Seri 1 Semarang yang didapuk sebagai seri pembuka IBL 2020 telah berakhir. Untuk sebuah seri pembuka, saya pribadi merasa Seri 1 Semarang IBL 2020 bisa disebut sebagai salah satu seri terbaik IBL (secara level persaingan) dalam tiga musim terakhir. Di Seri 1 Semarang, hampir semua gim berjalan seru, atau setidaknya memiliki persaingan ketat hingga kuarter tiga.

Jika melihat statistik dari semua gim, maka hanya ada tiga gim yang didominasi oleh salah satu tim. Dominasi dalam hal ini terlihat dari kondisi keunggulan tim. Tiga gim tersebut adalah Pacific Caesar Surabaya melawan Indonesia Patriots, Prawira Bandung melawan Amartha Hangtuah, dan Indonesia Patriots berhadapan dengan Pelita Jaya Bakrie.

Gim antara Pacific dan Patriots dimenangkan oleh Patriots dengan skor 88-74. Di gim ini, hanya ada satu kali pergantian keunggulan dan itu terjadi saat Patriots mencetak poin pertama. Pacific tak sekalipun unggul di gim ini dan hanya bisa menyamakan kedudukan dua kali.

Kemenangan 92-69 Prawira dari Hangtuah adalah kemenangan terbesar di Seri 1 Semarang. Prawira benar-benar menguasai pertandingan sejak tepis mula. Mereka memimpin hampir selama 39 menit dan Hangtuah bahkan tak sekalipun menyamakan kedudukan. Prawira juga sangat membara di gim ini dengan akurasi keseluruhan (FG%) menyentuh 47,3 persen serta akurasi tripoin di angka 41,4 persen.

Pelita Jaya menutup Seri 1 Semarang dengan kemenangan 73-64 dari Patriots. Serupa dengan dua gim di atas, Pelita Jaya unggul sejak tepis mula. Jarak keunggulan terbesar mereka bahkan sempat menyentuh 17 poin. Patriots benar-benar tak berkutik, anak-anak asuh Rajko Toroman bahkan tak sekalipun sempat menyamakan kedudukan.

Satya Wacana Salatiga menjadi satu dari dua tim yang bermain tiga gim selama Seri 1 Semarang (bersama Hangtuah). Namun, sayangnya Satya Wacana bisa dibilang sebagai tim yang paling kurang beruntung di seri ini. Di gim pertama, melawan Hangtuah, Satya Wacana harus rela kalah lewat babak tambahan waktu. Sementara di gim terakhir mereka, Satya Wacana harus kalah di detik-detik akhir melalui layup Yerikho Tuasela.

Satu-satunya gim yang “kurang” seru dari Satya Wacana terjadi saat mereka jumpa Pelita Jaya. Meski kalah seru dari dua gim lainnya, Satya Wacana sebenarnya masih membuka peluang menang hingga kuarter tiga. Sayangnya, kekalahan telak di sisi akurasi dan rebound membuat mereka tak mampu mengejar Pelita Jaya di sisa gim.

Secara keseluruhan, di Seri 1 Semarang ini, hanya Satya Wacana yang gagal pulang dengan kemenangan. Untuk sapu bersih, Pelita Jaya dan tim debutan IBL 2020, Louvre Surabaya jadi dua tim yang belum tersentuh kekalahan di Seri 1 Semarang. Hal ini tentunya membuat kedua tim ini akan menjadi target untuk tim-tim lain di Seri 2 Bandung.

Untuk pemain asing, saya rasa pemain asing yang hadir tahun ini juga cukup menarik dan mumpuni. Nama-nama baru seperti Laquavious Cotton, Devin Gilligan, Leshirom (Montrell) Williams, Luis Jacobo, Christopher Sterling, dan Michael Kolawole, benar-benar mencuri perhatian. Jika performa mereka terus bertahan atau bahkan meningkat di seri-seri selanjutnya, maka IBL 2020 akan semakin seru untuk dinanti.

Di barisan lokal, Reza Guntara, Govinda Julian Saputra, Henry Cornelis (Hengky) Lakay, Widyanta Putra Teja, Nuke Tri Saputra, dan Hans Abraham tampil menawan. Selain dua nama yang saya sebut terakhir, para pemain ini mencetak rataan dua digit poin. Reza Guntara jadi pemain lokal dengan rataan poin tertinggi dengan 13 poin dan 3,5 rebound per gim. Tak hanya produktif, Reza juga efektif dengan total memasukkan 9/11 tembakannya dalam dua gim. Reza selalu turun dari bangku cadangan dalam dua gim tersebut.

Govinda juga layak mendapatkan apresiasi. Serupa dengan Reza, Govinda juga turun dari bangku cadangan di dua gim Pelita Jaya. Govinda menorehkan rataan 12,5 poin dan 4,5 rebound per gim. Govinda dan Reza mulai nyaman bermain sebagai pemain berkarakter 3PP atau stretch four dalam dua gim mereka dan semoga bisa terus berlanjut ke depannya. Govinda menorehkan rataan akurasi tripoin di angka 42 persen (5/12) sementara Reza akurasi tripoinnya ada di 87 persen (7/8)

Hengky Lakay  menorehkan catatan spesial di seri ini, lebih tepatnya saat berhadapan dengan Pacific. Ia mencetak 22 poin dan 4 rebound selama 33 menit. Menariknya, Hengky memasukkan semua upaya tembakannya di gim ini 11/11 (100 persen). Ia jadi pemain lokal pertama yang menorehkan setidaknya 20 poin tanpa meleset dan tembakan gratis. Dalam tiga gim, Hengky menoregkan 10,3 poin dan 4,0 rebound.

Widyanta Putra Teja menunjukkan dirinya siap menerima peran lebih besar di NSH Jakarta. Sebagai pemain baru, Widy mulai nyaman terlihat sebagai pilihan ketiga serangan NSH. Widy menorehkan rataan 10,5 poin, tertinggi ketiga di tim usai dua pemain asing mereka. Widy memang tidak terlihat berperan sebagai fasilitator berdasarkan catatan 1,0 asis per gimnya. Namun, rataan turnovernya yang hanya 1,0 per gim padahal ia bermain selama 27 menit per gim.

Nuke Tri Saputra dan Hans Abraham sama-sama memiliki rataan 9,5 poin per gim. Namun, ada perbedaan mencolok dari kedua pemain ini. Nuke, membukukan rataan itu dari total 31 percobaan tembakan (26 persen) sedangkan Hans hanya 16 percobaan (44 persen). Nuke masih memiliki pekerjaan rumah untuk efisiensinya sementara Hans juga akan lebih baik jika bisa terus meningkatkan akurasinya.

Jika dilihat dari barisan nama di atas, seolah sudah terbentuk satu tim utama. Widy, Hans/Nuke, Govinda, Reza, dan Hengky. Jika terus mempertahankan atau bahkan meningkatkan performa mereka di seri-seri mendatang, opsi pemain Indonesia untuk masuk dalam tim nasional jelas akan bertambah.

Bicara tim nasional sendiri, kekalahan dari Pelita Jaya kami anggap adalah kekalahan yang wajar. Kami tak sedetikpun berpikir timnas akan melaju di semua seri tanpa terkalahkan. Namun, satu hal yang terus menarik perhatian saya adalah rotasi pemain. Sejak SEA Games 2019, rotasi pemain timnas benar-benar membuat bingung.

Punya 11 pemain, tapi yang benar-benar “bermain” dengan menit yang masuk akal hanya beberapa saja. Pertanyaan selanjutnya adalah,”apakah kemampuan pemain yang tidak bermain ini tidak cocok dengan sistem?” atau “sistem timnas sekarang tidak membutuhkan kemampuan mereka?”

Lalu, hal lain yang membuat saya bingung juga adalah fakta seringnya Brandon Jawato dan Lester Prosper bermain bersama. Keduanya adalah pemain yang masih belum memegang paspor Indonesia. Jika semua proses naturalisasi berjalan lancar pun, maka hanya akan ada satu di antara mereka yang turun di kualifikasi Asia nanti. FIBA belum terlihat akan mengubah aturan satu pemain naturalisasi per tim hingga kini.

Terakhir, urusan penyelenggaraan. Di hari terakhir, saya lupa di gim kedua atau ketiga, Direktur Utama IBL, Junas Miradiarsyah, berbicara di hadapan publik Semarang. Setelah mengucapkan terima kasih karena Seri 1 Semarang selalu penuh dalam tiga hari penyelenggaraan, Junas lantas berujar bahwa ia dan tim akan mengambil langkah terbaik jika kondisi lapangan tidak memungkinkan.

Dalam hal ini, saya menangkap maksudnya adalah pertandingan mungkin saja ditunda atau dihentikan jika lapangan terlalu licin. Untungnya, di hari terakhir, lapangan cukup kondusif dan semua gim berjalan baik. Saya melihat ini adalah sebuah gesture yang baik dari manajemen IBL dan berharap ke depannya, semua lapangan bisa selalu dalam kondisi prima.

Di dua hari sebelumnya, kondisi lapangan yang licin memang mendapat sorotan khusus dari beberapa pelatih, termasuk Kepala Pelatih Patriots, Rajko Toroman. Licinnya lapangan bahkan membuat beberapa pemain harus tercatat melakukan turnover padahal karena terpeleset. Saya apresiasi bahwa IBL sudah berusaha mengantisipasi licinnya lapangan sebelum gim pertama dimulai, lalu selama pertandingan juga dengan menambah petugas pengering lapangan. Namun, alangkah baiknya, jika ke depannya, lapangan yang memiliki tendensi licin yang berlebihan dikunjungi (digelar seri) bukan saat puncak musim hujan seperti sekarang.

Seri selanjutnya IBL 2020 akan digelar di Bandung. Melihat peta persaingan Seri 1 Semarang, Seri 2 Bandung menjanjikan persaingan yang harusnya jauh lebih panas. Sudah diperbolehkannya tim-tim mengganti pemain asingnya juga akan membuat kemungkina-kemungkinan semakin besar. Selamat menikmati Seri 2 Bandung IBL 2020!

Foto: Mei Linda, Akhmad Rizal 

 

Komentar