NSH Jakarta telah melewati musim terbaiknya di IBL pada 2018-2019 lalu. Namun, tidak semua hal tetap sama di dunia ini, termasuk tim bola basket. NSH semusim lalu bukanlah yang sekarang. Mereka mengalami banyak perubahan.

Salah satu perubahan tampak dari jajaran pelatih. Kepala Pelatih Wahyu Widayat Jati tidak bisa lagi menangani NSH. Ia terpilih untuk membantu Rajko Toroman di tim nasional Indonesia. Apalagi mereka hendak tampil di SEA Games 2019.

Di tengah kekosongan posisi itu, Manajer NSH Yusuf Arlan Ruslim menunjuk Antonius Joko Endratmo, salah satu legenda bola basket Indonesia, untuk menggantikan Wahyu sementara waktu. Kebetulan Joko berpengalaman menangani sebuah tim. Sebelumnya, ia menjabat sebagai asisten pelatih Stapac Jakarta yang menjadi juara IBL musim lalu.

Setelah Stapac mengundurkan diri, otomatis Joko juga tidak punya tim di IBL. Namun, cukup sibuk karena mendapat amanah untuk menangani tim bola basket jalanan besutan program Challenge the World milik L.A. Streetball. Joko sempat berangkat ke Shanghai, Cina, untuk menantang tim-tim bola basket di sana pada awal November 2019 lalu. Beberapa pemainnya berasal dari pemain IBL. Salah satunya Teddy Apriyana Romadonsyah yang kini membela Pelita Jaya Basketball Club.

“Iya, beberapa tahun ini sibuk dengan streetball. Kemarin sempat ke Shanghai,” kata Joko soal pengalamannya. “Di sana kami bermain melawan Shanghai Sharks, yang junior, dan itu menjadi pengalaman yang menarik. Saya pribadi belajar beberapa hal.”

Selepas mengurus tim bola basket jalanan di Shanghai, Joko langsung menangani NSH dalam turnamen Piala Presiden Bola Basket 2019. Ia diminta memimpin wajah baru tim asal Jakarta itu untuk bertanding di Sritex Arena Solo. Namun, perjalanannya di sana ternyata tidak mulus.

NSH kalah dua kali oleh Pelita Jaya dan Bima Perkasa Yogyakarta. Mereka terpaksa mengemas barang-barang untuk pulang lebih dulu. Sebab, kalah dua kali berarti tersingkir dari turnamen. Mereka tidak lolos fase grup.

“Masalahnya kami kekurangan bigman,” kata Joko. “Kami tidak bisa belanja lebih banyak lagi setelah musim lalu mencapai hasil yang luar biasa. Belanja kami dibatasi. Itu, kan, ada batasnya. Sementara kami sudah beli beberapa pemain, seperti Widy (Widyanta Putra Teja) dan Rizky (Effendi).”

Meski begitu, Joko ingin NSH memanfaatkan sebaik mungkin kesempatan yang ada untuk membangun ikatan antarpemain. Mereka membutuhkan itu agar bisa bermain secara tim. Saat amunisi sedang pas-pasan, setidaknya mereka masih bisa bermain bersama-sama untuk menjalankan strategi.

“Kami upayakan untuk mencoba beberapa strategi,” kata Joko lagi. “Ini tim baru. Beberapa pemain baru bergabung. Saya pun baru masuk bulan Oktober, eh, November—November awal, iya.”

Setelah tersingkir dari Piala Presiden Bola Basket, NSH akan langsung berbenah. Arlan sempata menuturkan hal itu selepas pertandingan terakhir di Solo pada Rabu, 21 November 2019. Mereka hendak menggunakan hasil di Piala Presiden Bola Basket sebagai bahan evaluasi.

NSH punya waktu sekitar sebulan setengah untuk meramu kembali permainan, termasuk ikatan antarpemain tadi, menjelang IBL 2020. Sebab, IBL akan dimulai pada Januari nanti. Arlan mengatakan, Joko akan kembali memimpin tim sampai waktu yang tidak ditentukan. NSH juga akan memikirkan masa depan pelatih itu. Mereka belum tahu apakah Joko bisa menjadi kepala pelatih atau tidak di IBL 2020.

“Akan kami evaluasi. Sementara ini kami akan kembali berlatih seperti biasa,” kata Arlan. “Latihan dipegang Coach Joko. Soalnya Coach Wahyu juga masih bersama timnas.”

Musim lalu, NSH menempati peringkat satu di Divisi Merah. Hasil itu membuat mereka berhak melenggang ke babak semifinal. Sayangnya, NSH tumbang di tangan Satria Muda Pertamina Jakarta. Mereka gagal ke final.

Musim depan, Arlan mengatakan bahwa timnya ingin memberikan yang terbaik lagi. Oleh karena itu, mereka membutuhkan waktu untuk kembali latihan. Dengan wajah-wajah baru, menempati peringkat atas lagi bukanlah hal mudah. Namun, NSH tetap akan berusaha. (put)

Foto: Dika Kawengian

Komentar