Christopher Tanuwidjaja kaget ketika istrinya, Sherly Humardani, mengatakan bahwa Kobe Bryant meninggal karena kecelakaan helikopter, Senin pagi, 27 Januari 2020. Itop (panggilan akrabnya) tahu bahwa istrinya tidak pernah main-main untuk berita serius tersebut. Setelah memastikan kabar ini melalui beberapa saluran, Itop akhirnya benar-benar merasakan kesedihan yang mendalam. Terutama banyak kenangan saat mendiang Kobe masih hidup.

Itop masih ingat bagaimana Kobe Bryant dipanggil saat NBA Draft 1996. Itop waktu itu masih duduk di bangku SMA, dan menyaksikan peristiwa tersebut bersama ibunya.

"Saya dulu mulai suka basket saat SMA. Idola saya Dennis Rodman," cerita Itop. "Saya ingat betul, saat itu saya duduk di depan televisi bersama ibu saya, dan menyaksikan nama Kobe Bryant dipanggil untuk masuk NBA. Saya pikir dia orang Jepang, karena namanya Kobe."

Selanjutnya justru yang terjadi sebaliknya. Itop malah membenci Kobe Bryant. Terutama karena Kobe pernah mengejek Dennis Rodman yang tak lain adalah idolanya. Namun lambat laun kebencian itu mulai luntur ketika ia mengetahui kisah-kisah inspiratif Kobe.

"Kobe itu ternyata berdedikasi tinggi terhadap basket. Tidak peduli orang membicarakan kekurangannya. Dia itu percaya bahwa kerja keras akan membawa hasil yang maksimal. Akhirnya saya lama-lama bisa menerima Kobe, dan menjadi idola saya juga. Kobe itu adalah pemain basket yang membuat saya bisa melalui masa-masa sulit dalam hidup saya. Kobe itu orang yang membuat saya bisa lebih baik," katanya.

Sekian lama mengidolakan Kobe, Itop tak pernah sekalipun bermimpi bisa bertemu denganya. Tetapi ada satu peristiwa besar yang terjadi pada bulan Oktober 2014. Tepat menjelang hari ulang tahunnya. Itop bersama istri dan mertuanya, punya kesempatan makan malam dengan Kobe Bryant.

Kejadian mengejutkan dialami sesaat sebelum makan malam dimulai. Itop dan keluarganya berada di balkon restoran, lalu Kobe menghampirinya. Sebuah peristiwa yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya, dan semakin meyakinkan bahwa Kobe adalah pribadi menyenangkan. Tidak arogan seperti yang disangka banyak orang.

"Saat makan malam bersama, Kobe memilih duduk di tengah. Tepat di depan saya dan istri. Saat itu, semua yang hadir melontarkan pertanyaan. Namun ada yang menarik, karena istri saya bertanya tentang mengapa tembakan gratisnya tidak masuk akhir-akhir ini. Semua yang hadir kaget, karena mereka pikir Kobe akan tersinggung. Tapi justru Kobe menjawab sebuah rahasia bahwa bahunya cedera. Dua minggu setelahnya, Kobe melakukan operasi bahu," kisahnya.

Kenang-kenangan sudah pasti ada. Itop mendapatkan tanda tangan sang idola di jam tangannya. Sampai sekarang jam tangan tersebut masih disimpan rapih.

Kekaguman Itop terhadap Kobe masih berlanjut. Dua tahun berselang, setelah peristiwa makan malam, Itop diundang untuk menyaksikan pertandingan LA Lakers. Orang yang mengundangnya adalah Norm Pattiz, penggemar berat Lakers. Istimewanya, Itop dan istrinya duduk di dekat bangku cadangan Lakers.

"Waktu Kobe lewat di depan kami, Norm Pattiz memanggilnya. Dia menunjuk ke saya dan istri. Ternyata Kobe menghampiri kami, dan luar biasa, dia masih ingat kami," imbuh Itop.

Itop terakhir bertemu Kobe pada Desember 2019 lalu. Saat ia menyaksikan pertandingan Lakers bersama keluarga, dan garda CLS Knights Indonesia di ABL 2018-2019, Wong Wei Long. Meski tidak sempat berbicara dengan sang idola, Itop sudah cukup senang Kobe datang ke arena.

Kecintaannya kepada Kobe Bryant benar-benar mengubah hidup seorang Christopher Tanuwidjaja. Bahkan saat dia menjadi Managing Partner untuk tim CLS Knights, Itop selalu berpikir untuk bisa bekerja keras seperti Kobe. Bahkan slogan "Believe" yang selalu dibawa CLS Knights terinspirasi dari Kobe Bryant.

"Kobe itu basketball freek. Orang yang hidup di basket. Orang yang suka membicarakan basket," tutur Itop. (tor)

Foto: Koleksi Pribadi Chrisopher Tanuwidjaja

Komentar