Pergeseran zaman telah membuat gaya bermain di NBA berubah drastis. Selain lebih banyak mengandalkan tembakan jarak jauh, perubahan yang paling drastis terlihat adalah semakin meratanya paket ketangkasan pemain. Setiap pemain NBA kini, tidak peduli postur atau posisi bermainnya, semakin nyaman melantun atau bahkan menembak dari jarak jauh, pemandangan yang masih asing jika kita mundur satu dekade ke belakang.
Salah satu posisi yang paling mendapatkan sorotan dengan perubahan ini adalah senter. Senter, sekitar satu dekade ke belakang atau mungkin mundur ke era awal milenium baru rasanya adalah posisi yang paket ketangkasannya paling terbatas. Pemain-pemain di posisi ini identik dengan postur menjulang, kekuatan tubuh dan atletisme yang luar biasa.
Paket ketangkasan seperti melantun bola dan menembak dari jarak jauh tidak cukup sering terlihat dari pemain di posisi ini. Ambil contoh legenda NBA, Shaquille O’Neal yang sepanjang kariernya dikenal sebagai pemain dominan tapi kesulitan dari tembakan gratis.
Seiring berjalannya waktu, senter-senter baru NBA semakin mawas diri dan tahu bahwa mereka harus berkembang secara ketangkasan. Dan salah satu senter yang memiliki perkembangan ketangkasan bermain paling mencolok adalah senter milik Miami Heat, Bam Adebayo.
Meski masih belum mengembangkan ketangkasannya untuk tembakan jarak jauh, Bam menunjukkan perkembangan signifikan di keseluruhan permainannya. Catatan statistik poin, rebound, asis, steal, hingga blok miliknya musim ini jauh meningkat dari apa yang ia lakukan di dua musim pertamanya di NBA. Ya, jika Anda lupa, Bam baru memasuki musim ketiganya di NBA.
Musim ini, dalam 61 gim, Bam menyumbang 16,2 poin, 10,5 rebound, 5,1 asis, 1,2 steal, dan 1,3 blok per gim. Bandingkan dengan musim lalu, Bam menorehkan statistik 8,9 poin, 7,3 rebound, 2,2 asis, 09, steal, dan 0,8 blok per gim dalam 82 laga.
Peningkatan yang dialami Bam berpeluang menempatkannya di jajaran bigman elite NBA. Sejak tripoin pertama kali dikenalkan di NBA pada tahun 1980, hanya ada lima bigman NBA yang mampu menorehkan catatan identik dengan Bam yakni mengemas setidaknya 15,0 poin, 10,0 rebound, 5,0 asis, 1,0 steal, dan 1,0 blok per gim. Lima pemain tersebut adalah Larry Bird, Chris Webber, Kevin Garnett, DeMarcus Cousins, dan Giannis Antetokoumpo.
Bam dan Heat masih memiliki 21 laga sisa yang harus dimainkan. Tentunya, jika ingin masuk ke jajaran elite ini, ia harus memastikan konsistensi permainan, utamanya dalam aspek asis. Untuk asis sendiri, rasanya Bam akan bergantung dengan para penembak jitu Heat. Pasalnya, mayoritas asis Bam tercipta melalui proses handoff yang membuat penembak jitu Heat seperti Duncan Robinson, Kendrick Nunn, hingga Jimmy Butler.
Di sisi lain, apa yang ditunjukkan Bam ini sangat dekat dengan peningkatan yang ditunjukkan Giannis di awal-awal kariernya di NBA. Dari sekadar bigman yang tangguh merebut rebound, Giannis berubah jadi pemain serbabisa dengan menambah kemampuannya membaca gim. Untuk tembakan jarak jauh pun, praktis Giannis baru berkembang di musim lalu, itupun belum cukup siginifikan.
Jika Bam bisa mengikuti langkah Giannis dalam mengembangkan permainan, bukan tidak mungkin ia juga akan mengikuti langkah Giannis menjadi salah satu megabintang di NBA atau bahkan menjadi pemain terbaik di liga. Dengan usia yang masih 22 tahun, Bam tidak memiliki batas untuk mendobrak pencapaian Giannis dan menjadi bintang baru NBA. (DRMK)
Foto: NBA