Ada yang unik di Honda DBL Camp 2019. Para pemain yang dulu sempat mengikuti kamp latihan, kini sudah ada yang menjadi pelatih. Mereka terpilih sebagai nakhoda sekolah dari berbagai daerah yang berhak belajar di DBL Academy, Surabaya, setelah masuk ke jajaran First Team.
Sore itu, Jumat 15 November 2019, pelatih-pelatih yang dulu pemain hilir-mudik. Salah satunya Samuel Thesia dari Papua. Ia sempat mengikuti Honda DBL Camp pada 2010 dan 2011. Namun, tidak sempat masuk ke jajaran All-Star.
Sam—sapaan akrabnya—bernostalgia dengan Surabaya. Ia sudah dua kali datang ke Kota Pahlawan untuk mendapatkan pendidikan bola basket. Sam senang karena bisa kembali dengan peran berbeda.
“Iya, dua kali. Saya pernah mengikuti DBL dan masuk First Team di 2010 dan 2011,” kata Sam mengenang masa-masa mengikuti Honda DBL Camp. “Maka, hal-hal itu (pengalaman) yang saya coba bagikan. Saya beri gambaran dan motivasi, karena saya pernah ada di posisi seperti begitu. Saya pernah berjuang sama seperti mereka (pemain) saat ini.”
Selama kamp, Sam mengaku mendapat banyak pelajaran baru. Ia ingin membawa pelajaran-pelajaran itu ke Papua, terutama ke tempatnya melatih di SMAN 4 Jayapura. Sebab, itu dibutuhkan di sana. Semua yang didapat di Surabaya penting untuk diajarkan kepada anak-anak asuhnya.
Selain Sam, ada pula Luckyanto Lim. Pelatih asal Jambi itu sempat mengikuti Honda DBL Camp 2014. Kini, berkesempatan menjadi pelatih untuk menempa dirinya lebih baik lagi.
Lucky—panggilan Luckyanto—juga senang bisa kembali ke kamp latihan. Meski bukan sebagai pemain, ia menyambut baik peran barunya demi perkembangan bola basket Jambi. Menurutnya, Jambi tidak sebagus Jawa. Oleh karena itu, mereka membutuhkan lebih banyak pelajaran untuk mengejar kertertinggalan.
“Banyak, banyak dapat pelajaran di sini,” kata Lucky di sela-sela kesibukannya. “Dapat pengalaman juga. Pengalaman itu penting. Saya dulu pemain, sekarang pelatih. Itu, kan, berbeda. Saya mendapat banyak hal penting yang bisa membuat saya menjadi pelatih yang lebih baik lagi.”
Sam dan Lucky sebenarnya tidak masuk ke jajaran 12 besar. Namun, mengikuti kamp sebagai pelatih adalah hal yang luar biasa. Bagi mereka, pengalaman itu akan menjadi sesuatu yang tidak terlupakan. Apalagi kini mereka terjun sebagai mentor. Sam dan Lucky membutuhkan banyak asupan agar bisa menularkannya kepada anak-anak asuh di daerah. (put)
Foto: DBL Indonesia