Pada tahun 2019, FIBA menggelar kompetisi antarnegara tertingi, yaitu Piala Dunia 2019, yang digelar di Cina. Terdapat 32 negara yang menjadi perwakilan dari masing-masing benua yang dibagi menjadi delapan grup. Dua tim teratas akan lolos ke babak kedua, sedangkan dua tim terbawah akan memperebutkan peringkat 17-32.

Para juara dan runner-up dari masing-masing grup di babak pertama, akan dibagi menjadi empat grup di babak kedua. Dua unggulan di Piala Dunia FIBA 2019, Spanyol dan Serbia, sudah bertemu di babak kedua. Mereka tergabung di Grup J bersama Italia dan Puerto Riko. Sesuai prediksi, Spanyol dan Serbia berhasil lolos ke babak delapan besar bersama Argentina, Polandia, Amerika Serikat, Republik Ceko, Australia, dan Prancis.

Kejutan terjadi di babak delapan besar kala Argentina dan Prancis berhasil mengubur ambisi Serbia dan juara bertahan Amerika Serikat untuk lolos ke babak semifinal. Dua tim pembunuh raksasa itu bertemu di babak semifinal. Argentina yang dimotori pemain veteran, Luis Scola, berhasil lolos ke babak final. Lawan yang dihadapi Argentina di final adalah Spanyol yang berhasil mengakhiri perlawanan Australia melalui dua kali babak tambahan (overtime).

Pada babak final, Spanyol berhasil keluar sebagai juara setelah mengakhiri performa cemerlang Argentina dengan skor 75-95. Spain mengulang prestasi di Piala Dunia FIBA 2006 Jepang dengan gelar tersebut. Tim yang mengalahkan juara bertahan Amerika Serikat, Prancis, meraih peringkat ketiga setelah mengalahkan Australia. Peringkat 5 – 8 diraih oleh Serbia, Republik Ceko, Amerika Serikat, dan Polandia. Berikut performa delapan tim teratas Piala Dunia FIBA 2019 terhitung mulai dari babak delapan besar.

Polandia (Peringkat Delapan)

Polandia pada babak pertama berada di Grup A bersama Venezuela, China, dan Pantai Gading. Polandia lolos ke babak kedua setelah menjadi juara Grup A dengan meraih tiga kemenangan. Polandia berhasil lolos ke babak perempat final setelah menjadi runner-up grup I dengan meraih dua kemenangan dan satu kekalahan.

Pada babak perempat final, Polandia bertemu dengan juara Piala Dunia FIBA 2019, Spanyol. Polandia harus mengakui kekalahan mutlak atas Spanyol dengan skor akhir 90-78. Dengan kekalahan tersebut Polandia memperebutkan peringkat 5-8.

Pada laga perebutan peringkat 5-8, Polandia bertemu dengan kuda hitam Piala Dunia FIBA 2019, Republik Ceko. Polandia mengalami kekalahan dengan skor akhir 84-94. Rendahnya efektivitas tembakan dan persentase defensive rebound menjadi faktor kekalahan Polandia.

Polandia mengakhiri Piala Dunia FIBA 2019 dengan meraih peringkat delapan setelah menerima kekalahan atas juara bertahan Piala Dunia FIBA dua kali beruntun, Amerika Serikat. Faktor utama penyebab kekalahan tim Polandia, yaitu rendahnya efektivitas tembakan. Selain itu, tingginya pelanggaran Polandia yang menyebabkan tembakan gratis berhasil dimanfaatkan maksimal oleh Amerika Serikat.

Selama babak perempat final, efektivitas tembakan menjadi masalah utama Polandia. Mereka memiliki efektivitas tembakan 52 persen. Rendahnya efektivitas tembakan berdampak pada rendahnya efisiensi serangan Polandia, yaitu 1,0 poin pada setiap penguasaan.

Area tripoin yang menjadi kontributor utama produktivitas poin Polandia justru menjadi penyebab rendahnya efisiensi serangan dan efektivitas tembakan. Area atas dan area sudut menjadi kontributor produktivitas poin pada area tripoin. Area atas memiliki 21 poin dari 18 upaya tembakan (39 persen). Area sudut memiliki 18 poin dari 11 upaya tembakan (54 persen). Kedua area tersebut memiliki akurasi di atas rata-rata turnamen. Area sayap menjadi penyebab rendahnya efisiensi serangan dan efektivitas tembakan Polandia. Pada area tersebut, Polandia memiliki akurasi di bawah rata-rata. Ironisnya, Polandia banyak melakukan tembakan pada area sayap.

Dari empat faktor kemenangan, Polandia memiliki keunggulan pada faktor persentase turnover. Mereka menempati peringkat ketiga dari delapan tim dengan persentase turnover terendah. Polandia memiliki rata-rata 11,2 turnover dari 81,4 kesempatan untuk menghasilkan poin.

Meskipun bukan menjadi pilihan pertama serangan Polandia, Adam Wacyznski, memiliki rata-rata produktivitas poin tertinggi Polandia, yaitu 18 poin. Tingginya produktivitas poin disebabkan, A. Wacyznski dapat memaksimalkan setiap penguasaan yang diperoleh untuk menghasilkan produktivitas poin dibandingkan A.J. Slaughter (pilihan pertama serangan tim Polandia). A. Wacyznski rata-rata dapat memaksimalkan 7,01 penguasaan untuk menghasilkan poin dari rata-rata 13,24 penguasaan  per pertandingan (53 persen Floor%).

Rendahnya turnover belum dapat membantu Polandia untuk meraih kemenangan karena tidak didukung dengan tingginya efektivitas tembakan. Rendahnya efektivitas tembakan disebabkan Polandia banyak melakukan tembakan di area yang memiliki efektivitas di bawah rata-rata.

Amerika Serikat (Peringkat Tujuh)

Juara bertahan Piala Dunia dua kali beruntun, Amerika Serikat, mengawali persiapan untuk gelaran kali ini, dengan mundurnya para bintang-bintang NBA. Mereka lebih memilih menyiapkan diri untuk kompetisi NBA dibanding mengikuti Piala Dunia FIBA 2019. Tanpa diperkuat bintang-bintang utama NBA, Amerika Serikat berhasil menjadi juara grup pada babak pertama dan kedua.

Pada babak perempat final, Amerika Serikat bertemu dengan runner-up grup L, France. Amerika Serikat yang lebih diunggulkan justru menerima kekalahan dengan skor 79-89. Rendahnya efektivitas tembakan, rendahnya persentase offensive rebound, dan rendahnya persentase tembakan gratis menjadi faktor kekalahan Amerika Serikat. Akibat kekalahan tersebut, Amerika Serikat harus melanjutkan Piala Dunia FIBA 2019, dengan misi berbeda, yaitu memperebutkan peringkat 5 – 8.

Partai final yang diprediksi oleh banyak pengamat basket justru terjadi di perebutan peringkat 5 – 8, Amerika Serikat jumpa Serbia. Pada laga ini, Amerika Serikat, yang unggul tiga faktor kemenangan, harus mengakui kekalahan atas Serbia, yang hanya unggul efetkivitas tembakan, dengan skor 94-89. Tim asuhan Gregg Popovich masih melanjutkan perjalanan di Piala Dunia FIBA 2019, dengan memperebutkan peringkat 7 – 8.

Amerika Serikat mengakhiri perjalanan di Piala Dunia FIBA 2019, dengan menempati peringkat tujuh usai mengalahkan Polandia dengan skor 87-74. Efektivitas tembakan yang menjadi masalah pada dua laga sebelumnya, berhasil dibenahi oleh tim Amerika Serikat didukung dengan tingginya persentase tembakan gratis.

Rendahnya offensive rebound yang dimiliki Amerika Serikat selama di perempat final menyebabkan rendahnya kesempatan untuk menghasilkan poin. Amerika Serikat menempati peringkat keenam dari delapan tim dalam hal offensive rebound dan kesempatan untuk menghasilkan poin. Walaupun demikian, Amerika Serikat berhasil memaksimalkan setiap kesempatan yang diperoleh. Amerika Serikat menjadi tim peringkat dua dalam hal efisiensi serangan.

Peringkat dua Rookie of the Year NBA musim 2017-2018, Donovan Mitchel, menjadi kontributor utama efisiensi serangan Amerika Serikat. Mitchel, rata-rata menorehkan 18 poin dan memiliki catatan 1,2 poin pada setiap penguasaan dengan 25 persen TM Poss. Sebanyak 48 persen sumbangan poin berasal dari area dua poin, 44 persen dari tripoin, dan 7 persen dari tembakan gratis.

Namun, tingginya efisiensi serangan Amerika Serikat tidak diimbangin dengan efisiensi poin lawan tertinggi pada area tripoin. Pada area tersebut, Amerika Serikat, kemasukkan 90 poin, tapi persentase keberhasilan masih di bawah rata-rata. Area rim menjadi area dengan efektivitas tembakan lawan tertinggi, yaitu 63 persen. Bahkan pada saat berhadapan dengan Prancis, area rim Amerika Serikat merupakan area favorit Prancis untuk mengumpulkan produktivitas poin.

Keunggulan utama Amerika Serikat adalah persentase turnover  dengannn jadi yang terendah selama di perempat final Piala Dunia FIBA 2019. Amerika Serikat memiliki rata-rata 11 turnover dari rata-rata 83,7 kesempatan untuk menghasilkan poin per pertandingan.

Buruknya pertahan Amerika Serikat terutama pada area rim membuat mereka gagal mempertahankan gelar juara. Walaupun demikian, Amerika Serikat menjadi tim termuda yang berlaga di perempat final sehingga hasil tersebut dapat menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi tim muda Amerika Serikat untuk berlaga di Piala Dunia FIBA 2023.

Republik Ceko (Peringkat Enam)

Kontestan yang mendapat predikat tim kuda hitam pada Piala Dunia FIBA 2019, yaitu Republik Ceko. Jika dilihat dari susunan pemain yang dibawa, pemain Chicago Bulls, Tomas Satoransky, jadi satu-satunya pemain yang berasal dari NBA. Selebihnya, pemain Republik Cekor berasal dari Liga Eropa.

Pada babak pertama, Republik Ceko menjadi runner-up Grup E dengan memiliki dua kemenangan dan satu kekalahan. Pada babak kedua, Yunani, yang dipimpin oleh Giannis Antetokounmpo, lebih diunggulkan untuk lolos ke perempat final dibandingkan Republik Ceko. Prediksi tersebut hampir benar saat Republik Ceko menelan kekalahan atas Yunani dengan skor 77-84. Namun, Republik Ceko yang unggul secara produktivitas poin lebih berhak lolos ke perempat final.

Republik Ceko yang menempati peringkat di luar 10 besar dunia harus bertemu dengan peringkat tiga dunia, Australia di babak perempat final. Pada laga ini, Republik Ceko harus mengakui kekalahan atas Australia dengan skor 82-70. Republik Ceko yang unggul faktor kemenangan terpenting, yaitu efektivitas tembakan, belum cukup untuk mengalahkan Australia yang unggul tiga faktor kemenangan.

Setelah kalah dari Australia, Republik Ceko melanjutkan Piala Dunia FIBA 2019, dengan menghadapi Polandia untuk memperebutkan peringkat 5 – 8. Dengan efektivitas tembakan yang tinggi dan tingginya persentase offensive rebound, Republik Ceko berhasil mengatasi perlawanan Polandis dengan skor akhir 84-94.

Pada laga perebutan peringkat 5 – 6, lagi-lagi Republik Ceko bertemu dengan salah satu unggulan, yaitu Serbia. Republik Ceko harus puas menempati peringkat enam usai menelan kekalahan atas Serbia dengan skor akhir 90-81. Republik Ceko hanya unggul di satu faktor kemenangan, yaitu persentase turnover dari empat faktor kemenangan.

Sepanjang babak perempat final, Republik Ceko memiliki persentase tembakan gratis di bawah rata-rata, bahkan mereka menempati dua peringkat terbawah. Pun demikian, efisiensi serangan Republik Ceko berada di atas rata-rata. Republik Ceko memiliki 1,1 poin pada setiap penguasaan.

Kesempatan untuk menambah produktivitas poin yang dihasilkan dari persentase offensive rebound tidak dapat dimaksimalkan Republik Ceko. Mereka hanya dapat memanfaatkan rata-rata 35,4 kesempatan menghasilkan produktivitas poin dari rata-rata 84,3 kesempatan menghasilkan produktivitas poin per pertandingan.

Kelebihan yang dimiliki Republik Ceko lainnya adalah efektivitas tembakan. Mereka menempati peringkat dua teratas. Republik Ceko, memiliki upaya tembakan dua poin paling  tinggi di perempat final, tapi menghasilkan efektivitas tembakan yang paling rendah. Sebaliknya, pada area tripoin, Republik Ceko memiliki efektivitas tembakan tertinggi dengan persentase keberhasilan 44 persen

Tomas Satoransky menjadi pemain dengan produktivitas poin tertinggi untuk Republik Ceko, yaitu 16 poin per pertandingan. Kepercayaan yang diberikan untuk menjadi pilihan pertama dalam hal serangan berhasil dilakukan dengan maksimal. Dia memiliki 1,0 poin pada setiap penguasaan. Satoransky menjadi kontributor utama tingginya efektivitas tembakan area tripoin terutama area sayap dengan 18 poin dari 8 upaya tembakan (75 persen). Selain berperan menjadi kontributor produktivitas poin poin, Satoransky juga berperan sebagai fasilitator Republik Ceko dengan rata-rata 10,3 asis per pertandingan. Dia menjadi satu-satunya pemain di perempat final yang memiliki rata-rata statistik dobel-dobel.

Dengan melihat komposisi pemain yang dibawa, banyak pengamat yang tidak mengunggulkan Republik Ceko untuk melaju lebih jauh, apalagi menempati peringkat enam. Keterbatasan pemain serta rendahnya efektivitas tembakan area dua poin dapat ditutupi dengan koletivitas permainan serta tingginya efektivitas tembakan pada area tripoin.

Serbia (Peringkat Lima)

Tiga hari sebelum bergulirnya Piala Dunia FIBA 2019 (FWC 2019), FIBA merilis 10 besar peringkat tertinggi. Yang mengejutkan, Amerika Serikat, tim yang dikenal sebagai kekuatan terkuat olahraga basket, bukan menjadi peringkat  teratas, tapi Serbia yang menjadi peringkat teratas. Jika dilihat dari susunan pemain yang dimiliki, Serbia memiliki empat pemain yang bermain di NBA. Nikola Jokic, jadi pemain yang paling dinanti penampilannya seiring kerbehasilan Denver Nuggets di NBA 2018-2019.

Pada babak pertama, Serbia tergabung di Grup D bersama Angola, Filipina, dan Italia. Serbia berhasil menjadi juara grup dengan meraih tiga kemenangan, bahkan tim yang selalu menjadi penghalang  Indonesia untuk menjadi yang terbaik di SEA Games, Filipina, gagal menaklukkan Serbia. Filipina kalah dengan skor telak 67-126.

Serbia berhasil lolos ke babak perempat final setelah di babak kedua, berhasil menjadi runner-up Grup J. Serbia hanya kalah atas Spanyol yang akhirnya menjadi juara Piala Dunia FIBA 2019.

Pada babak perempat final, Serbia bertemu dengan juara Grup I, Argentina. Serbia yang selama di babak pertama dan kedua, mempunyai efektivitas tembakan tertinggi berhasil diturunkan oleh Argentina. Serbia hanya memiliki 48 persen eFG%.

Kekalahan tersebut membuat Serbia bertemu dengan Amerika Serikat untuk memperebutkan peringkat 5 – 8. Di perjumpaan itu, Serbia berhasil mengalahkan Amerika Serikat dengan skor akhir 94-89. Serbia memanfaatkan rendahnya efisiensi serangan Amerika Serikat untuk mengambil momentum terutama pada kuarter pertama dan awal kuarter empat. Dengan kemenangan tersebut, Serbia meneruskan perjalanan di Piala Dunia FIBA 2019 dengan melawan tim kejutan, Republik Ceko, untuk peringkat 5 – 6.

Selain memperebutkan peringkat 5 – 6, laga tersebut juga menjadi ajang pembuktian bagi kedua tim untuk membuktikan pemilik efektivitas tembakan tertinggi selama perempat final Piala Dunia FIBA 2019. Serbia berhasil finis sebagai peringkat kelima setelah mengalahkan Republik Ceko dengan faktor efektivitas tembakan yang lebih tinggi.

Kemenangan tersebut juga menjadikan Serbia sebagai tim dengan efisiensi serangan dan efektivitas tembakan tertinggi selama di perempat final Piala Dunia FIBA 2019. Serbia juga jadi tim dengan persentase turnover terendah serta berhasil memaksimalkan 46 persen kesempatan menghasilkan poin menjadi faktor tingginya efisiensi serangan. Serbia memiliki 1,2 poin pada setiap penguasaan.

Sepanjang perempat final, Serbia memiliki 57 persen efektivitas tembakan (eFG%). Serbia menjadi tim dengan produktivitas poin tertinggi pada area tripoin. Mereka memiliki 99 poin dari 86 upaya tembakan tripoin dengan persentase keberhasilan 38 persen. Pun demikian, kontributor utama tingginya efektivitas tembakan bukan berasal dari area tripoin, melainkan dari area rim. Serbia menjadi tim dengan efektivitas tembakan tertinggi pada area tersebut. Mereka memiliki 36 tembakan masuk dari 53 upaya percobaan tembakan di area rim (68 persen).

 

Bukan Jokic yang menjadi kontributor utama Serbia, melainkan Bogdan Bogdanovic yang menjadi kontributor utama Serbia. Pemain Sacramento Kings ini memiliki 1,3 poin pada setiap penguasaan dengan menggunakan 26 persen TM Poss. Sebanyak 64 persen kontribusi produktivitas poin berasal dari area tripoin. Pada area tersebut, Bogdanovic, memiliki rata-rata 5,7 tembakan masuk dari rata-rata 11 upaya tembakan tripoin per pertandingan (52 persen). Bahkan selama di perempat final, Bogdanovic menjadi pemain dengan rata-rata produktivitas poin tertinggi, yaitu 26,7 poin per pertandingan.

Faktor utama yang membuat Serbia tidak dapat menjadi juara di Piala Dunia FIBA 2019, adalah buruknya pertahanan. Serbia menjadi tim dengan efisiensi pertahanan yang buruk kedua, tepat di atas tim paling lemah di perempat final, Polandia. Serbia memiliki 1,1 poin kemasukkan dari setiap penguasaan lawan. Kasus Serbia menjadi contoh yang baik tentang kutipan yang sangat terkenal “Offense Wins Games, Defense Win Championships”

(bersambung)

Foto: FIBA

 

 

Komentar