Sudah dua minggu saya bekerja dari rumah. Covid-19 membuat ruang gerak menjadi terbatas. Saya agak takut untuk berpergian. Bahkan, untuk sekadar membeli makan.  

Meski begitu, bekerja dari rumah juga cukup membosankan. Apalagi saya tipe orang yang sering keluyuran. Diam di rumah membuat saya stres.

Pada masa krisis seperti ini, saya butuh banyak hal menyenangkan untuk menjaga kewarasan. Apalagi saat kompetisi-kompetisi olahraga, termasuk IBL dan Piala Srikandi, ditunda sementara. Sampai waktu yang entah kapan.

Salah satu caranya adalah dengan mendengarkan musik. Setiap hari, pada waktu-waktu tertentu, saya menyetel Spotify yang dihubungkan ke televisi supaya suaranya oke. Sampai akhirnya berpikir untuk membagikan apa yang saya dengar. Oleh karena itu, saya tergerak untuk merekomendasikan lima lagu dari musisi atau kelompok musik indie Indonesia yang belakangan ini saya gandrungi.

Sunshine-The Panturas

Tidak afdal rasanya untuk tidak menyebut band asal Jatinangor satu ini lebih dulu. Namanya The Panturas. Digagas oleh sekelompok anak muda yang dulunya berkuliah di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Satu kampus dengan saya, hehehe.

The Panturas merupakan band surf rock. Mereka punya lagu berjudul Sunshine yang saya senangi. Lagu itu memiliki tempo paling lambat dari lagu-lagu yang ada di album Mabuk Laut. Selain lagunya itu sendiri, video musik mereka juga ciamik. Menceritakan tentang hubungan seorang ayah dengan anaknya yang telah tiada.

Masa-Masa-The Adams

Gara-gara Covid-19, saya terancam tidak bisa mudik. Ancaman itu membuat saya stres. Oleh karena itu, saya sangat senang ketika mendengar Masa-Masa milik The Adams. Rasanya lagu itu mampu membawa saya kembali ke masa lampau, bernostalgia dengan zaman sekolah, bahkan kuliah. Sebab, saat ini, saya sedang jauh dari teman-teman saya.

The Adams sendiri merupakan band lama. Mereka terbentuk pada 2001. Saya mengenal The Adams pertama kali lewat lagu Konservatif dalam film Janji Joni. Mereka masih aktif sampai sekarang. Saya sempat menonton Ario Hendarwan Cs. di Surabaya sambil hujan-hujanan.   

Berdistraksi-Danilla Riyadi 

Seperti The Panturas, rasanya tidak afdal jika tidak menyertakan Danilla Riyadi dalam daftar ini. Parasnya yang manis dan suaranya yang merdu mampu menyihir hari-hari yang melelahkan menjadi sedikit bisa dinikmati. Apalagi salah satunya lagunya seringkali menemani persiapan saya mengarungi perjalanan pulang.

Lagu tersebut judulnya Berdistraksi. Danilla memproduksinya secara swadaya bersama Lafa Pratomo. Menurutnya, Berdistraksi adalah tembang patah hati yang dikemas dengan jenaka. Bagi saya sendiri, ini semacam menertawai tragedi akan kisah yang tak berujung.

Eastern Man-Oscar Lolang 

Sebelum Covid-19 menarik begitu banyak perhatian, saya sempat mengikuti kabar tentang Papua. Saya merasa kasihan dengan orang-orang di sana. Harus menanggung pilu karena ketidakadilan pemerintah Indonesia.

Lewat lagunya yang berjudul Eastern Man, Oscar Lolang merangkum perasaan pilu tersebut. Lagu itu bercerita tentang seseorang yang menonton folk Orang Timur, yang memainkan musiknya dengan tifa. Dalam salah satu baitnya, saya merasa dipukul berkali-kali. “Sa pu mama mati karena tentara. Sa pu rumah hancur karena tentara. Sa su lama marah deng pemerintah. Dong su buat Papua menjadi merah.”

Sayang, saya belum pernah menonton Oscar secara langsung.

Sudah Jangan Ke Jatinangor-The Panas Dalam Bank ft. Jason Ranti

The Panas Dalam Bank dan Jason Ranti adalah kombinasi yang gila. Apalagi lagu Sudah Jangan Ke Jatinangor sudah sangat melekat dalam benak saya. Sebagai mahasiswa lulusan Universitas Padjadjaran yang berlokasi di Jatinangor, The panas Dalam Bank dan Jason membuka kembali ingatan-ingatan saya tentang tempat itu.

Jatinangor adalah tempat di mana saya tumbuh dewasa. Berikut tempat cinta dan patah hati tumbuh saling bergantian. Bagaimana bisa saya melewatkannya dalam daftar ini?

Foto: Gagah Nurjanuar Putra

Komentar