IBL telah menyelesaikan seri kedua musim 2020 di Bandung. Banyak kejutan yang terjadi selama Seri 2 Bandung ini. Mulai sapu bersih kemenangan Satya Wacana Salatiga dan Pacific Caesar Surabaya, sampai dengan kekalahan tim yang bermain di hadapan pendukungnya sendiri. Faktor kemenangan mendukung kesuksesan juga telah berubah jika dibandingkan Seri 1 Semarang, dan masih banyak lagi yang akan dibahas di artikel ini. Berikut analisis selengkapnya:

Perubahan Satya Wacana dan Pacific

Kedua tim yang tidak berhasil meraih kemenangan di seri perdana di luar dugaan berhasil menyapu bersih kemenangan di Seri 2 Semarang. Satya Wacana mengalahkan Prawira Bandung dan NSH Jakarta, sedangkan Pacific berhasil mengalahkan dua tim asal ibu kota Satria Muda Pertamina Jakarta dan Pelita Jaya Bakrie.

Performa perubahan yang terlihat dalam hal efisiensi serangan. Satya Wacana menjadi tim dengan efisiensi serangan tertinggi di Seri 2 Bandung. Mereka memiliki 1,07 angka pada setiap penguasaan. Bahkan efisiensi serangan yang dimiliki Satya Wacana lebih tinggi dibandingkan Indonesia Patriots. Meningkatnya efektivitas tembakan tiga angka dan menurunnya turnover menjadi penyebab meningkatnya efisiensi serangan.

Pada Seri 1 Semarang, Satya Wacana memiliki upaya tembakan tiga angka tertinggi, tapi dengan hasil efektivitas tembakan dibawah rata-rata liga. Permasalahan tersebut berhasil diselesaikan oleh Satya Wacana di Seri 2 Bandung. Mereka berada di peringkat dua dalam hal efektivitas tembakan tiga angka dengan 34 persen dari total 47 upaya tembakan tiga angka, meningkat 10 persen dibanding performa di Semarang.

Faktor pendukung selanjutnya, yaitu persentase turnover. Satya Wacana  berhasil menurunkan persentase turnover dari 14 persen menjadi 12 persen. Sisi sebaliknya, Satya Wacana justru berhasil meningkatkan persentase turnover lawan sebesar tiga persen. Menurunkan kesalahan dan meningkatkan kesalahan lawan menjadi kunci kemenangan Satya Wacana atas NSH.

Hal berbeda diperlihatkan Pacific ketika meriah kemenangan beruntun di Seri 2 Bandung. Tim asal Surabaya ini berhasil memperbaiki performa bertahan mereka. Pacific menjadi tim dengan pertahanan terbaik di Seri 2 Bandung. Mereka kemasukkan 0,8 angka pada setiap penguasaan lawan. Mereka berhasil menekan faktor kemenangan terpenting lawan, eFG%, di angka 42 persen dari total 133 upaya tembakan. Performa tersebut hanya kalah Indonesia Patriots. Walau demikian, Pacific masih harus memperbaiki performa bertahan di area dua angka.

Ada Apa Dengan Prawira?

Penulis memberikan ekspektasi yang berbeda terhadap Prawira di musim ini. Salah satu faktor yang membuat ekspektasi penulis berbeda, yaitu perekutan Giedrius Zibenas sebagai kepala pelatih baru Prawira. Coach Ghibi (sapaan Giedrius Zibenas) merupakan arsitek di balik performa impresif Stapac Jakarta musim lalu.

Walau demikian, performa Prawira belum menunjukkan sebagai kandidat juara di IBL musim ini. Mereka hanya meraih satu kemenangan dari lima laga yang telah dimainkan, termasuk tiga kekalahan beruntun di hadapan pendukungnya sendiri.

Pada Seri 1 Semarang, Prawira menjadi satu-satunya tim yang memiliki efisiensi serangan di angka 1,0 pada setiap penguasaan. Performa tersebut tidak dapat dipertahankan Prawira di Seri 2 Bandung. Mereka memiliki efisiensi serangan 0,9 angka pada setiap penguasaan.

 

Tingginya performa persentase offensive rebound membuat Prawira memiliki keunggulan dalam hal kesempatan menghasilkan produktivitas angka (play). Namun, keunggulan tersebut tidak dapat dimaksimalkan. Mereka hanya dapat memaksimalkan 33 persen dari rata-rata 100,1 kesempatan, catatan terendah di Seri 2 Bandung.

Prawira memperlihatkan penurunan performa efektivitas tembakan baik dua angka ataupun tiga angka. Penurunan yang paling ironis terlihat di efektivitas tembakan tiga angka. Prawira menghasilkan efetkivitas tembakan 15 persen dari total 71 upaya tembakan tiga angka. Bahkan, saat kalah dari Satya Wacana, Prawira tidak menghasilkan efektivitas tembakan tiga angka dari 13 upaya tembakan tiga angka.

Pada area dua angka, permasalahan Prawira terletak di area lima kaki. Prawira menjadi tim dengan upaya tembakan tertinggi, tapi tidak ditunjang dengan efektivitas tembakan. Tim asal Bandung ini selalu menunjukkan penurunan performa efektivitas tembakan di area lima kaki, Puncak penurunan performa ketika melawan Indonesia Patriots di mana Prawira memiliki efektivitas tembakan 40,5 persen dari 37 upaya tembakan.

Terdapat empat pemain Prawira yang memiliki efisiensi serangan di atas rata-rata liga pada Seri 2 Bandung, dengan rincian tiga pemain asing dan satu pemain lokal. Raymond Shariputra menjadi satu-satunya pemain lokal yang memiliki efisiensi serangan diatas rata-rata liga.

Dalam hal bertahan, Prawira memiliki permasalahan di area dua angka. Mereka menjadi tim terlemah dalam hal bertahan di Seri 2 Bandung. Lawan dapat memiliki efektivitas tembakan 53 persen dari total 103 upaya tembakan.

Prawira harus meningkatkan efektivitas tembakan, terutama pemain lokal, untuk memaksimalkan keunggulan kesempatan menghasilkan angka. Selain itu, jika ingin bersaing di Seri 3 Jakarta, Prawira harus memperbaiki performa bertahan di area dua angka.

Kembalinya Faktor Kemenangan Utama (eFG%)

Pada Seri 1 Semarang, diluar dugaan faktor pendukung kemenangan tim bukan terdapat di faktor eFG%, melainkan di faktor persentase offensive rebound. Pada Seri 2 Bandung, keadaan tersebut berubah. Faktor utama pendukung kemenangan, eFG%, menjadi yang tertinggi. Hanya dua dari 11 laga di mana tim yang menang memiliki eFG% lebih rendah dibandingkan tim yang kalah.

Prawira merasakan betapa pentingnya faktor eFG% dibanding faktor persentase offensive rebound. Pada Seri 2 Bandung, mereka unggul persentase offensive rebound di tiga laga yang dimainkan, tapi eFG% yang dimiliki selalu lebih rendah dibanding eFG% milik lawan.

Secara keseluruhan di IBL 2020, faktor eFG% menjadi yang tertinggi dibanding tiga faktor kemenangan lainnya. Faktor eFG% memiliki persentase kemenangan 73 persen. Di bawahnya terdapat faktor persentase offensive rebound, persentase turnover, dan terakhir persentase tembakan gratis (FTA Rate)

Hack-A-Goodman

Savon Goodman memiliki produktivitas angka di atas rata-rata liga di area rim. Sebanyak 70 persen kontribusi produktivitas angka berasal dari area rim dengan efektivitas tembakan 52,7 persen. Musim ini, Goodman juga memiliki senjata di area tiga angka. Ia menghasilkan 4/6 upaya tembakan tiga angka.

 

Secara efisiensi serangan, Goodman masih berada di atas rata-rata liga. Namun, efisiensi serangan tersebut belum maksimal karena rendahnya efektivitas tembakan gratis (free throw). Goodman sebenarnya memiliki keunggulan dalam hal upaya tembakan gratis. Ia berada di peringkat keempat, di bawah Dashaun Wiggins, Dior Lowhorn, dan Mike Glover. Yang membedakan Goodman dibanding ketiga pemain tersebut adalah efektivitas tembakan gratis. Goodman memiliki efektivitas tembakan bebas 24 persen dari rata-rata 9,3 upaya tembakan gratis.

Jika Goodman dapat memaksimalkan kesempatan tembakan gratis maka performa efisiensi serangan Goodman lebih maksimal.

Performa Lutfi Koswara

Pada Seri 1 Bandung, performa Lutfi belum terlihat. Ia hanya menghasilkan efisiensi serangan 0,4 angka pada setiap penguasaan. Tetapi performa Lutfi berubah di Seri 2 Bandung. Menurut penulis, Lutfi menjadi pemain terbaik nontimnas di Seri 2 Bandung. Ia berkontribusi menghasilkan rata-rata 6,98 poin dari rata-rata 5,79 penguasaan atau 1,2 angka pada setiap penguasaan.

Pada laga melawan Prawira, performa Lutfi belum terlihat. Ia hanya menghasilkan lima angka dengan efektivitas tembakan 33 persen. Performa Lutfi meningkat drastis ketika melawan Satya Wacana. Ia menjadi kontributor poin ketiga NSH, di bawah dua pemain asing. Peningkatan performa diperlihatkan pada efektivitas tiga angka dengan 44 persen dari sembilan upaya tembakan tiga angka.

Untuk sementara, Lutfi berhasil memiliki efisiensi serangan di atas 1,0 pada setiap penguasaan. Namun, konsistensi pada seri selanjutnya masih diperlukan olehnya. Penulis berharap performa Lutfi bukan hanya kejutan sesaat.

Foto: Dokumentasi IBL, Ivan Dwi Putra

 

Komentar