Perempuan itu namanya Delaya Maria. Berambut panjang berwarna pirang. Ia mengecatnya seperti itu.

Delaya adalah seorang atlet. Senang bermain bola basket. Bergabung dengan klub Scorpio Jakarta pada usia 12 atau 13 tahun. Ia tidak ingat persisnya, tetapi memang sudah selama itu. Delaya sudah beranjak dewasa sekarang.

Bagi pelatihnya, Budi Wardoyo, Delaya merupakan important piece (bagian penting). Membuat Scorpio utuh seutuh-utuhnya. Sang pemain tidak jarang menjadi tumpuan tim. Ia salah satu opsi pencetak angka, di samping Priscilla Annabel Karen, rekan sejawatnya.

“Delaya sudah lama di sini,” kata Budi tentang karier pemainnya bersama Scorpio. “Ia salah satu ujung tombak kami. Termasuk salah satu pemain yang membantu Scorpio sampai ke sini.”

Delaya sudah tampil dalam 10 pertandingan pada 2020 ini. Ia mampu mencetak 15,9 poin, 6 rebound, 2,5 asis, dan 2 steal per pertandingan. Scorpio berada di peringkat empat klasemen sementara, sebelum musim ditunda akibat Covid-19 yang disebabkan virus corona (SARS-CoV-2).

Delaya sendiri mengenal bola basket saat kelas lima SD. Namun, baru serius menekuninya pada masa SMP. Delaya sebenarnya tidak langsung mendapat restu dari orang tua saat itu. Sebab, mendiang ayahnya lebih senang melihat anaknya mengikuti olahraga individu seperti bulu tangkis dan karate.

“Jadi, masuk SMP, saya mengikuti tiga olahraga,” kata Delaya kepada Mainbasket. “Di sekolah ekstrakurikuler basket. Pulang sekolah bulutangkis atau karate. Gantian jadwalnya.”

Pada akhirnya, hatinya tertambat pada bola basket. Bukan bulutangkis atau karate. Ia telanjur senang mengikuti olahraga ciptaan James A. Naismith itu daripada olahraga lain. Apalagi anak-anak bola basket saat itu keren-keren, menurutnya.

Bola basket kemudian menjawab perasaannya. Delaya mendapatkan banyak hal dari sana. Mulai dari beasiswa untuk kuliah sampai pelesir ke luar negeri sambil membela nama Indonesia. Sayangnya, Delaya belum pernah merasakan gelar juara Piala Srikandi bersama Scorpio.

Dara kelahiran 13 Januari 1996 itu sebenarnya ingin membawa nama Scorpio ke level tertinggi putri. Namun, belum sempat melakukannya. Pada musim 2020, menurutnya, Scorpio sudah lebih baik dari musim sebelumnya. Komposisi pemain pun komplet. Mereka terus berusaha mengejar mimpinya. Delaya pun begitu. Ia menganggap usahanya sebagai wujud loyalitas kepada Scorpio.

Meski begitu, Scorpio juga bukan tanpa kekurangan. Delaya menilai bahwa pemain-pemain muda masih harus bekerja keras. Ada perbedaan yang senjang antara senior dan junior.

“Banyak pemain muda yang belum berpengalaman. Itu jadi tugas pemain senior. Membimbing adik-adik agar lebih cepat beradaptasi dengan sistem bermain yang ada,” tambah Delaya. “Pemain muda harus bekerja keras mengejar perbedaan dengan para seniornya.”

Delaya termasuk pemain senior. Bahkan, bisa dibilang seorang pionir. Sebab, ia ikut membela Scorpio saat baru masuk Piala Srikandi pada 2018 lalu. Mereka adalah pendatang baru.

Sebagai senior, Delaya memang sarat akan pengalaman. Selain level nasional, ia berkali-kali tampil di level internasional. Biasanya bersama tim nasional putri 3x3 Indonesia. Delaya bahkan lebih memilih 3x3 dibanding 5v5 saat ini. Sebab, menurutnya, peluang untuk mendapatkan yang terbaik di sektor itu cukup besar. Sementara 5v5 punya banyak bakat muda yang harus diberi kesempatan.

Selama mengikuti 3x3 di level internasional, Delaya mengaku mendapat banyak pengalaman. Ia sempat merasakan program latihan yang terprogram dengan baik. Sampai pengalaman bertanding dalam kompetisi yang lebih kompetitif. Pengalaman itu kemudian berguna untuk membentuk jati dirinya sampai saat ini.

Delaya menjadi seperti sekarang karena pengalaman. Ia pun berusaha untuk membagikannya kepada rekan-rekan setim di Scorpio. Agar dapat memotivasi untuk memberikan yang terbaik juga.

Piala Srikandi sendiri sudah mengalami perubahan sejak Scorpio bergabung. Beberapa tim mulai menebar ancaman. GMC Cirebon, misalnya, naik ke atas untuk mengganggu juara bertahan Merpati Bali. Scorpio tentu tidak bisa tinggal diam. Mereka tidak ingin tertinggal.

“Sudah berubah dari musim sebelumnya. Kita bisa lihat pada seri ini. Semakin kompetitif. Beberapa pertandingan berjalan ketat. Kami tidak boleh di sini saja,” ujar Budi tentang Piala Srikandi saat Seri II Jakarta pada Januari 2020 lalu.

Oleh karena itu, Delaya dkk. tidak bisa tinggal diam. Ia dan Scorpio mesti berusaha agar naik ke atas juga. Bagaimanapun, tujuannya bukan leha-leha, tetapi level tertinggi yang mereka bisa. Piala Srikandi tidak akan menunggu mereka yang usahanya biasa. (GNP)

Foto: Alexander Anggriawan

Komentar