Jam 03.00 tadi, saya masih belum bisa tidur. Saya masih terjaga di kamar saya sembari melihat beberapa video Youtube. Saat saya bergeser ke aplikasi Instagram, saya melihat foto Kobe Bryant berada di bagian paling atas beranda. Saya kira, ini semua masih tentang keberhasilan LeBron James menyalipnya di daftar pencetak angka terbanyak, tapi ada yang aneh. Foto tersebut berwarna hitam putih.

Benar saja, setelah membaca keterangan yang ditulis, Kobe dikabarkan meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter. “No way, they all joking this shit,” adalah hal pertama yang muncul di pikiran saya. Saya lantas berpindah ke Twitter hanya untuk mengetahui bahwa pikiran saya itu salah. Kobe Bryant, benar-benar meninggal dunia.

Secepatnya saya mencari konfirmasi di dunia maya tentang berita ini. Setelah beberapa media besar memastikan kabar duka ini, saya langsung mengerjakan artikel untuk mainbasket.com. Artikel ini lantas menjadi artikel tersulit yang pernah saya buat. Karena saat saya mengumpulkan fakta demi fakta tentang kejadian ini, dada saya rasanya semakin sesak. Badan saya gemetar untuk menyalurkan apa yang ada di pikiran saya ke dalam bentuk tulisan.

Usai menulis artikel tersebut, rasa tidak percaya tak kunjung pergi. Di sisi lain, ucapan belasungkawa dari berbagai pihak terus keluar di media sosial. Saya tak pernah bertemu sekalipun dengan Kobe, bahkan untuk bermimpi bertemu dengannya saya tak mampu. Namun, tadi pagi, membaca semua belasungkawa dan berita yang ada, air mata saya tak tertahankan.

Saya lahir tahun 1994. Kobe adalah pemain basket pertama yang saya tahu namanya, bukan Magic Johnson, Larry Bird, atau bahkan Michael Jordan. Saat saya berusia delapan tahun, mendiang bapak saya sangat cinta Lakers, atau mungkin saat itu Lakers memang sedang berjaya. Ia membelikan bola basket pertama untuk saya, dengan corak warna Lakers tentunya.

Untuk menandai bahwa bola ini punya saya, saya minta bapak saya menuliskan nama kecil saya di bola itu. Entah apa yang saya pikirkan kala itu, saya juga meminta bapak saya menuliskan “Kobe” di sisi sebaliknya bola basket. Ini jadi perkenalan pertama saya dengan bola basket dan Kobe Bryant ada di sana.

Seiring berjalannya waktu, Kobe terus bersinar. Halaman olahraga koran pagi yang saya baca hampir setiap hari berhiaskan sosoknya. Saya rasa di titik ini, Kobe sudah menjadi ikon basket di era 2000-an. Sejujurnya, saya tak pernah melihat langsung pertandingan Kobe sebelum saya duduk di bangku SMA. Pertandingan Kobe pertama yang saya lihat secara utuh adalah gim lima final NBA 2010 antara Lakers dan Celtics. Entah bagaimana caranya, teman saya punya file utuh gim tersebut dan saya lantas meminta kopi dari gim itu. Kobe mencetak 38 dari total 86 poin Lakers. Hampir separuh dari jumlah poin Kobe tercipta di kuarter tiga. Saya tak berhenti takjub melihat yang ia lakukan di gim ini. Sepanjang hidup saya, saya rasa saya melihat gim ini lebih dari 12 kali dan tidak berhenti takjub atas apa yang dilakukan oleh pemain nomor punggung 24 dari Lakers.

Setelah saya tahu bagaimana caranya mengunduh video Youtube, puluhan video Kobe dan Rajon Rondo (pemain idola saya) menjejali gawai saya. Menonton video-video tersebut jadi kegiatan sehari-hari saya dari SMA hingga menginjak bangku kuliah. Saya bahkan menjejali rekan-rekan saya yang tidak suka basket dengan video-video ini.

Salah satu video yang paling saya suka adalah video wawancara Kobe dengan Jimmy Kimmel. Wawancara di Staples Center yang nyaris satu jam tersebut dilakukan usai Kobe menjalani operasi achilles yang juga peluncuran yayasan yang didirikan Kobe dan Vanessa. Di sana, Kobe menjelaskan nyaris semua perjalanan hidupnya. Hingga saya, orang dari Surabaya tahu Victor adalah bocah yang gemar merundung orang lain (jika belum kenal Victor, silakan lihat videonya).

Kepergian Kobe hari ini membuka mata saya atas betapa besarnya figur Kobe itu sendiri. Pemain sepak bola asal Brazil, Neymar Jr. mendedikasikan golnya saat membela Parist Saint-Germain untuk Kobe. Ia membentuk gestur jari 24 seperti nomor punggung Kobe. Lalu ada berderet pesohor hingga pemimpin dunia yang mengucapkan belasungkawa untuknya. Hal yang semakin menunjukkan bahwa Kobe sudah melampaui banyak dunia, tak cuma basket saja.

Untuk penggemar Kobe yang juga pasti penggemar Lakers, kepergiannya jelas menyakitkan. Apalagi dengan cara yang sangat mengejutkan ini. Saya yakin seluruh penggemar Lakers di luar sana berharap LeBron James dan Lakers bisa membawa pulang gelar juara musim ini di hadapan Kobe.

Bagi saya dan banyak penggemar basket yang tidak fanatis atas satu pemain atau tim tertentu, rasa sedih hingga air mata yang kita teteskan adalah bukti lain pengaruh besar Kobe. Seperti yang sudah saya tulis di atas, pemain idola saya bahkan bukan Kobe. Namun, hari ini terasa terlalu kelabu dan rasanya benar-benar tak nyata.

Kobe memberi pengaruh besar bagi seluruh penikmat basket yang pernah melihat permainannya. Untuk Anda yang tak sempat melihatnya bermain, sekali lagi saya sarankan untuk melihat video-videonya. Beberapa teman seumuran saya menghubungi lewat pesan singkat dan mengungkapkan kesedihan mereka hingga menangis. Bahkan, teman saya yang sama sekali tidak tahu basket turut berkabung atas kepergian Kobe.

Kini, rasanya tidak ada yang bisa kita lakukan selain merelakan kepergian Kobe dan Gigi. Mendoakan dan memberi dukungan terbaik untuk Vanessa dan keluarga yang ditinggalkan. Selain itu, cara terbaik untuk mengenang Kobe adalah menjaga warisannya, Mamba Mentality. Mentalitas super yang menjadi jalan hidup yang ia pilih.

Mentalitas untuk terus menjadi lebih baik dari waktu ke waktu sebagai seorang manusia. Tak peduli Anda pria, perempuan, pebasket, atlet sepak bola, pekerja kantoran, atau lainnya, Anda harus punya Mamba Mentality. Mentalitas untuk tidak takut menghadapi tantangan apapun yang ada di depan Anda, karena di ujung dari ketakutan itu, ada keberhasilan yang menanti.

Ada terlalu banyak kutipan menarik dari Kobe Bean Bryant. Namun, untuk menutup artikel ini saya akan memilih satu kutipan dari tulisannya di Facebook beberapa waktu lalu.

“If you see me in the fight with the bear, pray for the bear.”

Selamat jalan Kobe Bean Bryant dan Gianna Maria-Onore Bryant. Kalian tidak akan pernah kami lupakan.

Foto: NBA

 

Komentar