IBL memutuskan untuk menunda kompetisi musim 2020. Mereka membatalkan Seri VII Malang karena maraknya COVID-19 yang disebabkan virus corona (SARS-Cov-2) pada Jumat, 13 Maret 2020 lalu. IBL belum bisa memastikan kapan kompetisi akan berlangsung lagi.

Untuk sementara, liga bola basket tertinggi di Indonesia ini hanya bisa menunggu. Mereka perlu melihat perkembangan situasi, baik tentang pandemi itu sendiri maupun kebijakan pemerintah pusat dan daerah. Namun, sudah mengantungi opsi langkah-langkah selanjutnya yang akan dibicarakan bersama klub-klub esok hari, Rabu, 18 Maret.

“Seandainya ingin melanjutkan kompetisi, maka ada dua pertimbangan: situasi pemerintah dan situasi klub,” ujar Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah kepada Mainbasket, Selasa, 17 Maret. “Untuk klub, kami perlu menyiapkan mereka. Apa, ya, istilahnya? Pre-conditioning. Mereka, kan, sekarang sedang libur. Maka, perlu diberikan waktu agar siap melanjutkan kompetisi.”

Opsi langkah-langkah itu bisa berarti apa saja. Entah itu melanjutkan kompetisi atau menghentikannya. IBL tidak bisa mengambil keputusan sebelum berdiskusi dengan pemangku kepentingan (stakeholder), termasuk klub. Apalagi BNPB baru saja memperpanjang masa darurat selama 91 hari, dari 29 Februari—20 Mei.

“Sebenarnya malah kami yang ingin secepatnya melanjutkan kompetisi,” kata Junas lagi. “Namun, ini tidak bisa berlangsung tanpa mempertimbangkan hal-hal tadi.”

Saat ini, klub-klub bergerak dengan kebijakan sendiri. Pada umumnya, meliburkan pemain dari aktivitas seperti latihan secara berkelompok. Mereka mengimbau para penggawanya agar tetap sehat dan menjaga jarak dari keramaian.

NSH Jakarta, misalnya, memutuskan untuk meliburkan kegiatan sejak IBL menunda kompetisi sampai 25 Maret nanti. Para pemain lokal kini berada di mes sedangkan pemain asing di hotel di daerah Sunter. Mereka tidak latihan secara berkelompok, tetapi diharapkan bisa menjaga kebugaran dengan aktivitas per orangan.

“Mereka (pemain asing) latihan sendiri-sendiri. Di hotel ada lapangan basket juga,” terang Lutfi Koswara, garda NSH, yang berada di Jakarta. “Anak-anak mes (pemain lokal) di komplek kalau mau shooting-shooting.”

Untuk pemain asing, nasibnya kini tidak menentu. IBL masih membuka kemungkinan melanjutkan kompetisi dengan menggunakan jasa mereka. Namun, juga punya opsi untuk memulangkan pemain asing.

“Kami menghargai mereka yang khawatir akan hal ini,” kata Junas tentang pemain asing. “Mereka datang dari berbagai negara. Kami tidak tahu situasi per negara itu seperti apa. Apakah lockdown atau tidak. Takutnya nanti malah tidak bisa pulang.”

Selain Junas, Mainbasket juga menghubungi beberapa klub terkait nasib pemain asing. Direktur Olahraga Pelita Jaya Bakrie Fictor Roring, misalnya, mengatakan bahwa pihaknya berencana memulangkan mereka. Sebab, merasa lebih baik pemain asing bersama keluarganya pada saat krisis seperti ini.

“Kami tetap menunggu kebijakan IBL yang besok hari akan meeting dan memutuskan rencana ke depan. Kita lihat besok. Kapan pastinya kami pulangkan,” kata pria yang akrab disapa Ito itu.

Louvre Surabaya, di sisi lain, sudah mengedarkan surat kepada ofisial dan nonofisial sejak IBL menunda kompetisi. Isinya mengimbau mereka untuk tidak melakukan kegiatan secara berkelompok. Louvre juga memulangkan para pemain mulai Senin lalu.

Pelita Jaya, Louvre, dan klub lainnya akan ikut rapat esok hari. Mereka belum tahu pasti apa yang akan dilakukan IBL ke depannya. Junas selaku direktur utama juga mengaku tidak ingin banyak berspekulasi tentang berbagai hal yang belum pasti. Apalagi kebijakan-kebijakan tidak bisa diciptakan sendiri. Sementara ini, IBL hanya berpesan kepada klub-klub agar serius menjaga kesehatan, menjaga lingkungan mes dan tempat latihan, dan sebisa mungkin menjaga jarak dengan keramaian. (GNP)

Foto: Hari Purwanto

Komentar