Setiap orang pastilah punya kesempatan yang sama untuk meraih gelar pemain terbaik di suatu kompetisi. Setidaknya bisa dibilang semua rata di awal musim. Akan tetapi, seiring berjalannya pertandingan satu ke pertandingan lainnya, waktu menjelaskan siapa kandidatnya.

Nikola Jokic adalah satu dari deretan pemain hebat Serbia yang mengalami itu. Ia meraih gelar MVP dalam pertandingan kualifikasi merebut tiket ke Olimpiade Brazil 2016 di Belgrade, Serbia. Tentu saja ia dan timnya berhasil merebut tiket itu. Bagusnya lagi, power forward ini melakukannya di tahun pertama alias muncul sebagai pemain debutan.

Jokic berhasil membantu Serbia menekuk Puerto Rico 108-77 di final, Sabtu 9 Juli 2016 waktu setempat. Ia mencetak 23 poin, 8 rebound, dan 6 assist pada pertandingan itu. Bahkan ia mengukir sejarah pertamanya bersama negaranya itu dengan sama gemilangnya. Seiring berjalan waktu, ia menunjukkan kualitasnya dalam kualifikasi ini dengan membukukan rata-rata 17,8 poin, 7,5 rebound, dan 2,8 assist.

“Saya kehilangan kata-kata untuk mendeskripsikan apa yang saya rasakan,” tutur Jokic kepada Reuters seperti dikutip situs daring The National.

“Saya beruntung berada di tim ini bersama mereka, yang baru saja saya temui tiga minggu lalu. Saya harus berterima kasih kepada mereka dan staf pelatih yang telah membantu saya berbaur dengan mulus.”

Tidak mengherankan memang melihat performanya begitu, mengingat Jokic bermain di NBA bersama Denver Nuggets. Sulit ditampik, NBA memiliki kompetisi ketat yang membuat pegiatnya perlu mengasah dirinya sendiri. Jokic boleh jadi melatih mental MVP-nya di sana. Belum lagi, sebagai power forward, ia bisa didapuk menjadi center dan mampu berkontribusi poin juga umpan.

Kendati demikian, berkarir di NBA, apalagi untuk orang Eropa dengan gaya permainan berbeda, sebenarnya memiliki tantangan tersendiri. Beberapa orang malah gagal. Tidak mudah melewatinya, tetapi Jokic bisa dibilang berhasil. Ia termasuk top rookie di NBA musim 2016. Dirinya menempati peringkat tiga, di bawah Kristap Porzingis (New York Knicks) dan sang Rookie of the Year (ROY) Karl-Anthony Towns (Minnesota Timberwolves).

Selama semusim bersama Nuggets, Jokic telah membukukan rata-rata 10 poin, 7 rebound, dan 2,4 assist. Penampilannya tidak bisa dikatakan buruk. Ia dipercaya untuk bermain selama 21.7 menit dalam 88 pertandingan NBA. Cukup banyak.

Usia Jokic terbilang muda, 21 tahun. Masa depannya juga kelihatan bagus karena Nuggets tidak membuatnya ke mana-mana. Ia telah mendapat tempat di tim itu.

Di belahan lain, Jamarr Andre Johnson akan sulit disisihkan. Betapa vital keberadaannya sehingga membawa CLS Knights Surabaya menjuarai Indonesian Basketball League (IBL) 2016. Tidak hanya itu, ia juga berhasil meraih dua gelar bergengsi lainnya: MVP dan ROY. Tentu saja, pemain satu ini juga termasuk Rookie rasa MVP.

Johnson adalah pemain naturalisasi. Ia lahir dan tumbuh di New Jersey, Amerika Serikat, dan kini menjadi warga negara Indonesia. Proses naturalisasinya cukup menarik untuk disimak. Ia membutuhkan waktu hampir dua tahun untuk mengurus semuanya.

“Ini (proses naturalisasi) sudah lebih dari perjalanan mental dan spiritual,” komentarnya seperti dilansir situs daring IBL.

Sebelum ke Indonesia, Johnson bermain untuk tim sekolahan Arthur P. Schalick High School di New Jersey. Kemudian ia melanjutkan pendidikan di Widener University di Chester, Pennsylvania. Di sana ia melatih kemampuannya dan berkompetisi di Divisi III NCAA. Tidak heran ia bisa merajai liga dengan dua gelar bergengsi, plus gelar juara IBL dan MVP final. Ia punya pengalaman bersaing di negara dengan kultur basket yang luar biasa.

Namun, hidup di negara berbeda kini menjadi tantangan bagi Johnson. Seperti dikabarkan media, ia sempat mengalami gegar budaya. Belum lagi komentarnya tentang mental pebasket di Tanah Air yang tidak seperti di negara asalnya. Semua jalani untuk menyesuaikan diri dan menambal kekurangan.

Belum lagi, muncul pro dan kontra terhadap naturalisasi ini. Ada pendapat, naturalisasi sebetulnya bukan sumber nutrisi yang baik. Di sisi lain, ada pula pendapat tentang bagusnya naturalisasi untuk liga. Semuanya masih laik diperdebatkan. Johnson sendiri buka-bukaan menanggapinya.

“Keberadaan pemain asing sangat baik. Setiap negara di Asia Tenggara punya pemain asing, sebut saja Filipina, Thailand, Singapura, dan Malaysia. Pemain impor akan mengangkat kualitas basket di negara tertentu,” jelas Johnson seperti dikutip Jawa Pos.

Ia telah melewati segala kritik dan perdebatan, latihan dan penyesuaian budaya, juga hal-hal lain untuk membuatnya nyaman. Buah hasil dari itu semua, selama semusim bermain bersama CLS Knights, Johnson membukukan rata-rata 15,5 poin, 9,75 rebound, 2,89 assist, dan 1,93 steal di musim reguler.

Perolehan bagus itu membuatnya tak terhalangi dalam perebutan MVP dan ROY. Hampir tidak ada tandingannya di liga. Bahkan Ebrahim Enguio Lopez, pemain naturalisasi lainnya milik Aspac Jakarta, tidak bisa menghentikannya. Fandi Andika Ramadhani, forward Aspac, juga tidak sepenuhnya menghentikan Johnson. Agaknya mafhum kalau semua orang sudah tahu ke mana gelar-gelar itu berlabuh sebelum sempat diumumkan.

Dengan hasil itu pula, tidak heran kalau nanti ia dipanggil tim nasional Indonesia. Setidaknya timnas akan mengikuti dua gelaran penting dalam rentang satu-dua tahun mendatang: SEA Games dan ASEAN Games. Johnson bakal menjadi sosok vital lainnya untuk menghidupi tim ini.

Tentu akan menarik menyaksikan Johnson bersama timnas. Harapan ini bahkan sudah ada sejak pertama kali melihatnya bermain di turnamen pra musim. Akan lebih menarik lagi kalau pemain kelahiran 20 Juni 1988 ini menghadapi tim sekelas Filipina. Membayangkannya berhadapan dengan lawan setingkat atau lebih membuat orang penasaran untuk menonton.

Lebih dari itu, harapannya Johnson maupun Jokic bisa memberikan tontonan seru untuk publik bola basket di seluruh dunia dalam tingkat apapun. Pemain-pemain debutan ini tentu saja bakal memberi warna tersendiri untuk timnya, di tingkat klub maupun timnas.

Akan menarik pula menyaksikan perkembangan mereka di musim depan. Khusus Jokic, Olimpiade akan menjadi lahan terbaik Serbia untuk berkompetisi dengan tim sekuat Amerika Serikat dan Spanyol. Ayo, perlihatkan semangat rookie rasa MVP kalian!

Foto: Sports Illustrated

Komentar