Stephanie Wijaya mengerahkan segalanya di Honda DBL Camp 2019 di Surabaya. Apalagi itu merupakan kesempatan terakhinya. Stephanie sudah kelas 12. Ia akan lulus pada 2020.

Stephanie pada akhirnya lolos ke skuat para bintang. Namanya terpilih sebagai bagian dari Honda DBL All-Star 2019. Ia berhak terbang ke Amerika Serikat untuk menimba ilmu yang lebih banyak.

Tidak sampai situ. Usai mengikuti DBL Camp, tim nasional Indonesia U-17 memanggilnya. Mereka mengikuti turnamen Invitasi Basket Junior Internasional 2019 pada 26—30 November di The Hawks Stadium Expindo Center, BSD City, Tangerang Selatan, Banten. Stephanie pun terpaksa tidak bisa beristirahat lama meski baru selesai latihan di Surabaya.

Saya pun mewawancarai Stephanie melalui sambungan telepon. Kami berbincang-bincang tentang pengalamannya mengikuti Honda DBL Camp sekaligus membela timnas Indonesia junior.

Setelah DBL Camp, kamu langsung dipanggil timnas, seperti apa prosesnya?

Sebenarnya pas DBL Camp itu, kalau tidak salah hari ketiga, sudah dipanggil. Akhirnya habis kamp, hari Minggu pulang, besoknya sudah siap-siap lagi ke Cirebon. Latihan di GMC buat persiapan turnamen sama timnas U-17.

Selain kamu, aku lihat ada beberapa peserta DBL Camp juga yang dipanggil.

Iya, mereka sama kayak aku. Dipanggil pas DBL Camp, begitu selesai langsung ke Cirebon.

Apa tidak capek?

Ya, lumayan, tapi mau bagaimana lagi? Aku senang juga, kok. Berusaha tidak dipikirkan saja.

Waktu DBL Camp, kamu digembleng habis-habisan, sampai akhirnya masuk ke skuat All-Star. Seperti apa rasanya?

Bersyukur bisa masuk All-Star. Setelah perjuangan selama lima harian. Latihan pagi-sore ada hasilnya.

Sorry, kamu sudah kelas berapa? Ini DBL Camp pertamamu?

Aku kelas 12. Ini kamp pertama dan terakhir.

Setelah ikut DBL Camp, ada perubahan apa dalam diri kamu?

Cukup banyak. Aku dapat ilmu dari kamp. Jadi lebih tahu cara main basket itu bagaimana. Dan yang paling penting, dapat teman-teman baru juga. Jadi kenal teman-teman dari berbagai daerah.

Aku sempat baca artikel di dbl.id soal kamu. Sebagai First Team asal Jakarta, katanya kamu merasa terbenani dengan gelar itu?

Beban memang, tapi aku berusaha untuk tidak memikirkannya begitu masuk ke lapangan. Kalau sudah di lapangan, ya sudah jangan berpikir hal-hal eksternal. Fokus saja sama latihan.

Setelah beberapa hari, beban itu juga hilang. Aku mulai percaya diri saja. Tidak usah dipikirkan. Pokoknya berusaha saja.

Pesaingnya juga kuat-kuat, setuju tidak soal itu?

Iya, di sini anak-anaknya jago-jago, kuat-kuat, makanya aku berusaha dulu saja.

Akhirnya, kan, ada hasilnya. Kamu bahkan dipanggil timnas. Coba ceritakan dong soal penampilanmu di turnamen kemarin?

Pertandingannya, sih, tidak begitu berat. Lawan dari Malaysia juga agak jauh. Yang susah memang pas lawan Indonesia U-16. Di sana ada beberapa anak DBL Camp juga. Sama kayak Indonesia U-17.

Terus, kalau penampilanku, belum puas sebenarnya. Underperforms, sih. Aku belum puas sama performa kemarin karena masih underperforms. Aku merasa itu bukan permainanku yang sesungguhnya. Setelah ini aku perbaiki.

Ada pengaruh dari DBL Camp juga tidak? Soalnya baru latihan berat, langsung latihan bareng timnas, terus ikut turnamen?

Tidak juga, sih. Sebenarnya setelah kamp itu sudah tidak berasa. Beberapa hari sehabis kamp, pas latihan bareng timnas, biasa saja. Cuma mainku kemarin itu bukan aku yang biasanya. Aku merasa kayak gitu. Underperforms.

Tapi, kamu senang mendapat pengalaman kayak gitu?

Sejauh ini senang. Ikut DBL Camp, ikut timnas, jadi tahu kayak apa cara mainnya. Itu bakal jadi pengalaman buat aku ke depannya.

Memang kamu setelah ini mau apa lagi? Sudah kelas 12.

Tetap jalani seperti biasa. Aku belum tahu, sih, mau ke mana. Aku masih cari-cari juga kampus buat melanjutkan sekolah.

Tapi, masih mau main basket?

Masih, sih. Cuma belum tahu juga. Aku belum berpikir ke sana. Cuma sejauh ini masih mau main basket.

Tertarik buat main ke jenjang yang lebih tinggi? Kayak Srikandi Cup gitu?

Tertarik, ya tertarik. Cuma, sama kayak tadi, belum berpikir ke sana. Aku masih mementingkan pendidikan. Soalnya orang tua juga dukung aku buat berpendidikan tinggi dulu. Mereka mau aku yang sekolah tinggi.

Memangnya selama ini pendidikan itu sepenting apa buat kamu?

Penting banget. Pendidikan itu penting buat semua orang, termasuk aku. Aku bisa sampai di sini juga karena pendidikan.

Makanya, setiap hari itu harus belajar. Habis basket, kadang belajar juga.

Memang tidak kesulitan mengatur waktu antara belajar sama basket? Sebagai student-athlete, kamu harus imbang.

Awalnya iya, tapi lama-lama terbiasa. Memang kadang capek. Habis latihan, masih harus belajar karena besoknya ada ulangan. Ulangannya juga susah-susah di sekolahku. Cuma harus dijalani. Sama kayak tadi, pokoknya jangan dipikirkan. Fokus saja.

Oke, deh, kalau gitu. Cukup sampai sini aja. Terima kasih sudah mau ngobrol bareng, ya.

Iya, sama-sama. Terima kasih juga.

Foto: Taufiq/DBL Indonesia

Komentar