Dunia lari diramaikan dengan kehadiran sepatu lari berplat karbon yang dianggap invoatif dan punya banyak manfaat. Nike telah memulainya dengan Vaporfly. Meski kontroversial, IAAF yang kini bernama Worlds Athletics mengizinkannya dipakai di Olimpiade Tokyo 2020. Setelah pengumuman itu muncul, Asics sigap mengumumkan perilisan sepatu lari jarak jauh berplat karbon lainnya.
Asics Metaracer adalah sepatu lari jarak jauh yang menyematkan plat karbon untuk stabilitas yang lebih baik. Bagian ujung depan dibentuk guna memberikan sensasi pegas yang didesain ulang untuk mengurangi ketegangan pada otot betis. Bagian atas (upper) berbahan nilon jaring dengan formasi baru untuk menjaga kaki tetap dingin saat sedang berlari.
Perusahaan olahraga asal Jepang ini sudah menguji prototipe sepatu berpelat serat karbon pada 2019. Mereka menunjuk pelari lintas medan (Triathlon) bernama Jan Frodeno kala itu. Ia merupakan pemegang medali emas Kejuaraan Dunia Triathlon Ironman edisi 2019. Selang setahun uji coba, ini adalah pengenalan resmi metaracer ke khalayak ramai.
Melansir rilis pers yang diunggah di situs resmi Asics, Metaracer adalah sepatu lari jarak jauh paling mutakhir yang pernah mereka produksi. Asics mendaku telah menempatkan beberapa inovasi di sana. Menggunakan busa EVA bernama Guidesole ™ dan plat karbon, Metaracer dianggap mampu memberi stabilitas baik juga mengurangi beban pada otot betis pelari hingga 20 persen. Hal itu didapat dengan meningkatkan pegas kaki yang berdampak pada efisiensi energi.
Di bagian depan, terdapat bantalan Flytefoam yang lebih padat untuk memaksimalkan momentum di bagian depan kaki. Dua bantalan tersebut disokong selapis karet bernama ASICS grip™ dan sol karet bernama Wet Grip Rubber™ memberikan daya responsif dan traksi. Efisiensi komponen tersebut menyebabkan sepatu ini berbobot hanya 200gram dihitung dari Metaracer ukuran US10 atau 43.
Majalah CoachMag dari Inggris telah melakukan komparasi terhadap sepatu-sepatu lari berplat karbon. Dalam artikel yang terbit pada 31 Maret 2020, mereka menyebut bahwa kunci utama peningkatan performa pemakai Vaporfly ada di bantalan busa yang dinamai ZoomX. Komponen itu menghadirkan sensasi pengembalian energi yang cukup efisien didukung dengan plat karbon di dalamnya.
Perusahaan olahraga asal Inggris, Brooks, terlebih dahulu mengenalkan sepatu berkonsep serupa yang dinamai Hyperion Elite. Nick Harris-Fry dari CoachMag menjabarkan bahwa bantalan Hyperion yang tersemat kurang empuk sehingga terasa seperti sepatu lari konvensional. Walau begitu, Desiree Linden merengkuh emas kala memakai prototipenya di Boston Marathon 2018.
Produk pembanding lainnya adalah Hoka One One Evo Rocket dan Carbon X, sepatu lari jarak jauh berplat karbon dari Hoka. Keduanya dianggap punya sensasi berbeda dengan Vaporfly. Dengan jarak yang sama, Harris-Fry menilai keduanya sedikit memberi rasa ngilu pada kaki saat menurunkan kecepatan setelah berlari dengan kecepatan stabil setidaknya selama 90 menit. Bantalan yang kurang empuk dianggap sebagai penyebabnya.
CoachMag menyebut kehadiran Metaracer akan meramaikan persaingan sepatu-sepatu lari jarak berplat karbon. Olahraga lari punya pasar sendiri yang terbilang setia. Alasannya sederhana, latihan paling mudah dilakukan dan sederhana adalah lari. Sebagian dari mereka kemudian akan menjadikannya sebagai olahraga utama. Komunitas akan lebih mengerucut lagi bagi mereka yang menekuninya untuk kemudian menjadi atlet. Pangsa pasar ini dianggap efektif dan luas sehingga pabrikan olahraga akan melakukan inovasi-inovasi guna meraih atensi.
Asics merilis Metaracer bersama dua sepatu olahraga lainnya: Metarise adalah sepatu voli dan Metasprint adalah sepatu lari jarak dekat tanpa spull (spikeless shoe). Warna jingga dipilih terinspirasi dari matahari terbit di Kota Tokyo. Menurut Sang pabrikan, warna ini melambangkan harapan juga ambisi para olahragawan untuk terus maju.
"Tiga sepatu baru kami dibangun dengan dasar tradisi Asics: membantu atlet tampil lebih baik, juga menjaga mereka tetap aman pada saat yang sama," kata Kenichi Harano, Pejabat Eksekutif dan Manajer Umum Senior di Institut Sains Olahraga Asics sesuai yang terlampir pada rilis pers.
“Inovasi telah menjadi inti DNA kami sejak 1949, ketika pendiri kami Kihachiro Onitsuka memutuskan untuk meningkatkan dampak olahraga agar membantu mengubah kehidupan anak-anak di Jepang yang dilanda perang. Beliau mengungkapkan bahwa kekuatan olahraga dapat membantu anak-anak mengatasi tantangan dan kesulitan pascaperang,” lanjut Harano.
Asics sejatinya akan merilis ketiganya dalam ajang ASICS Innovation Summit pada awal April 2020. Akan tetapi, pandemi COVID-19 membuat mereka mengubah rencananya menjadi undangan media terbatas. Presentasi dilakukan menggunakan gawai realitas virtual. Penjualan juga akan dialhikan sepenuhnya secara daring dengan dibantu gerai-gerai terpilih di dunia dalam jumlah terbatas.
Foto: Asics