NBA ditunda. NCAA ditunda. IBL juga ditunda. Kompetisi-kompetisi olahraga di seluruh dunia mengalami hiatus akibat pandemi bernama Covid-19 alias virus corona (SARS-Cov-2).

Pemain, pelatih, berikut staf klub kini terpaksa di rumah saja. Mereka diimbau untuk tetap di sana untuk meminimalisasi penyebaran virus. Begitu pun masyarakat. Sebab, Covid-19 memang sangat mudah menular. Italia saja bisa jatuh hanya dalam hitungan minggu.

Pada masa-masa kritis, diam di rumah menjadi pilihan masuk akal. Namun, lama-lama bisa menyebabkan bosan. Saya pun merasakannya. Oleh karena itu, perlu kegiatan untuk mengisi waktu luang. Salah satunya, mungkin, dengan membaca buku.

Sejak 2018, saya berusaha membiasakan diri membaca satu buku dalam satu bulan. Jadi, selama satu tahun, ada sekitar 12 buku yang mesti dilahap. Pemain, pelatih, staf klub, dan bahkan penggemar bola basket bisa melakukan hal yang sama, terutama pada saat-saat seperti ini.

Saya beri rekomendasi lima buka yang say abaca dalam lima bulan ke belakang.

Imagined Persebaya

Judul: Imagined Persebaya: Persebaya, Bonek, dan Sepakbola Indonesia

Penulis: Oryza A. Wirawan

Penerbit: Litera Yogyakarta

 

Saya memutuskan untuk pindah dari Bandung ke Surabaya pada 2017 silam. Sebagai orang awam, saya merasa perlu memahami Kota Pahlawanan. Namun, referensi tentang kota itu sangat banyak. Saya memulainya dari hal yang paling ikonik: Persebaya Surabaya.

Sebagai pecinta olahraga, saya menyukai sepak bola. Keberangkatan saya ke Surabaya bahkan ditemani rombongan Bonek—suporter Persebaya—yang jumlahnya puluhan mungkin ratusan. Mereka memenuhi gerbong-gerbong kereta ekonomi dari Stasiun Kiaracondong ke Stasiun Wonokromo.

Setahun-dua tahun tinggal di Surabaya membuat saya semakin penasaran dengan Persebaya. Saya pun membeli buku Imagined Persebaya: Persebaya, Bonek, dan Sepakbola Indonesia karya Oryza A. Wirawan. Peneliti olahraga Andy Fuller Ph.D. menyebut buku itu sebagai kontribusi penting dalam perkembangan kajian sepak bola di Indonesia. Saya setuju.

Persebaya merupakan klub legendaris di Kota Pahlawan. Begitu pula suporternya. Buku Imagined Persebaya: Persebaya, Bonek, dan Sepakbola Indonesia bisa membantu kita memahami mereka. Apalagi Wirawan menulisnya dengan baik sehingga orang awam seperti saya bisa mengikuti sejarahnya.    

Pangeran Cilik

Judul: Le Petit Prince (Pangeran Cilik)

Penulis: Antoine de Saint-Exupery

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

 

Sebelum membaca bukunya, saya lebih dulu mengenal Pangeran Cilik lewat film animasi The Little Prince versi Paramount Pictures. Sejak menonton itu, saya jadi penasaran dengan versi bukunya yang berjudul asli Le Petit Prince. Ditulis oleh seorang novelis sekaligus pilot berkebangsaan Prancis bernama Antoine de Saint-Exuperry.

Buku Pangeran Cilik konon menjadi buku terbaik di Prancis pada abad 20. Awalnya ditujukan untuk anak-anak, tetapi memiliki makna filosofis dan idealis tentang kehidupan manusia, sehingga cocok menjadi bacaan semua kalangan. Dalam buku ini, Saint-Exupery menceritakan tentang seorang pangeran kecil yang bertemu dengan seorang pilot di gurun pasir dan perjalanan-perjalanannya menjelajahi tempat-tempat tak terduga.

Orang-Orang Biasa

Judul: Orang-Orang Biasa

Penulis: Andrea Hirata

Penerbit: Bentang Pustaka

 

Saya menyukai karya-karya Andrea Hirata yang sederhana dan jenaka. Sejak Laskar Pelangi mendunia, saya selalu mengikuti karya-karyanya. Pak Cik—begitu orang-orang biasa menyapanya—mampu menyulap cerita-cerita keseharian yang tampak biasa menjadi lebih punya makna.

Pada 2019 lalu, Pak Cik menerbitkan novel berjudul Orang-Orang Biasa. Seperti judulnya, cerita berkutat pada orang-orang biasa yang berkomplot untuk merampok bank demi membiayai kuliah seorang anak. Namun, karena kebodohan mereka, perampokan itu menjadi perampokan paling aneh yang pernah saya tahu.

Dalam buku Orang-Orang Biasa—entah sengaja atau tidak—saya bisa menangkap pesan satire seorang Andre Hirata kepada dunia pendidikan kita. Tentang bagaimana pendidikan harus dibayar dengan harga mahal, sehingga tidak semua orang bisa mengaksesnya. Padahal ada bakat-bakat terpendam yang mungkin layak dipoles seandainya pendidikan bisa diakses semua orang.

Sang Alkemis

Judul: The Alchemist (Sang Alkemis)

Penulis: Paulo Coelho

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

 

Saya membaca buku Sang Alkemis pertama kali saat SMA. Waktu itu, tertarik membaca karena anime atau kartun Jepang berjudul Fullmetal Alchemist. Saya kira ceritanya akan sama seperti itu. Nyatanya tidak. Saya malah dibuat bingung dengan ceritanya. Tidak mengerti sama sekali. Saya pun urung membacanya di tengah jalan.

Setelah merasa sedikit lebih mapan, saya kembali mencoba membaca Sang Alkemis baru-baru ini. Rupanya saya bisa menangkapnya sekarang. Benar kata dosen saya dulu: Kita akan memahami hal yang tidak kita pahami kelak. Sang Alkemis baru bisa saya mengerti pada usia 26 tahun.

Buku karya Paulo Coelho ini menceritakan tentang seorang anak yang mencari harta karun. Dalam perjalanannya, ia belajar membaca pertanda-pertanda, jatuh-bangun, kemudian bertemu Sang Alkemis yang menunjukkannya jalan kepada tujuannya.

Sang Alkemis merupakan karya besar dalam dunia sastra. Coelho menuliskan alur penceritakan simbolik yang mendorong pembaca agar mengejar mimpi mereka. Karyanya telah memengaruhi banyak orang, termasuk para pemain NBA.

Kyrie Irving, garda Brooklyn Nets, mengatakan bahwa Sang Alkemis telah mengubah pandangannya terhadap dunia. Andre Iguodala, forwarda Miami Heat, menyebut buku itu sebagai penjelasan hidup untuk pemain NBA. Mendiang Kobe Bryant, legenda Los Angeles Lakers, sampai membacanya berkali-kali dan meminta bertemu Coelho untuk berkolaborasi.  

Basketball: A Love Story

Judul: Basketball: A Love Story

Penulis: Jackie MacMullan, Rafe Bartholomew, dan Dan Klores

Penerbit: Crown Archetype

 

Saya mengenal Jackie MacMullan lewat tulisan-tulisannya tentang olahraga di Amerika Serikat, terutama bola basket. Ia merupakan jurnalis favorit saya. Bekerja untuk ESPN dengan segala kemewahan kata-katanya.

Sementara itu, Rafe Bartholomew menulis buku Pacific Rim, yang menceritakan tentang bola basket Filipina. Saya membaca bukunya pada 2016 silam. Hasil meminjam dari Pemimpin Redaksi Mainbasket.

MacMullan dan Bartholomew berkolaborasi menulis Basketball: A Love Story, sebuah sejarah oral dunia bola basket, yang terinspirasi dari film dokumentasi olahraga dengan judul yang sama. Dan Klores dan ESPN menerbitkan film itu pada 2018.

Isi buku ini tidak banyak berbentuk narasi, melainkan kutipan-kutipan dari tokoh-tokoh di dunia bola basket. MacMullan, Bartholomew, dan Klores menyajikannya seperti itu. Seolah-olah tokoh-tokoh itu sendiri yang mengatakannya kepada pembaca.

Foto: Gagah Nurjanuar Putra

Komentar