Selama kurang-lebih satu minggu ini saya menulis berita terkait corona, corona, dan corona. Sebab, sudah selama itu pula NBA, IBL, dan segala bentuk kompetisi olahraga ditunda karena Covid-19. Dunia diguncang penyakit yang membuat berbagai halnya padam sementara.
Covid-19 pertama kali berkembang di Wuhan, Hubei, Cina. Ia menyebar dari sana ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, menginfeksi lebih dari 250 ribu orang. Bahkan, membunuh lebih dari 10 ribu orang per 20 Maret 2020. Angka 10 ribu tentu bukan sekadar angka. Itu nyawa manusia. Kita tidak bisa seenaknya berkata, “Oh, jumlah meninggal tidak seberapa.”
Cina mengarantina Wuhan berikut negaranya agar meminimalisasi penularan. Namun, virus itu kadung menyebar ke mana-mana. Italia saja sampai tumbang. Mereka terpaksa ikut mengarantina negaranya. Lega Basket Serie A ditunda. EuroLeague, yang merupakan liga bola basket Eropa, juga dibatalkan.
Sejak kemunculannya, Covid-19 tidak hanya mengganggu orang dengan keberadaan virusnya, tetapi juga simpang siur informasinya. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto bahkan sempat mengatakan untuk enjoy aja. Padahal penyakit ini boro-boro bisa dinikmati.
Kalau begitu, apa sebenarnya Covid-19 ini?
Virus yang berasal dari Wuhan ini bernama SARS-CoV-2. Penyakit yang ditimbulkannya disebut Covid-19 (Coronavirus Disease 2019). SARS-CoV-2 termasuk golongan keluarga virus corona, bersaudara dengan virus flu biasa, severe acute respiratory syndrome (SARS), dan Middle East respiratory syndrome (MERS). Mereka punya satu kesamaan: Sama-sama menyerang sistem pernafasan.
Virus corona berbentuk bola berduri yang membentuk mahkota. Oleh karena itu, ia dinamai “corona”, yang dalam bahasa Latin berarti “mahkota”. Virus ini cukup berbahaya karena bisa menyerang sistem kesehatan manusia.
World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa Covid-19 mudah menular dan sulit dideteksi. Gejala umumnya seperti batuk, flu, demam, dan sesak nafas. Christian Wood, senter-forwarda Detroit Pistons, mengalami gejala flu sebelum dinyatakan positif Covid-19. Namun, itu juga tergantung daya tahan tubuh seseorang. Dalam beberapa kasus, gejalanya malah tidak muncul. Kevin Durant, forwarda Brooklyn Nets yang juga positif terjangkit virus corona, misalnya, tidak mengalami gejala.
Covid-19 pada umumnya menular lewat droplet dari batuk (coughing) dan bersin (sneezing). Mudah sekali menular. WHO bahkan sampai menetapkannya sebagai pandemi karena penyakitnya meliputi seluruh dunia.
Oleh karena itu kita dianjurkan untuk menutup mulut dan hidung dengan tisu atau lengan baju saat batuk atau bersin. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menganjurkan kita untuk sering cuci tangan. Sebisa mungkin menghindari menyentuh wajah untuk meminimalisasi penularan. Dalam bahasa yang lebih sederhana, kita mesti menjaga keamanan, kebersihan, dan kesehatan.
Sampai saat ini, kasus Covid-19 semakin naik. Jumlah kematian juga ikut naik. Namun, potensi sembuh cukup besar. Dari 254.799 kasus terkonfirmasi, ada total 89.908 yang berakhir sembuh. Di Indonesia, tiga pasien Covid-19 pertama sudah sembuh.
Per 20 Maret, menurut situs covid19.go.id, Indonesia mendapati 369 orang terjangkit virus corona, dengan sembuh 17 orang dan meninggal 32 orang. Jumlah kasus itu bisa berubah lagi pada masa mendatang. Entah bertambah atau berkurang. Semoga saja berkurang.
Untuk sementara, kasus di Indonesia lebih banyak yang meninggal daripada sembuh. Namun, semua pihak terus berupaya meminimalisasi penularan. Salah satunya dengan memberlakukan libur atau bekerja dari rumah (work from home). Sekolah-sekolah dan kantor-kantor ditutup. Masyarakat diminta untuk melakukan pembatasan sosial atau social distancing. Sebisa mungkin tetap di rumah, meminimalisasi kontak dengan keramaian.
NBA meminta pemain untuk melakukan hal yang sama. Mereka bahkan menutup fasilitas klub dari pemain dan staf sebagai upaya minimalisasi penularan Covid-19. Pemain-pemain dilarang berlatih di area publik secara berkelompok. Sebaiknya sendiri-sendiri saja.
NBA juga meminta pemainnya untuk tidak keluar negeri. Mereka diperbolehkan keluar kota tempat klubnya bernaung, dengan catatan tetap dalam pengawasan klub, kecuali mereka yang memang harus benar-benar swakarantina.
Ahli setidaknya merekomendasikan delapan klub NBA untuk melakukan pemeriksaan. Beberapa sudah melaksanakan. Ada total 10 pemain terjangkit virus corona. Sementara Toronto Raptors, yang sempat menjalin kontak dengan pasien Covid-19 pertama di NBA, negatif virus corona. Para pemainnya tetap harus swakarantina sampai benar-benar pasti tidak tertular.
Di Indonesia, IBL juga meminta klub-klub untuk menjaga keamanan, kebersihan, dan kesehatan pemain, mes, dan tempat latihan. Mereka menunda kompetisi sampai waktu yang tidak ditentukan. Klub-klub pun diliburkan. Pemain asing dipulangkan, pemain lokal tampak menyebar. Hanya saja, kompetisi berpotensi untuk dilanjutkan jika ada perkembangan situasi yang memungkinkan.
Covid-19 memang telah memengaruhi banyak kehidupan, terutama—dalam hal ini—kompetisi olahraga. Bukan hanya bola basket yang ditunda, dibatalkan, bahkan disetop, tetapi juga sepak bola dan lainnya. UEFA Euro 2020 saja mesti mundur ke 2021. Olimpiade 2020 Tokyo berpotensi batal setelah Jepang berkali-kali yakin pesta olahraga itu bisa dilaksanakan sesuai waktunya.
Masyarakat jelas akan kehilangan tontonan. Namun, dengan ini, semoga bisa lebih bertanggung jawab. Tidak ada kompetisi olahraga yang lebih penting dari dunia yang lebih sehat. Berbagai pihak pun berusaha untuk meminimalisasi penularan dengan serius. Gelaran-gelaran yang melibatkan orang banyak ditangguhkan.
Meski begitu, ada pula yang tidak tahu harus bertindak seperti apa. Sebab, tidak semua orang memiliki kesadaran akan krisis yang memadai. Pada saat sebagian orang berbondong-bondong untuk tetap di rumah, sebagian lagi ada yang memenuhi tempat-tempat wisata. Presiden Joko Widodo sampai heran. Namun, kita seharusnya juga heran. Sebab, Presiden sendiri yang awalnya mendorong masyarakat untuk berwisata. Ingat, Menkes Terawan juga bilang enjoy aja.
Dengan kurangnya kesadaran akan krisis yang memadai, pekerjaan rumah menjadi banyak. Sosialisasi mesti terus digalakkan. Bagaimana pun, ini bukan lagi masalah sebagian orang, melainkan semua orang. Masyarakat perlu pemahaman mitigasi yang tepat untuk meminimalisasi penularan Covid-19.
Salah satunya tentu saja dengan pembekalan akan informasi. Cobalah menangkal hoaks dengan berbagai cara. Peningkatan literasi juga dibutuhkan pada saat-saat seperti ini.
Meski belum sempurna, pemerintah sebenarnya sudah menyediakan layanan terkaitan Covid-19 ini lewat situs covid19.go.id tadi. Masyarakat bisa menghubungi hotline Covid-19 di 119 extension 9 atau 021-521 0411 dan 0812 1212 3119. Jika ada apa-apa, bisa diceritakan di sana.
Saya percaya Covid-19 bisa reda saat semuanya bersatu. Sebab, ini bukan lagi masalah individu per individu. Kalau bukan kita, siapa lagi yang mampu meredakannya?
Foto: Hari Purwanto