Wabah Covid-19 atau Virus Korona sudah dalam taraf mengkhawatirkan. Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona, Achmad Yurianto, pada Sabtu, Sabtu, 21 Maret 2020, menyatakan bahwa penderita di Indonesia mencapai 450 orang. Di tengah pandemi ini, pilihan pemain IBL hanya dua, yaitu berada di rumah atau bertahan di mess tim.
IBL 2020 secara resmi dihentikan pada 13 Maret 2020. Lalu pada Rabu, 25 Maret lalu digelar rapat untuk menentukan nasih kompetisi ke depan. Pilihannya, tetap melihat kondisi negara Indonesia di bulan-bulan berikutnya.
Baca juga:
Langkah IBL kali ini sudah jelas. Mereka memulangkan pemain asing. Namun untuk pemain lokal, keputusan ada di tangan tim. Semua tim kini meliburkan pemainnya. Tetapi ada yang pulang ke rumah masing-masing, dan ada yang tetap berada di mess tim.
Galank Gunawan, Wendha Wijaya, dan Diftha Pratama adalah beberapa pemain yang memilih pulang ke rumah. Setelah mendapatkan perintah dari pemilik Louvre Surabaya untuk beristirahat di rumah, maka Galank langsung pulang ke Yogyakarta. Sedangkan Wendha juga kembali ke Sukabumi.
"Saya di Yogyakarta. Jaga kondisi saja di rumah, sembari menjaga keluarga," kata Galank.
"Di rumah sambil jaga keluarga. Dan, tidak keluar rumah kalau tidak ada urusan yang penting. Kalau jaga kondisi tubuh, saya hanya work-out di rumah saja," timpal Wedha.
Selain dua pemain Louvre itu, Diftha juga memilih tinggal di rumah pribadi. Apalagi kini putrinya masih berusia empat bulan. Momentum penundaan liga dimanfaatkan untuk menjaga putri pertamanya, Bella Seraphine.
"Bermain dengan anak saja di rumah. Sebab Virus Korona membuat Bandung berubah. Jalanan sekarang sepi, dan tempat makan juga tidak seramai biasanya," ungkap pemain kelahiran Palembang tersebut.
Ada yang pulang, namun ada pula yang bertahan di mess yang disediakan tim. Pemain yang memilih untuk tidak pulang ke rumah, antara lain Indra Muhammad (Pacific Caesar Surabaya), Arif Hidayat (Prawira Bandung), Alan As'adi (Bank BPD DIY Bima Perkasa), Andre Adrianno (Satya Wacana Salatiga), dan Widyanta Putra Teja (NSH Jakarta).
Indra memilih untuk tetap di Surabaya, dan tidak pulang ke Bandung. Dirinya tetap berlatih sendiri di GOR Pacific, di kawasan Kenjeran, Surabaya. Ia memilih tidak pulang karena menunggu kejelasan liga saja. Kalau memang nantinya bisa dilanjutkan kembali.
"Kalau dilanjutkan, saya sudah siap. Sebab itu, saya memilih tetap di mess saja," katanya.
Pilihan yang sama diungkapkan oleh Widyanta, pemain NSH. Meski DKI Jakarta ditetapkan sebagai provinsi paling banyak kasus Virus Korona, tapi Widi (panggilan akrabnya) memilih tinggal di mess. Widi tetap menjalankan rutinitas latihan seperti biasa. Bedanya, sekarang ia melakukannya sendirian.
"Latihan drible dan shooting sendiri di lapangan belakang mess. Saya memilih tetap di Jakarta dan tidak pulang ke Surabaya. Sembari saja menunggu jadwal kampus untuk wisuda," ungkap Widi.
"Tim memang menganjurkan untuk tetap di mess. Sembari jaga kondisi, perkuliahan dilakukan lewat daring," kata Andre Adrianno, yang tetap berada di mess Satya Wacana.
Alasan lain diungkapkan oleh Arif Hidayat dan Alan As'adi. Mereka berdua memilih tetap berada di mess justru untuk menjaga keluarganya di rumah. Mereka tidak ingin ketika pulang, karena kemungkinkan bisa jadi perantara Virus Korona di rumah. Meski mereka berdua punya pilihan untuk pulang.
Arif punya pilihan untuk pulang ke Jember. Tetapi ia merasa tidak perlu pulang. Karena setelah penundaan di Malang, Arif merasakan tubuhnya kurang fit. Kalau pulang, Arif takut jadi pembawa penyakit.
"Kalau sekarang kondisi saya sudah baik. Memang sempat kurang enak badan setelah kembali dari Malang," kata Arif. "Saya dan ibu di Jember setiap hari berbincang lewat telepon. Saling mengingatkan untuk tetap jaga kesehatan dan tidak lupa cuci tangan."
Sementara itu, Alan bisa saja pulang ke Kendal, karena jaraknya tidak begitu jauh dari Yogyakarta. Tetapi karena kondisi wilayahnya semakin mengkhawatirkan, maka pilihannya tetap berada di mess saja.
"Saya jaga kondisi dengan latihan sendiri di mess," kata Alan. "Menurut saya, memang penundaan liga ini mengecewakan. Apalagi bagi tim kami (Bima Perkasa) yang sedang bersemangat mencari tiket playoff. Tetapi semua demi keselamatan bersama. Kami sebagai pemain harus menghormati keputusan liga. Terlebih karena kondisi wabah Virus Korona juga semakin menakutkan." (tor)
Foto: Dika Kawengian