I Gusti Ngurah Rustawijaya. Begitulah namanya. Bukan nama yang asing, sebab sudah terjun ke dunia bola basket sejak lama. Bahkan, sempat menjadi pemain pro selama satu dekade, sebelum terjun ke kepelatihan.

Rustawijaya memulai karier profesionalnya bersama Pelita Jaya pada 2002. Kemudian, pensiun pada 2012—zaman NBL Indonesia—dan langsung menjadi pelatih. Ia tertarik untuk mengembangkan pemain di kampung halamannya di Bali. Sebab, salah satu provinsi di Indonesia itu memiliki talenta-talenta yang mesti dipoles agar bisa jadi penerus generasi.

Selama 10 tahun bermain pro, Rustawijaya sendiri hanya mengabdikan diri kepada Pelita Jaya. Tidak pernah pindah. Merasakan setidaknya dua masa berbeda: IBL dan NBL. Namun, belum pernah juara.

Meski begitu, Rustawijaya mengaku beruntung karena bisa dibimbing pelatih-pelatih ternama. Mereka ikut membentuk dirinya yang sekarang. Banyak input yang membuatnya berkembang. Itu membantunya menjadi pelatih yang lebih baik lagi.

“Saya beruntung dilatih beberapa coach pro seperti Kak Fari (Rastafari Horongbala), Ebos (Raoul Miguel), dan lain-lain,” kata Rustawjiaya kepada Mainbasket. “Jadi, banyak juga ilmu kepelatihan yang saya dapat, dan saya terapkan selama jadi pelatih.”

Karier Rustawijaya sebagai pelatih belakangan ini melejit. Ia terpilih sebagai pelatih tim putri Honda DBL All-Star 2019. Rustawijaya pun berhak ke Amerika Serikat. Ia terbang ke sana bersama DBL Indonesia untuk menimba ilmu sambil pelesiran.

Pria kelahiran Denpasar, 22 Maret 1982 tersebut kemudian pulang ke Indonesia dengan segudang cerita. Salah satunya tentang membawa tim putri Honda DBL All-Star 2019 menjadi juara Dtermine Your Destiny, sebuah turnamen di Negeri Pama Sam, di bawah naungan Amateur Athletic Union (AAU). Rustawijaya, bersama Asisten Pelatih Athini Mardlatika, membimbing tim meniti tangga teratas dengan melawan berbagai hal, seperti adaptasi pada cuaca dan sistem pertandingan yang berbeda. Belum lagi, saat latihan, beberapa anak mengalami masalah.

“Kemarin ada beberapa anak yang bisa, dan ada beberapa anak agak kesulitan mempratikan drill yang diberikan,” terang Rustawijaya. “Mungkin kita butuh waktu dan beberapa kali pengulangan. Namun, saya yakin anak-anak Indonesia bisa.”

Selama melatih, Rustawijaya dikenal sebagai pelatih yang tenang, tetapi tegas di kalangan anak-anak asuhnya, terutama tim putri Honda DBL All-Star 2019. Dengan sabar, ia mencoba membimbing mereka di sebagai sosok pelatih sekaligus kakak. Pelan, tetapi pasti, sang pelatih menyerap segala yang ia dapat di Amerika Serikat.

Selain segudang cerita, Rustawijaya tentu pulang dengan ilmu juga. Ia berencana untuk menerapkannya demi mengembangkan bola basket Indonesia. Perjalanannya ke Amerika Serikat memberikan pandangan berbeda yang membuatnya lebih berwawasan dari sebelumnya.

Kini, Rustawijaya telah kembali ke pelukan anak-anak asuhnya di Bali. Ia akan sibuk menempa mereka lagi. Rustawijaya punya semangat yang tidak pernah padam untuk menumbukan bibit-bibit yang terpendam. (GNP)

Foto: Dika Kawengian

Komentar