Tahun 2011, adidas menelurkan inovasi bahan atas sepatu (upper) yang terbuat dari rajutan benang nilon (knit) yang dinamai PrimeKnit. Selang setahun, Nike memperkenalkan inovasi tandingan bernama Flyknit. Setelah itu, muncul berbagai jenis knit dari belahan dunia lain dengan sebutan beragam. Mereka menjanjikan kenyamanan serta dianggap memenuhi kebutuhan atlet. Membuat bahan tersebut butuh waktu yang tidak sebentar. Sekelas Nike dikabarkan menghabiskan waktu dua tahun sebelum akhirnya bisa menyaingi apa yang sudah disajikan oleh Si Tiga Garis. Modalnya pun tidak sedikit. Knit terbukti memberi pengaruh besar dalam kultur sneaker dewasa ini.
Apakah Indonesia bisa membuat yang seperti itu? Bisa. Ialah NAH Project, lini sneaker dalam negeri pertama yang memproduksi sepatu berbahan rajut. Bahkan, knit buatan mereka diteguhkan sebagai yang paling tepat digunakan menghadapi iklim tropis Indonesia. Mereka menyebutnya sebagai FlexKnit. Edisi pertama sepatu NAH Project berbahan FlexKnit ludes kurang dari 10 menit pada 2018 silam. Rekor penjualan secepat itu biasa terjadi untuk Air Jordan, adidas Yeezy, hingga Vans Vault LX Cut & Paste.
Fakta itu diceritakan sendiri oleh Rizky Arief Dwi, pendiri NAH Project, pada Majalah Mainbasket sekitar dua tahun lalu. Meski berkomunikasi lewat surel, pemuda 26 tahun ini bercerita banyak hal tentang sepatu buatannya. Termasuk ketika Pak Jokowi memakainya untuk menghadiri acara akbar bertaraf internasional di Jakarta. Layaknya produk pendahulu, FlexKnit diharapkan menyumbang dampak besar bagi kultur sneaker di Indonesia.
Halo, apa kabar Mas Rizky? Sedang sibuk apa beberapa waktu belakangan ini?
Haloo Mainbasket! Kabar saya luar biasa baik. Selain sibuk mengembangkan NAH Project, saya juga mendalami tentang dunia sneakers.
Bisa diceritakan awal mula berdirinya NAH Project?
NAH Project dimulai sekitar akhir September 2017. Awalnya kami memproduksi beberapa produk untuk melihat pasar potensial yang tepat untuk ditekuni. Mulai sepatu skateboard, sepatu formal, dan beberapa koleksi kaus. Kami menerapkan transparansi harga. Di setiap produk NAH Project, calon pembeli bisa melihat penetapan harga berdasar pada proses produksi serta beberapa aspek lain. jadi kita mencanangkan sensasi baru berbelanja perangkat fesyen secara daring (online).
Apa visi dibalik berdirinya merek ini?
Visi NAH Project adalah jadi merek sneakers yang mendominasi pasar Indonesia melalui inovasi dan gebrakan-gebrakan baru.
Makna dibalik nama “NAH Project”?
Nama NAH itu sebenernya soal permainan kata saja kok. Saya dan tim ingin ketika orang-orang melihat produk-produk NAH Project, merek seketika berkata “Nah! ini nih yang saya cari”. Dari situ, kami menyimpulkan bahwa nama “NAH Project” berhubungan dengan kejutan serta keseruan.
Produk-produknya mencakup apa saja?
Memang dominan sepatu bersol karet. Ada juga produk pendukung lain seperti kaus, jaket, dan jaket hoodie.
Bagaimana komposisi dan bahan pembuatan sneakersnya?
Setiap produk itu kita buat dengan metode yang beda-beda. Untuk beberapa seri, bahannya bisa didapatkan dari pihak ketiga di sekitar Bandung. Tapi ada juga bahan-bahan khusus seperti FlexKnit yang bahan dasarnya masih harus impor. Selain itu, pengerjaan beberapa sepatu kami lakukan di Surabaya dan Tangerang karena metode yang tergolong rumit untuk menemukan hasil yang kami harapkan.
Adakah waktu khusus untuk merilisnya?
Tidak ada. Namun, ada ritual khusus. Kami akan menyiapkan konten untuk mengedukasi calon pelanggan berupa cerita di balik terciptanya produk itu. Dengan metode tersebut, kami ingin pelanggan mengerti tentang apa saja proses yang dilalui sebelum menghidangkannya ke mereka secara matang. Sejauh ini, strategi semacam itu membuat banyak orang lebih apresiatif ke produk kami.
Berapa kisaran harganya?
Untuk jaket hoodie ada di angka Rp200 ribu. Untuk sneakers kita buka di harga Rp300 ribuan. Produk berbahan FlexKnit kami hargai lebih tinggi, yaitu mulai Rp400 ribu.
Beberapa waktu lalu, Bapak Jokowi memakai NAH Project YAS V2.0 saat menghadiri We The Fest 2018. Seperti apa kronologinya?
Tidak ada satupun dari kami yang menyangka. Pada suatu siang, ajudan Presiden Jokowi sekaligus staff Sekretariat Negara menelepon saya. Namanya Mas Teddy. Ia sedang mencari sepatu kasual lokal yang akan beliau gunakan untuk berdinas. Diantara beberapa merek, rekan Mas Teddy menyarankan NAH Project. Itulah mengapa ia menghubungi saya. Awalnya Mas Teddy tidak berkata untuk siapa sepatu itu. Kami juga tidak bertanya. Alhasil, proses transaksi berjalan singkat. Kami menyarankan beberapa sepatu. Ia membeli tiga buah sepatu. Karena mendesak, sore itu juga saya dibantu dua orang mengantarkan sepatu pesanan tersebut ke Istana Bogor. Barang diterima penjaga istana sekitar pukul 1 pagi.
Dua hari kemudian, foto Pak Jokowi di We The Fest 2018 beredar di mana-mana. Saat melihat kaki beliau, saya merasa kenal dengan sepatu yang dipakai. Kami lalu mengkonfirmasi ke Mas Teddy. Ia hanya menjawab “iyess..” Rasanya jantung saya mau copot. Ternyata Pak Jokowi memakai produk kami. Beliau masih memakainya di kesempatan lain setelah itu.
Berapa harga sepatu Pak Jokowi tersebut?
Pak Jokowi beli dua tipe. Yang beliau pakai kemarin harganya Rp 415.000. Tipe kedua seharga Rp 450.000.
Tanggapan NAH Project terkait hal tersebut?
Tidak bisa diungkapkan kata-kata. Senang sekali. Saya dan tim merasa sangat diapresiasi. Kebetulan sepatu yang dipakai Pak Jokowi punya proses produksi yang sulit serta memakan waktu pengerjaan nyaris enam bulan. Apa yang sudah kami kerjakan rasanya terbayar lunas hari itu juga.
Apa itu FlexKnit?
Pada dasarnya, tren sepatu dari nilon rajut (knit) sudah heboh beberapa tahun belakangan. Semuanya besutan merek luar negeri. Tak ada salahnya untuk mencoba. Lalu, kami memutuskan melakukan riset untuk membuat knit yang disesuaikan dengan kebutuhan orang Indonesia. FlexKnit menggunakan bahan yang lebih elastis, lebih tipis, dan lebih lembut. Tiap helainya sarat kandungan katun bila dibandingkan dengan knit di sepatu lain. Karakteristik ini yang membuatnya lebih cocok digunakan di Indonesia yang notabene daerah tropis. Kaki tidak mudah gerah namun tetap fleksibel saat dipakai.
Berapa lama proses penelitian dan uji cobanya hingga akhirnya menemukan struktur final FlexKnit yang kini dipasarkan?
Kalau khusus untuk bagian atas (upper) saja, kurang lebih 5 bulan.
Seperti apa antusiasme pembeli saat melepas sepatu berbahan FlexKnit ke publik?
Sangat baik. Sebanding dengan perjuangan proses produksinya yang kompleks. FlexKnit versi 1 kita produksi 200 pasang dan langsung ludes kurang dari 10 menit.
Bahan Knit sudah banyak digunakan untuk sepatu-sepatu olah raga termasuk sepatu basket. Apakah ada rencana NAH Project membuat sepatu basket menggunakan FlexKnit?
Wah, tantangan baru itu. Kita pastinya ingin membuat sneakers yang diproduksi dengan spesifikasi untuk olahraga, termasuk basket. Akan tetapi, butuh pengembangan dan penelitian lebih lanjut. Sudah pasti akan memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Untuk saat ini, kami masih mengumpulkan pundi-pundi untuk memenuhi tantangan itu. Doakan saja.
Dimana calon pembeli bisa melihat-lihat produk-produk NAH Project? Baik membeli langsung maupun secara online?
Seluruh produk kami bisa dilihat di nahproject.com. Anda juga bisa memantau aktifitas tim kami di akun instagram @nah.project.
Apa harapan NAH Project untuk skema sneaker di Indonesia?
Salah satu misi NAH Project adalah mengangkat standar sneakers lokal baik dari segi produk, pendekatan, dan pemasarannya. Oleh karena itu, kami selalu fokus menciptakan gebrakan-gebrakan yang kompetitif di dunia sneakers. Harapannya agar merek sneakers lokal lainnnya juga tergerak untuk melakukan perubahan dan lebih inovatif.
Sumber: Majalah Mainbasket edisi Agustus 2018, rubrik Sneaker Kultur
Foto: NAH Project