fakta pun berbicara sebaliknya. Dalam laju Sixers di playoff musim lalu yang harus berhenti di semifinal Wilayah Timur, Ben mengalami banyak masa sulit. Brooklyn Nets dan Toronto Raptors, dua lawan Sixers menjaga Ben dengan memberinya ruang seluas-luasnya untuk menembak tripoin.
“Saya rasa Ben adalah pemain yang luar biasa saat transisi. Namun, begitu Anda berhasil menghentikannya di setengah lapangan, membuatnya kesulitan menerobos ke ring, dan memaksanya mencoba banyak tembakan gratis, ia hanya pemain NBA rata-rata,” ujar Jarde Dudley, pemain Los Angeles Lakers yang musim lalu membela Nets.
Dalam upaya mendorong Ben untuk meningkatkan kemampuannya, Brett Brown pun memberikan sedikit ancaman dengan harapan menjadi dorongan untuk Ben. “Saya berbicara kepada Ben jika ia tidak ingin menembak tripoin, apakah saya harus menempatkan ia di bangku cadangan? Karena sejujurnya saya bisa mengambil keputusan tersebut,” ujar Brett. “Kami bisa saja melakukan itu (mencadangkan Ben) atau terus mengajarkannya tentang spacing. Kami ignin ia bisa memiliki pilihan untuk menembak tripoin, menerobos ke ring, atau memberikan umpan ke temannya,” lanjut Brett.
Pemain berusia 23 tahun tersebut pun mengaku siap menjawab tantangan tersebut. Jika musim 2019-2020 kembali dilanjutkan, Ben merasa ia akan siap untuk menembak tripoin secara konsisten di babak playoff nanti.
“Saya tahu tripoin akan segera hadir di aspek permainan saya. Ini semua tentang bagaimana saya merasa nyaman saat melakukannya. Ini semua tentang bagaimana saya menjalani repetisi. Saya bisa melakukan hook shot dari elbow karena saya sudah terbiasa dan saya percaya diri itu akan masuk,” terang Ben.
“Untuk tripoin, saya tidak pernah merasa sepercaya diri itu. Saya harus membuat perubahan yang lebih besar lagi. Saya bisa saja jadi pemain NBA yang memiliki akurasi tripin 30 persen sekarang. Akan tetapi, saya lebih memilih menjadi pemain yang menembak 40 persen nantinya. Ini semua kembali ke saya sendiri, saya yang akan memperbaikinya,” tutup Ben.
Satu catatan mencenangkan lainnya dari Ben adalah efisiensi tembakannya. Sekali lagi, sebagai garda utama tim yang sering membawa bola dan enggan menembak tripoin, catatan 16,4 poin dengan eFG% 56 persen adalah sebuah angka yang impresif. Catatan eFG% tersebut bahkan lebih tinggi dari rata-rata liga dalam lima musim terakhir yang tidak lebih dari 53 persen.
Ben Simmons dan tripoin, akankah hubungan mereka membaik seiring berjalannya waktu. Akankah aspek permainan tersebut merubah Ben menjadi pemain yang lebih baik? Atau pertanyaan terpentingnya, akankah hal tersebut membawa Sixers kembali meraih kejayaan? Jawabannya sudah dijelaskan oleh Ben, semua tergantung pada dirinya sendiri.
Foto: NBA