I Gusti Ngurah Rustawijaya merupakan seorang pelatih yang bersemangat. Tidak lama setelah mendarat di Bali usai mengikuti Honda DBL Camp 2019, ia langsung melatih anak-anak didiknya. Rustawijaya tidak mau melewatkan waktu untuk menerapkan ilmu yang didapatnya dari kamp latihan di Surabaya pada 12—16 November 2019 lalu.

Pelatih SMAN 1 Denpasar itu sebenarnya sudah pernah mengikuti Honda DBL Camp pada 2016. Namun, belum sempat masuk ke jajaran All-Star. Baru tahun ini ia berhasil masuk ke sana.

Saya pun tertarik untuk mewawancarainya. Kami berbincang singkat saja.

Setelah terpilih All-Star apa yang Coach lakukan? Ada jeda waktu sampai berangkat ke Amerika Serikat.

Yang saya lakukakan, hari ini saya langsung melatih anak didik saya untuk persiapan beberapa teknik dan taktik selama melihat di Camp. Akan saya pelajari sehingga nanti bertemu anak-anak All-Star tinggal melanjutkan lagi programnya. Dan pasti beberapa strategi yang saya punya saya terapkan nanti.

Menurut Coach, apa yang membuat Coach terpilih?

Menurut saya, sih, tahun ini saya lebih menyimak dan ingin memperdalam ilmu kepelatihan saya, dan lebih aktif dalam kelas maupun lapangan. Namun, secara natural dan tidak dibuat-buat.

Selama sepekan, dapat apa saja dari Camp? Ada apa saja yang baru?

Pengetahun tentang pembinaan di usia dini, terutama untuk basic anak-anak. Cara berlari, cara melompat, dan satu lagi tentang akuatik. Sangat luar biasa, latihan di dalam kolam.

Bali punya perkembangan yang bagus soal basket. Tahun lalu pelatihnya juga dari sana. Dari sudut pandang Coach, seperti apa perkembangan Bali?

Untuk Bali sendiri perkembangan basket di jalur yang tepat, terutama pembinaan di usia dini, atau kelompok umur. Setiap event nasional, pemain Bali selalu dipanggil untuk seleksi tim nasional.

Di sana DBL sudah menjadi wadah yang seperti apa?

Dengan adanya DBL, gairah basket di Bali sangat luar biasa. Motivasi pemain menjadi tinggi. Jadi, kami sebagai pelatih pun senang melihat antusiasme anak-anak untuk belajar menjadi lebih baik. Dan support orang tua sangat tinggi.

Apa yang Coach harapkan pada DBL untuk tahun-tahun selanjutnya?

Semoga DBL mampu memberi kesempatan bagi anak-anak daerah yang berprestasi lainnya. Seperti pemain  berpotensi di 3x3 bisa bergabung dalam DBL Camp. Jadi, semua pemain bisa merasakan bagaimana menjadi yang terbaik.

Coach sendiri sudah melatih sejak kapan? Apa yang membuat Coach jadi pelatih?

Dari pensiun di tim pro. Saya langsung memutuskan untuk jadi pelatih karena saya suka melihat perkembangan anak dari tidak bisa menjadi bisa.

Ada filosofi tertentu tidak ketika melatih?

Filosofi dari sebelum jadi pelatih dan sampai melatih: Lakukan 100 persen, hasilnya pasti akan 100 persen.

Sulit tidak terjun ke pembinaan?

Untuk pembinaan, sih, tidak. Saya dari awal sudah mencintai dunia kepelatihan. Kesulitannya, terutama di daerah, tentang sarana dan prasarana saja

Sebenarnya apa, sih, yang penting dari pembinaan?

Peduli. Kalau kita sudah peduli apa pun kesulitan kita pasti bisa diatasi.

Kira-kira ilmu yang didapat dari Camp bisa diterapkan semua di Bali?

Semua ilmu bisa diterapkan, tapi kembali lagi kepada anak-anak kita dan orang tua. Apa mereka mau menjalani atau tidak, terutama soal gizi untuk student-athlete. Anak-anak harus mengetahui bahwa gizi itu penting untuk perkembangan otot seorang atlet.

Selama Camp, sempat memimpin scrimmage game, seperti apa talenta-takenta Indonesia saat ini jika melihat mereka di Camp?

Menurut saya luar biasa perkembangannya. dengan adanya DBL otomatis anak-anak basket muda sekarang memiliki standar agar mereka terpilih sebagai pemain All-Star. Yang pasti pelatih mereka memiliki peranan penting untuk bekal mereka di Camp.

Foto: DBL Indonesia

Komentar